CHAPTER 2 - "Why?"

3.3K 152 0
                                    

Di mulmed itu visualisasi nya Arthur ya.

VOTE DULU!

Happy Reading❤

**

Rupanya Arthur dan Darian memilih makan siang diluar daripada dikantin Rumah Sakit. Mungkin salah satu alasannya adalah agar mereka tidak bertemu lagi dengan Bianca.

"Arthur." Panggil Darian disela-sela waktu makannya.

"Hm." Sedangkan yang ditanya hanya bergumam saja sebagai jawaban atas panggilan sahabatnya.

"Aku ingin bertanya sesuatu padamu." Tanya Darian yang terdengar sangat serius.

Mendengar Darian berkata seperti itu, Arthur mencoba menhentikan makannya sejenak. Kemudian ia mengangkat kepalanya untuk melihat wajah serius Darian.

"Tumben sekali kau ingin berbicara serius padaku, memangnya kau ingin bertanya apa?" Ucap Arthur yang merasa aneh dengan perubahan wajah sahabatnya itu.

"Ehm.. aku sebenarnya tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya penasaran kenapa sampai sekarang kau belum pernah membuka hati untuk wanita lain sejak kejadian tiga tahun lalu.." Darian mencoba menjelaskan apa yang selama ini membuatnya penasaran.

Arthur tidak menyangka kalau Darian akan bertanya seperti itu,membuat Arthur kembali mengingat wanita yang selama ini masih ada dihatinya. Walaupun sekarang raganya tidak ada disini, tapi bayangannya masih saja setia berada didalam pikiran Arthur.

"Kenapa kau menanyakan sesuatu yang telah kau ketahui jawabannya?" Rasanya Arthur malas sekali menjawab pertanyaan Darian yang lebih terdengar seperti pernyataan.

"Aku tahu kau sangat mencintainya,sulit memang melupakan seseorang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Tapi kau juga harua menyadari berapa usiamu sekarang.. Sebentar lagi usiamu akan menginjak kepala tiga. Tidakkah kau berkeinginan untuk berkeluarga? Dan memberikan seorang cucu untuk ibumu?" Jelas Darian panjang lebar.

Ya, Arthur memang sekarang sudah berusia dua puluh sembilan tahun, dan sebentar lagi usianya akan menginjak kepala tiga. Namun dengan begitutidak menurunkan rasa ketertarikan wanita terhadapnya. Atau mungkin bisa dibilang, Semakin bertambah usia Arthur akan semakin meningkat juga kadar ketampanannya.

Hidungnya yang mancung, matanya yang berwarna abu-abu kehijauan, bibirnya yang merah merekah, dan postur tubuhnya yang tak ada bedanya dengan model itu memang terlihat sempurna. Ya, Arthur Revano Lincoln memang sungguh sempurna!

"Kau berkata seperti itu seolah-olah kau sudah lebih baik dariku." Arthur tersenyum sinis kemudian melanjutkan "Kau tidak usah repot-repot untuk memikirkan soal hidupku Darian. Aku pasti akan menikah, tapi tidak sekarang."

"Kalau tidak sekarang, kapan? Banyak wanita diluar sana yang bersedia menikah denganmu tapi kau malah menyia-nyiakan nya." Ucap Darian sambil memutar bola matanya.

"Lantas kau, kenapa kau tidak menikah? Apa kau masih menunggu wanita itu kembali lagi padamu?" Tawa Arthur diakhir kalimatnya.

"Ah tidak, aku hanya.. sudahlah sepertinya aku salah membicarakan soal ini denganmu." Darian sangat menyesal kali ini.

"Lain kali akan ku bawakan kaca untukmu jika kau terus saja bertanya mengenai pernikahan." Arthur langsung berdiri dari tempat duduknya dan pergi terlebih dahulu meninggalkan Darian.

"Tunggu aku Arthur. Hey..."

Ketika Darian baru saja inginmengejar kepergian Arthur, Darian dikagetkan oleh suara yang berasal dari seorang wanita berpakaian waitress.

"Maaf tuan tapi anda belum membayar makanannya. Ini bill nya.." wanita itu menyerahkan sebuah bill kepada Darian.

"Oh maaf, kalau begitu ini uangnya." Selesai membayar makanan yang tadi mereka makan, Darian hanya bisa menggerutu sendiri.

