The First

2.9K 124 1
                                    

Luna meringis kesakitan saat kakinya hendak berlari lagi, benar-benar sangat sakit. Ia mencoba membuka sepatu yang ia pakai dan jelas terlihat luka yang mengeluarkan darah secara berlahan namun pasti itu membuat dirinya takut untuk melihatnya.

Berlari tanpa tujuan sangat melelahkan bagi seorang Luna meskipun ini bukan pertama kali yang terjadi pada dirinya.Namun tetap saja ia kewalahan berlari sendiri dan bayangan yang menyelimuti membuatnya pasrah entah sekarang apa yang akan terjadi.

***flashback***

Pertama kalinya aku berlari sejauh seperti ini adalah ketika aku masih berada di RS. Aku meronta dan terus menendang saat mereka dokter, suster, dan penjaga unit kamarku secara bersamaan memegang tubuhku.

Aku sangat takut waktu itu, tak lama aku mulai menipu mereka dengan berpura-pura lemah. Aku tak mau membuang-buang kesempatan emas itu. Alhasil aku langsung bangkit dan berlari tanpa menghiraukan panggilan dan kakiku yang lecet karena aku tak memakai alas kaki.

Namun langkahku berhenti saat aku menabrak seseorang yang sedang menghadangku, aku tak memperhatikannya karena wajahnya tak tampak karena tak ada cahaya sama sekali hanya cahaya bulan yang menerangi sepanjang jalan.

"Jangan lari, kumohon" suara itu tepat berbisik di telinga kiriku.

"AKU HARUS PERGI!!!" Kataku kasar

Namun belum sempat aku melangkah pria yang mengetahui kelemahan itu langsung menghadapkan badanku lalu memelukku dengan erat bahkan sangat erat hingga aku kesulitan bernafas. Aku meronta namun tenaganya lebih kuat dariku hingga aku mulai melemas karena ketakutanku disusul jantungku yang terus berdetak kencang.

***

Cahaya mobil menyorot tepat dimataku membuat aku yang terduduk sejak tadi kini menutup mataku dan sedikit mengarahkan tanganku untuk menutup cahaya tersebut. Seseorang turun dan menghampiriku.

"APA LO GILA! KENAPA LO LARI COBA! LIHAT KAKI LO TERLUKA!" Kata Abby sarkas sambil menunjuk arah kakiku.

Meskipun aku tak melihat wajahnya tapi suaranya yang khas membuatku mudah menebaknya. Berlahan aku membuka mataku dan Abby berada cukup dekat dengan wajah yang terlihat kacau ini.

"Lo gak papa?" Tanya Abby yang menurunkan nada suara dingin padaku.

Aku menggelengkan kepalaku berlahan mengisyaratkan bahwa aku tidak baik-baik saja. Aku tidak bisa berbohong karena kakiku sekarang benar-benar sakit.

"Gue akan pegang lo sekarang, kalo lo ngerasa ada yang aneh cepet bilang" jutek Abby yang tetap mengkhawatirkanku.

Berlahan aku memberikan tanganku padanya. Aneh. Aku tak merasakan apa- apa saat bersentuhan dengannya.

Ia membantuku berdiri tangan kanannya memegang pundakku dan tangan kiri memegang tanganku yang ku letakkan dipundaknya. Berjalan menuju mobil CRV miliknya.

Mobil Abby terus melaju dan tak lupa sesekali melirik Luna yang melamun entah apa yang Luna pikirkan tentang Abby.

Jam 12 : 00 AM
Luna meraih ponsel milih Abby dan meminta permisi.

Deg

Deg

Tatapan Luna berubah menjadi tatapan penuh ketakutan dan kebencian disertai detak jantung Luna yang tak beraturan itu. Abby hanya menoleh seakan tak tau apa yang terjadi pada Luna.

10 oktober adalah hari ulang tahun Luna yang ke 15 tahun dan bertepatan peringatan lima tahun kematian ayah dan bundanya.

***

"Luna kamu gak papa nak? Mama khawatir sama kamu Luna" Tante Lisa yang langsung menghampiri Luna sambil mencoba memeriksa keadaannya.

"Abby antar Luna ke kamarnya sekarang" kata om Bram.

Abby membantu Luna berjalan tertatih-tatih karena tubuh Luna yang lemas dan wajah pucatnya melengkapi semuanya, Luna hanya terdiam.

"Ini kamarmu masuk dan istirahat, aku akan pergi sekarang" Abby pamit pada Luna.

Luna membuka pintu dan langsung mengunci pintu dengan sangat rapat sehingga orang lain takkan mudah masuk ke kamarnya.

"AAAAAAAA AKU BENCI!!!AKU BENCI AAAAAA!!!" Suara teriakan Luna membuat Abby berlari menuju kamar Luna dan mencoba membuka namun tak berhasil.

"LUNA KAMU KENAPA!? BUKA PINTUNYA LUNA!" kata Abby sambil mengedor pintu kamarnya kuat.

Tak ada cara lain satu-satunya cara hanyalah mendobrak pintu kamarnya. Abby meminta izin pada tante Lisa dan om Bram untuk mendobraknya. Dengan penuh perjuangan pintu kamar Luna terbuka dan terpampang Luna yang terlihat begitu kacau sambil menghambur-hamburkan kasurnya.

"AAAAA AKU BENCI DIRIKU AKU BENCI!!" teriak Luna sambil mengacak-acak rambutnya.

Abby langsung menahannya bahkan untuk seorang cewek tenaga Luna cukup kuat. Abby terus mencoba menenangkan Luna namun Luna terus meronta sampai Abby memberanikan diri untuk mendekap dan langsung mencium kening Luna.

Luna terdiam dan Abby melihat mata Luna menjadi sayup-sayup dan berlahan tersungkur ke bawah. Sontak Abby langsung menahan tubuhnya namun badan Luna sudah tergeletak di lantai. Abby begitu miris melihat keadaan Luna sekarang. Abby mendekap kepala Luna dan memangkukan tangannya seraya meratapi wajah Luna yang berkeringat disertai nafas yang tak beraturan membuat tubuh Luna ikut bergerak sesuai tempo nafasnya.

***
Luna kok sering pingsan?

Tenang aja Luna gak bakal kenapa-kenapa kok sejauh ini karater Luna emang "LEMAH" tapi dia akan menjadi "KUAT" kalo udah sama si Doi nya 😅 #azekk

Jangan lupa VOTE dan COMMENTS nya kawan 😊

⚠Don't be silent readers⚠

- Zzr -

If You Know Who I'm [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang