"Hari itu gue ada disana tepat diantara orang yang memakai topi dan masker yang menembak orang tua lo, tapi gue berani bersumpah kalo gue bukan orang yang ngebunuh mereka" Abby mulai gelagapan menjelaskan semuanya pada Luna.
"Dan lo inget gak malem itu orang yang memakai topi kuda? Itu gue, gue gak tau lo itu siapa gue hanya diperintah untuk menakuti lo dan gue gak tau lo akan sehisteris itu" Luna masih mendengarkan Abby namun Luna merasa jiwanya seperti dihantam baja dengan sangat kuat.
"Gue tau gue kejam, gue mudah terhasut dengan omongan bokap gue yang memberikan iming-iming yang sampai sekarang dia gak pernah tepati! Gue hanya ingin ketemu sama nyokap gue yang sejak lahir gue gak pernah tau muka dia seperti apa" Abby mulai menangis namun ia masih melanjutkan ucapannya.
"Luna gue tau ini sudah sangat terlambat buat minta maaf, jujur gue menyesal telah melakukan dulu" Abby mulai menangis kini menangisnya mulai menjadi-jadi.
Saat itu bibir Luna serasa kaku tak mampu berkata-kata. Luna dengan perasaan tak tentu hanya dapat terdiam.
"Kamu ingat gak.....saat aku bilang Kamu bukan....orang jahat kan? Yang mendekati aku.....karena ingin menebus dosa di masa lalu, sekarang gue.....sadar...lo....hanya manfaatin situasi...disaat aku mulai sayang sama kamu, disaat aku mulai merasakan kembali mendapat kasih sayang yang tulus semenjak usia ku 10 tahun aku..." Luna menghapus air matanya.
"Hidup aku berubah bahkan dimalam itu aku ingin mengakhiri hidupku itu semua KARENA KAMU!" Luna menunjuk Abby yang mengacak-acak rambutnya penuh amarah.
"Luna dengerin dulu! Gue minta maaf sama lo gue sangat sangat menyesal! Lo mau pukul gue silakan lo mau tampar gue silakan bahkan jika gue harus mati demi lo gue rela!" Abby meraih tangan Luna.
"LEPASIN!! AKU MUAK SAMA KEBUSUKAN KAMU ABBY AKU MUAK!!" Luna menghempas tangannya dan langsung menampar Abby dengan sangat kuat. Terlihat bekas tamparan di wajah Abby. Abby hanya terdiam namun Abby mendengar suara jeritan dari mulut Luna.
"Aaahhh" Luna meringis kesakitan sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Memori kenangan bersama ayah dan bundanya tergambar jelas dan nyata dipikirannya.
"LUNA!! LO KENAPA!??" Tanya Abby yang panik melihat kondisi Luna.
"Aaaakkkhhhh!! Sakitt..." jeritan Luna seakan menjadi-jadi.
"PERGI!....PERGI DARI HIDUP....KU SELAMANYA!!PERGI!!... AKU BENCI KAMU!! KAMU JAHAT!!" Luna begitu histeris saat Abby memegang tubuhnya.
"GAK!! Gue udah janji sama nyokap lo buat antar lo pulang!!" kata Abby yang begitu tegas pada Luna.
Luna begitu syok saat mengetahui semuanya. Luna masih saja menyuruh Abby untuk pergi namun tiba-tiba tubuh Luna terkulai lemas untung saja Abby langsung mendekap Luna dengan erat.
"Ka...mu...jahat...pergi..per" belum sempat Luna mengatakan kata selanjutnya ia sudah tak sadarkan diri dengan nafas yang terengah-engah.
"Maafkan gue Lun, gue buat lo pingsan lagi" Abby memeluk Luna yang tampak butiran-butiran keringat bercampur air mata terpampang di wajah Luna saat itu.
Abby membawa Luna dan meletakkannya di kursi depan. Tak lupa memakaikan sabuk pengaman. Abby menutup pintu dan memutari mobilnya melajukan kendaraan dengan kecepatan penuh.
Sepanjang perjalanan Abby mengoceh tak karuan berharap apa yang ia katakan dapat didengar oleh Luna. Abby melihat Luna yang mengeluarkan banyak keringat dengan nafasnya yang tak beraturan tersebut. Beberapa kali Abby mencoba mengusap keringat dan air mata Luna yang tak henti-hentinya mengalir.