'Sialan kau Arthur, aku menyesal telah mengajakmu.' Batin Darian yang merasa masih kesal dengan sahabatnya.

**

Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam, Arthur yang posisinya sebagai pemilik Rumah Sakit sekaligus Dokter itu bebas mengakhiri kerjanya jam berapa pun yang ia mau. Tapi tidak ketika ada pasien yang sangat membutuhkan tenaga dan waktunya. Ia akan berusaha semaksimal mungkin agar semua pasiennya terlayani dengan baik.

Hari ini Arthur merasa sangat lelah sekali karena memang sejak tadi pagi ia tak henti-hentinya bekerja. Akhirnya Arthur memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

"Arthur kau baru pulang sayang?" Tanya Nancy, Ibunda Arthur.

"Iya mom,seperti yang kau lihat." Arthur langsung memeluk ibunya dengan erat.

"Sepertinya kau sangat merindukanku." Nancy hanya bisa membalas pelukan Arthur sambil tersenyum manis melihat kelakuan anak dewasanya yang tiba-tiba bersikap manja seperti ini.

"Wow aku cemburu melihat kalian berpelukan sangat erat seperti itu." Ucap Harry, Ayah Arthur yang tiba-tiba saja muncul dan mengagetkan kedua orang yang ada didepannya.

"Oh Harry, bagaimana mungkin kau cemburu dengan anakmu sendiri. Kau bisa mendapatkannya kapanpun kau mau." Ucap Nancy yang kemudian berganti memeluk suaminya yang iri dengan anaknya sendiri. Oh God, bagaimana mungkin?

"Nampaknya sekarang aku yang iri melihat Mom dan Dad bermesraan di depanku seperti itu." Arthur memutar bola matanya jengah melihat kelakuan orangtua nya.

"Makanya cepatlah menikah supaya kau tidak iri melihat Mom dan Dad bermesraan." Ucap Harry yang semakin mengeratkan pelukannya. Sedangkan Nancy hanya terkekeh melihat kelakuan ayah dan anak yang satu ini.

"Apa yang dikatakan Daddy mu itu benar Arthur! Cepatlah menikah, dan berikan aku cucu secepatnya. Kau tahu? Aku sangat merasa kesepian dirumah ini jika kau dan Daddymu sedang pergi." Nancy menunjukan wajah sedihnya. Berharap agar Arthur luluh dan berpikir untuk segera menikah.

"Kau tenang saja mom, aku pasti akan menikah." Ucap Arthur dengan nada malas.

"Bianca sepertinya sangat menyukaimu Arthur. Kenapa kau tidak mencoba menjalin hubungan dengannya?" Tanya Nancy.

"Aku tidak tertarik dengan wanita sepertinya mom. Dia hanya akan membuatku repot jika aku menjadi kekasihnya." Jelas Arthur yang mulai merebahkan tubuhnya ke sofa yang berada diruang keluarga.

"Syukurlah, sebenarnya aku juga tidak suka dengan perempuan manja seperti dia." Tutur Nancy.

Arthur hanya bisa tersenyum lega mendengar apa yang dikatakan ibunya.

"Apa kau tidak ingat sayang? Kau juga dulu sangat manja padaku sebelum kita menikah." Ucap Harry sambil mengelus rambut istrinya.

"Aku seperti itu karena aku kesal melihat kau terus saja mengabaikanku." Nancy mendengus kesal mengingat apa yang dulu pernah dilakukannya.

Konyol memang, tapi percayalah semua itu dilakukannya agar ia mendapat perhatian dari Harry yang sekarang berstatus menjadi suaminya.

Arthur dan Harry tertawa melihat ekspresi Nancy yang terlihat begitu menggemaskan jika sedang marah begini.

Seketika Arthur merasa benar-benar iri melihat keluarga kecilnya yang begitu bahagia. Arthur menginginkan sebuah keluarga, ia ingin menikah!

'Jika saja waktu itu aku lebih cepat untuk memilikimu seutuhnya, pasti sekarang kita sudah bahagia. Tapi nyatanya, aku kalah cepat dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Tuhan mengambilmu sebelum aku berkata bahwa aku sangat ingin bersamamu.'

11 Juni 2017

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang