Aku Takkan Bisa Melupakannya

5.3K 211 4
                                    

Suara yang begitu samar mampu membuatku tersadar. Aku mencium aroma yang sedikit membuat kepalaku terasa mendingan. Ku buka mataku perlahan namun penglihatanku tampak buram kemudian berlahan menjadi normal.  Cahaya yang tepat menyorot mataku membuat mataku merespon dengan mengedipkannya.

"Sepertinya Luna sudah sadar, dia hanya butuh istirahat dan dia hanya syok karena kaget, saya pamit dulu" kata dokter yang memeriksaku tadi.

Ayah dan ibu langsung menghampiriku entahlah aku tidak mengingatnya bagaimana bisa aku berada di kamar ini, karena seingatku aku berada di halaman belakang sambil menikmati suasana di villa ini.

"Semua baik-baik saja kan? Luna mau minum sayang?" Kata bunda padaku lalu aku hanya mengangguk pelan.

Aku meminum segelas susu putih sambil mengingat kejadian semalam
Mataku terbelalak mengingat kejadian itu. Dia mencoba menakut-nakutiku dengan memakai topeng berbentuk kuda. Yah! KUDA! Aku phobia dengan kuda, serasa jantungku ingin berhenti saat aku melihat bagian kepala kuda. Tiba-tiba aku tersentak kaget saat bunda menanyakanku.

"Luna kenapa? Kok melamun mulu bunda liatin" aku menjadi salah tingkah mendengar bunda menanyaiku.

"Ah...an...anu..eh..nggak apa-apa bun" bunda terkekeh liat kegugupanku. Aku takut memberitahukan bunda apa yang terjadi padaku.

"Orang itu yang memakai topi kuda, aku tak pernah melihatnya, sebenarnya dia siapa?"Batinku.

Belum sempat bunda berbicara aku langsung memotongnya.

"Ayah mana bun? Oh iya ini udah jam berapa bun?".

"Ayah lagi ada pertemuan sesama jaksa, emang kenapa Lun?" Aku spontan menggelengkan kepalaku bunda tertawa.

"Ihhhi bun belum jawab pertanyaan Luna, ini jam berapa?" Kataku yang kesal karena sejak tadi bunda menertawakanku.

"Hahaha muka kamu lucu sayang, perut mama jadi sakit nih" aku hanya mendesis pelan.

"Udah ah bun entar dedenya berojol loh baru tau rasa" kataku meledek .

Bunda mengutik mulutku "kamu ini kecil-kecil bisa-bisanya ngomong kok ngawur gitu!"

"Upsss" batinku

***
Tidak biasanya langit menampakkan mendungnya. Namun, hal tersebut tak membuatku goyah untuk melakukan berbagai aktivitas. Segera aku bergegas untuk menyiapkan perlengkapan renangku. Yaah meskipun aku tidak jago dalam hal berenang setidaknya aku bisa menunjukkan pada kalian gaya ala-ala atlite renang gitu.

Aku tak bisa menahan diriku untuk segera merasakan sensasi menyegarkan dari air yang bersumber dari pegunungan sekitar villa. Namun belum sempat aku melompat ke kolam ayah langsung meneriakiku.

"Little girl ayah mau renang, masa gak pemanasan dulu" aku tertawa melihat ayah dengan menebalkan kata "Little girl" saat memanggilku. Aneh tapi nyata.

Setelah cukup berlama-lama dalam air aku bergegas untuk segera mengganti baju tapi seseorang menarikku.

"Ih apaan sih! Lepasin ! Bunda!" Aku langsung menoleh entah kenapa bunda menggenggam erat tanganku hingga bekas tangannya membekas di tanganku.

"Aaaaa bunda sakit" aku menangis sambil meringis saat bunda kembali memegang tanganku dan membawaku ke kamar.

"Cepat kamu ganti baju! Kita tidak punya banyak waktu Luna!" Aku mematung sesaat mendengar perkataan bunda.

Aku tidak berani membantak perkataan bunda. Akupun segera mengganti baju dan berlari ke dalam mobil karena sejak tadi ayah tampak khawatir sambil mondar-mandir memikirkan sesuatu.

Ayah bergegas dan menyuruhku untuk memasang sabuk pengaman entah apa aku hanya menurutinya. Bunda tampak khawatir dan gelisah saat melihat mobil berwarna hitam melaju mengikuti kemana mobil kami tuju.

Diusiaku yang terbilang masih kecil yaitu 9 tahun aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Hanya saja ku tahu ini tidak baik. Suara klakson mobil membuatku menutup mata. Namun tiba-tiba mobil yang ayah kendarai berhenti. Untung saja aku menuruti kata ayah untuk memasang sabuk pengaman kalo tidak mungkin aku terjengkal ke depan menabrak jok depan.

Ayah dan bunda keluar bersamaan namun mereka tidak mengizinkanku untuk mengikuti mereka keluar mobil. Tapi, karena aku yang keras kepala. Aku diam-diam melepas sabuk pengamanku dan membuka pintu lalu turun ke jalan.

Aku melihat ada 4 orang pria mereka masing-masing menutup muka mereka dengan masker beserta topi berwarna hitam tak lupa dilengkapi senjata yang disodorkan ke kepala ayah. Bunda hanya berteriak histeris saat pemuda itu menyodorkan pisau ke leherku dan membuatku menangis kencang sehingga badanku bergetar karena takut dan bingung.

Entah apa yang bunda katakan kepada pria yang sejak tadi berdiri santai seraya menghirup benda yang berasap tersebut. Jika ku perhatikan seperti sebuah rokok mirip cerutu. Menyuruh seseorang dibelakangku melepas tangannya dari leherku lalu aku berlari ke arah bunda. Namun belum sempat aku sampai ke bunda seseorang meneriakiku. Yah! itu ayah. Aku bingung sekaligus takut dengan apa yang terjadi hari ini.

"Jangan mendekat Luna!! Lari!! Lari sejauh mungkin Luna!!" tiba-tiba suara tembakan terdengar hingga telingaku berdenging cukup lama.

Aku langsung menutup telingaku aku tidak bisa mendengar orang-orang disekitarku yang aku liat hanyalah darah yang mengalir segar keluar dari kepala ayahku yang tersungkur ke tanah. Matanya tertutup dan badannya lemas tak berdaya. Kakiku terasa sangat lemas disusul teriakku yang membuatku histeris. Aku menangis terduduk di jalanan. Pikiranku kacau hanya rasa takut yang menyelimuti jiwaku.

Seketika aku tersadar Bunda. Bunda dimana? Aku mencoba membuka mataku dan mencari sosok bunda. Namun pandanganku tertutup oleh seorang pria entah muda ataupun tua yang jelas dia tampak seperti mereka. Aku hanya menjerit sejadi-jadinya dan tak lama suara tembakan itupun berbunyi untuk kedua kalinya.

********
Jangan Lupa vote ama commentnya readers 😉😉

- Zzr -

If You Know Who I'm [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang