Setahun sudah semenjak pertemuan terakhir antara Abby dan Luna saat di panti. Banyak kejadian yang menyenangkan sekaligus mengharukan di saat Luna berada di lingkungan barunya. Luna selalu menanyakan keberadaan Abby kepada bibi namun selalu saja bibi mengalihkan topik pembicaraan dan menyuruh Luna untuk melakukan banyak hal supaya ia melupakan Abby.
"Luna, bibi akan ke pasar kamu jaga rumah yah jangan keluyuran kemana-mana" teriak bibi pada Luna yang hanya memperlihatkan jempolnya pada bibi sebagai jawaban.
Luna sangat jenuh berada dalam rumah ini. Yah Luna sudah menganggap yayasan ini sebagai rumahnya dan anak-anak yang berada disini sebagai adiknya. Untuk menghilangkan kepenatannya Luna duduk di bawah pohon sambil membaca sebuah novel yang belakangan ini menjadi populer.
"Lah kok hujan sih ihh?" Gerutunya kesal sambil beranjak dari tempatnya untuk berteduh. Tiba-tiba karena kecerobohan tak melihat ke bawah, ia tersandung batu dan membuat dirinya berpingkal ke depan namun tak sampai jatuh.
"Kamu gak apa-apa nak?" kata seorang wanita yang terlihat khawatir.
"Iy..iya makasih saya baik-baik saja, maaf anda siapa yah?" Kata Luna sedikit lembut.
"Tanyanya nanti aja, tuh liat baju kamu basah" Luna langsung melirik bajunya yang memang cukup membuatnya kedinginan karena basah.
Setelah mengganti bajunya Luna menghampiri sepasang suami istri yang sedari tadi saling bercengkrama satu sama lain. Ini adalah hal yang biasa buat Luna seseorang datang ke yayasan kalo bukan untuk mengasuh seorang anak paling memberikan sedekah untuk kebutuhan kami.
***Luna***
"Nama kamu Luna kan?" Aku mengangguk pelan lalu tersenyum manis pada mereka.
Tak lama bibi datang sambil membawa beberapa kantong plastik yang lumayan berat. Aku yang tak tega membantunya dan masuk ke dalam untuk menyimpannya.
Aku keluar dengan membawa 2 cangkir teh hangat lalu ku seduhkan beberapa potong kue lapis. Lalu aku kembali duduk disebelah wanita itu.
"Jadi Luna kenalin ini tante Lisa dan om Bram" senyum bibi memperkenalkan mereka padaku.
"Mereka ingin mengasuh anak dari yayasan ini" kata bibi yang membuat hatiku senang.
"Ku harap anak itu adalah aku"batinku memohon.
"Wahh itu bagus bi, tante sama om mari saya antar buat melihat-lihat anak di yayasan bibi Abby" mereka sontak mengelengkan kepala lalu mulai menatapku penuh arti.
"Tante sama om sepakat untuk memilih kamu sebagai anak tante" Deg! Sontak aku melihat bibi yang tersenyum hampir tertawa melihatku.
"Umur aku 14 tahun, memangnya gak papa tante?" Tanyaku ragu semoga saja mereka mengiyakan. Nampaknya Tuhan mendengar permintaanku. Benar saja mereka langsung mendekat padaku.
"Om sama tante sudah 7 tahun menikah namun belum mempunyai momongan, dan melihat kondisi yang tidak memungkinkan...Tante sama om sepakat buat mengasuh anak seperti kamu, Tante merasa nyaman dan tante mengatakan pada om tentangmu" katanya terseduh melihatku
Aku melihat bibiku yang mulai bergelingan air mata, aku langsung menghampirinya dan entah kenapa aku mulai menangis.
"Bibi jangan nangis ihh..aku kan jadi sedih "
"Bibi makasih buat semuanya yang bibi lakuin, makasih buat susu putih yang tiap kali aku bangun bibi selalu memberikannya padaku, berbagi pengalaman dan yang lainnya, aku tidak tau harus berbuat apa pada bibi selain ucapan syukur dan berterima kasih, sekarang Luna bakal pergi tapi Luna janji akan mengunjungi bibi di lain waktu" kataku yang masih terisak karena meninggalkan bibi dan adik kecilku yang lainnya.
Aku membuka lemari mengambil koper berwarna blackpink itu lalu ku letakkan semua keperluanku beserta pakaianku dan menuju ke dalam mobil tak lupa berpamitan dengan bibi.
***
Jarak antar rumah yayasan dengan rumah tante Lisa cukup jauh. Di sepanjang jalan Luna melihat hamparan bunga matahari yang tumbuh membuat mata Luna terpesona. Orang tua angkat Luna hanya asik bernyanyi entah itu lagu apa yang jelas sedikit membosankan menurut Luna.
Sedari meninggalkan rumah yayasan Luna membungkam tak mau berbicara sepatah katapun terhadap orang tua angkatnya. Mungkin Luna merasa canggung berhadapan dengan orang baru dan sekarang menjadi orang tuanya. Seketika memories saat Luna bersama ayah dan bunda kandungnya di dalam mobil menuju villa itu terngiang-ngiang dibenaknya.
Tante Lisa melirik ke kaca hendak melihat Luna namun betapa kagetnya ia ketika Luna menangis dan menggenggam begitu erat kedua tangannya yang bergemetar.
"Yang, berhenti!" Kata tante Lisa pada om Bram sambil menoleh padaku.
Tangisan Luna lebih keras daripada suara musik yang sejak lama berbunyi itu. Mereka memberhentikan mobil di tepi jalan yang lumayan sepi.
***Luna***
"Sayang kamu kenapa?" Kata tante Lisa sambil melihatku tak berhenti berisak.
"Aku...cuma...meng....ingat sesuatu" aku mencoba mengatakannya namun dadaku begitu sesak. Inikah yang disebut Dejavu? Jika iya itu yang terjadi padaku sekarang.
"Ayah!!! Bunda!!!hikkss" kataku masih berlanjut.
Aku merasa perasaan aneh ini muncul membuatku sesak bahkan sangat sesak. Bayangan itu nampak nyata dibenakku sangat ironis aku tak mampu mengatakannya. Aku hanya bisa mengingat hal-hal itu, tanpa mengetahui siapa yang terlibat dalam masalah itu. Yang aku ingat hanyalah aku terus memanggil dirinya ayah dan bunda.
Seseorang memegang tanganku lalu mengatakan sesuatu namun saat itu juga aku tak mendengar apa yang ia katakan. Aku langsung meraih pintu lalu berlari sejauh mungkin. Aku tidak peduli orang itu terus memanggil namaku.
***
Maaf klo ceritanya gaje 😅Open Question guyss!!
👇 Contoh 👇
Lo kok ilang? (Abby)
Ntar jwbnnya di update sblm chapter 10!! Tapi klo gak ada yang nanya Q&A update paling akhir
Buat seru-seruan aja kawan 😉
- Zzr -
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know Who I'm [END]
Roman d'amourKisah seorang gadis bernama Luna yang mengidap Social Anxiety Disorders (SAD) atau Gangguan Kecemasan Sosial dan takut terhadap sentuhan atau Haphephobia. Kejadian yang terjadi beberapa tahun silam, membuat dirinya harus menjadi seorang yatim piatu...