"Luna ayahku yang menyuruhku berbuat kejam seperti itu, ayahku takut bahwa kecurangannya akan terbongkar saat orang tuamu mendapatkan surat bukti itu, sehingga ayahku menyuruh anak buahnya untuk membunuh orang tua lo. Gue ditugasi buat mengganggu dan menghalangi lo. Gue baru menyadari betapa bodohnya gue mau melakukan itu" Abby mengoceh sepanjang jalan tanpa memperdulikan Luna mendengarnya atau tidak.
"Gue siap menerima apapun keputusan lo, gue gak mau perasaan cinta yang gue pendam selama ini membuat lo makin menderita gue gak mau itu terjadi sama lo, gue sayang sama lo Luna" Abby mengacak-acak rambutnya sambil menitihkan air mata yang mengalir tiba-tiba.
Luna yang sejujurnya sudah sadar pun mendengar semua ocehan Abby. Namun dirinya begitu lemah bahkan untuk membuka mata pun begitu sulit. Air matanya kembali menetes namun dia terisak dalam diam seakan dirinya masih pingsan.
"Tuhan mengapa kau merencanakan ini untukku, ini sangat menyakitkan" batin Luna mengeluh.
Abby menggendong tubuh Luna menuju pintu rumah Luna. Abby mencoba mengetuk pintu namun tak ada orang yang merespon. Ia pun mencoba mendorong pintu dengan kakinya dan benar saja pintu rumah Luna tak dikunci. Abby pun langsung masuk dan menuju kamar Luna yang berada di lantai 2.
Abby membaringkan tubuh Luna di atas kasur dan menyelimutinya. Abby terus memperhatikan Luna yang begitu syok karnanya.
Abby memegang tangan Luna seraya menundukkan wajahnya ke bawah. Benar Abby sedang menangis, ia tak mau melepas Luna pergi dari hidupnya karena Abby begitu mencintainya.
***
Pancaran sinar matahari mampu menembus jendela kamar Luna. Suhu saat itu mulai hangat, Abby yang tertidur tergeletak dipinggir kasur Luna berlahan bangun dan melirik jam tangannya. Setelah itu Abby menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar Luna untuk membersihkan diri. Tak lama Abby yang terlihat sedikit rapi itu mulai mendekati Luna yang masih terlelap.Wajah Luna sangat pucat ditambah badannya yang terus bergetar seakan dirinya sedang menggigil dan badannya begitu berkeringat.
Abby meletakkan punggung tangannya tepat di dahi Luna. Sepertinya Luna demam, Abby pun bergegas ke lantai bawah untuk memanggil tante Lisa.
"Eh kok kamu disini?" Tanya tante Lisa yang melihat Abby baru saja turun dari tangga.
"Ehh tante, hmm iya semalem Luna ketiduran di mobil, gak tega banguninnya yaudah Abby gendong dia dan pintu semalem gak ke kunci jadi Abby langsung aja bawa dia ke kamar" Kata Abby sambil melihat om Bram yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Pagi om" Abby memperlihatkan senyum manisnya pada om Bram.
"Oh iya tan Luna kayaknya dia lagi demam, tolong suruh bibi buat bawain air dingin sama kain soalnya Abby mau kompres Luna, kalo ada obat juga tolong bawain" kata Abby pada tante Lisa.
"Yaudah kamu ke atas sana, entar tante panggilin bibi dulu" tante Lisa langsung mencari bibi.
***
"Keringet lo banyak banget sih, lo itu demam atau mimpi lagi ngespa" Abby tertawa dengan leluconnya sendiri.Abby menatap Luna begitu dalam, Abby memerhatikan tiap sudut wajah Luna yahh meskipun terlihat begitu kucel namun Luna tetap terlihat cantik.
"Cinta itu buta" kata Abby membisik.
Suara batuk terdengar dari samping Abby. Abby yang begitu terkejut seketika langsung beranjak dari kursinya.
"Eh bibi.... eh itu... taro dimeja aja" bibi terkekeh mendengar suara Abby yang begitu gugup.
***
Sok atuh yang pengen nanya apa ajalah sama Abby, Luna, Alex, tante Lisa, om Bram, bodyguard ayah, atau bibi. Atau ama author? 😉#plakkVote & comments jangan lupa kawan 😊
- Zzr -
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know Who I'm [END]
RomanceKisah seorang gadis bernama Luna yang mengidap Social Anxiety Disorders (SAD) atau Gangguan Kecemasan Sosial dan takut terhadap sentuhan atau Haphephobia. Kejadian yang terjadi beberapa tahun silam, membuat dirinya harus menjadi seorang yatim piatu...