1 - Bukan pengorbanan awal

731 57 11
                                    

"Saya bersedia." Ujar Cheonsa pada akhirnya.

Apa ini keputusan yang tepat tuhan? Apa pria ini adalah takdirku? Apa dia adalah kunci kebahagiaanku?

Pertanyaan itulah yang kini tengah berputar dibenak Cheonsa. Ia sangat takut, namun tak ada yang bisa ia lakukan selain parsah menerimanya.

Ini semua hanya demi sosok wanita yang telah melahirkannya, Cheonsa yang hanya ingin membuat sang Ibu memandanganya, membuatnya tau seberapa kuatnya ia menyayangi wanita itu, juga bahkan seberapa besarnya pengorbanan yang ia lakukan hanya demi satu senyuman tulus dari Ibu untuknya.

Yaa, Cheonsa memang harus berjuang keras untuk itu.

Lamunannya terhenti saat tiba-tiba seseorang yang kini telah resmi menjadi suaminya beberapa detik yang lalu tengah membuka tudung dikepalanya, bersiap memberinya sebuah ciuman seperti hal yang biasa dilakukan oleh pasangan yang telah resmi mengikat janji.

Hal ini lantas membuat kerja Jantung Cheonsa berpacu dengan cepat. Ia gugup, bagaimanapun ini adalah yang pertama untuknya. Dan saat itu juga Cheonsa mulai menutup kedua matanya saat merasakan hembusan nafas yang menerpa wajah cantiknya.

Tak berselang lama, Suara riuh tepuk tangan pun memenuhi gedung tersebut. Namun, riuhnya sorak para tamu membuat Cheonsa mengeryit. Kenapa? karna ia tidak merasakan apapun yang menyentuh atau menempal pada area wajahnya. Hingga bisikan pelan bernada datar membuat Cheonsa sadar lantas segera membuka matanya.

"Diamlah. Jangan berpikir terlalu jauh bahwa aku akan Sudi menyentuhmu. Kau bahkan tidak lebih dari sampah penghancur kehidupanku."

*****

Saat ini, dua keluarga yang telah menjadi satu tengah berkumpul disebuah meja yang memang khusus disiapkan dalam pesta resepsi ini. bagi yang melihatnya mungkin akan heran, Karna tidak ada keakraban sebagai mana biasanya sesama besan juga rona bahagia maupun canda tawa yang mengelilingi meja tersebut. Hanya basa basi biasa, yang akan berakhir dengan pembicaraan bisnis dan bisnis.

Disisi lain, Cheonsa tidak berhenti menatap sang ibu yang masih bungkam dengan tetap enggan sekedar menatapnya. Padahal ia sudah sangat berharap, bahwa setelah ini Ibunya akan mulai merubah segala sikap menyakitkan yang diterimanya selama ini.

Sampai detik ini, Cheonsa tidak pernah tahu mengapa Nyonya Song, -Ibunya itu bisa sangat membencinya. Tidak tahu dengan hal apa lagi yang mampu membuat ibunya itu mau melihat dan menganggap kehadirannya.

Apapun selalu Cheonsa lakukan demi memenuhi segala keinginanya, bahkan sekarang pun ia telah rela mengorbankan masa depannya. Keinginan dari sang Ibu yang telah mematahkan sisa harapannya tentang masa depannya kelak.

Tujuan dari apa yang ia lakukan tak lebih dari satu. Hanya demi seulas senyum yang ia inginkan dari Ibunya, Song Ae Ri.

Kuatlah, Bahkan ini bukan awal pengorbananku. Sudah terlalu banyak, dan kuharap ini lah yang terakhir.

Seseorang yang mengenggam lembut tangannya membuat Cheonsa tersentak hingga padangan yang tadinya terfokus pada Ibunya kini teralihkan. Ia menoleh pada pemilik tangan kekar yang telah menggenggam tanganya erat seolah menguatkan dirinya.

"Kak.." panggil Cheonsa dengan Suara lemah nan pilu, mengisyaratkan kepedihan yang ia alami saat ini.

Jong ki tidak mampu mengeluarkan suaranya setelah mendengar suara lemah menyedihkan milik sang adik tersayang. Ia hanya mampu mengeluarkan senyum lembutnya sembari menggenggam tangan Adiknya itu lebih erat.

WHO AM I? - [Meyongkiyowoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang