CTA! [Minghao]

1.8K 196 18
                                    

Cukup tau tanam dalam diri
Tak usah ku dekatimu lagi....

----

"Lo tuh ya, ish! Jahat banget, sumpah!"
Airin mencak-mencak sendiri dihadapan lelaki yang saat itu tengah duduk manis, menyesap minuman dingin pesanannya.
"Otak lo lagi macet ya, Apa gimana deh?! Nggak mikir banget."

Lelaki itu mendengus, "Berisik banget sih lu pagi-pagi gini udah ngomelin orang."

"Ya lagian lo-nya juga keterlaluan banget!"

"Keterlaluan apa sih, gue udah jujur, seperti apa yang lo saranin kemaren. Trus salahnya gue dimana?"

"Salah lo itu nggak pake perasaan!"

"Kalo pake perasaan ntar dia nambah baper."

Airin terdiam sejenak, "Iya juga sih, ish, tapi tetep aja cara lo nyampein ke dia itu salah."

"Astaga, salah dimana lagi sih, Rin." Minghao mengacak rambutnya frustasi. "Apa yang dipermasalahkan lagi? Toh yang penting gue udah jujur ke dia, urusan dianya gimana ya terserah dia."

Ini masih pagi, dan sepupunya Airin itu sudah berulang kali mengetuk pintu kamarnya. Alih-alih membawakan makanan atau apa, wanita itu justru malah mengomelinya tak jelas.
Membuat pagi Minghao kali ini terasa cukup buruk.

"Uh! Serah lo deh! Untung lebih tua, kalo nggak udah gue abisin lo," kata Airin sebelum meninggalkan Minghao seorang diri di meja makan.

Lelaki itu menatap kepergian Airin dengan wajah bingung. Ya, kenapa wanita seribet itu?

----

Kamu memutuskan datang lebih pagi ke sekolah hari ini, bukan tanpa alasan. Ya, kamu saat ini tengah menghindari seseorang yang belakangan ini memenuhi ruang di otak dan juga hatimu.
Terlebih lagi gara-gara kemarin, kata-katanya mampu memporak-porandakan hatimu, hingga membuatnya hancur menjadi berkeping-keping.

--FLASHBACK ON--

"Sorry, bikin lo nunggu lama."
Kamu menoleh, memandang Minghao yang baru saja tiba.

"Ng ... Nggak apa-apa kok. Duduk, Ming."

Lelaki itu lantas menarik kursi dihadapanmu, lalu duduk disana. Dia tampan. Membuatmu bersusah payah mengontrol detak jantungmu yang mulai tak karuan.

"Lo udah dari tadi?"

Kamu menggeleng, "Nggak kok aku baru sampe sepuluh menit yang lalu."

"Oh gitu."

"O iya, lo ngajak gue ketemu ada apa ya?" tanyamu.

"Ah itu, soal gosip-gosip yang beredar belakangan ini tentang lo dan gue. Sejujurnya gue ngerasa risih," terang Minghao.

Kamu mengernyit, "Risih?"

"Iya. Siapa sih yang nggak risih kalo digosipin kaya gitu? Terlebih lagi itu nggak bener sama sekali."

"Mungkin mereka mikirnya gara-gara kita belakangan ini keliatan deket, Ming."

"Iya kali ya," Minghao berdecak heran. "Itu tuh yang suka ngambil kesimpulan sendiri tanpa ada konfimasi sama yang bersangkutan."

"Ming...."

"Ya?"

"G ... Gue mau tanya."

"Tanya apaan, (Y/N)?"

Kamu menghela nafas sejenak, "Lo anggep gue selama ini apa?"

"Loh, kok tiba-tiba nanya gitu?" tanya Minghao bingung.

"Nggak, gue cuma pengen tau aja."

"Oh gitu. Lo itu ... gue anggep temen. Sama lah kaya yang lainnya."

Nafasmu terasa tercekat begitu mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Minghao beberapa saat yang lalu. Kamu benar-benar hancur.

"T ... Temen?!"

"Iya lah, mau apalagi emang?"

"Jadi kedekatan kita selama ini cuma kamu anggep sebatas temen aja?"

Lelaki itu mengangguk mantap, tanpa keraguan sama sekali.

"Kenapa? Lo baper, ya?"

"Kalo boleh jujur, iya gue baper! Siapa sih yang nggak baper kalo digituin? Sikap lo ke gue selama ini bikin gue mikir kalo lo nganggep gue lebih dari temen, Ming."

Lelaki itu tertawa, "Hahaha yaelah nggak cuma lo kali yang gue gituin, ada beberapa cewek di sekolah ini, dan ya mereka fine-fine aja. Kok lo baperan sih, (Y/N)."

"Trus lo bilang sayang ke gue itu maksudnya apa??"

"Emang nggak boleh ya bilang sayang ke temen? Haha kecuali kalo gue bilang I love you ke lo, baru dah tuh gue anggep lebih dari temen." terang Minghao, lagi. "Eh tapi nggak juga sih."

"Lo manggil gue beb, sering anter jemput gue, selalu ada disaat gue butuh. Itu maksudnya apa??"

"Hadeh hahaha...." lagi-lagi lelaki itu tertawa, terlihat tidak ada keseriusan sama sekali. "Itu tandanya gue care sama lo. Ya daripada tiap hari lo naik angkot, mending bareng gue aja kan? Gratis haha. Lagian rumah kita juga searah."

"Jadi please jangan baper. Lo tau kan gue orangnya gimana." timpal lelaki itu. 

Matamu memanas, diikuti air mata yang mulai membendung. "Lo tuh ya ... Uh, jahat!"

Kamu meraih tas, kemudian beranjak meninggalkan Minghao yang masih diam di posisinya.

"(Y/N), lo mau kemana?"

Kamu terus saja melangkah tanpa menghiraukan panggilan Minghao yang berulang kali itu.

---FLASHBACK OFF---

Kamu menendang botol minuman kaleng yang tidak sengaja kamu temukan di jalan. Hampir dengan sekuat tenaga. Kamu berniat meluapkan kekesalanmu pada benda mati itu.
Namun sayang, nasib baik tidak berpihak padamu hari ini.
Botol minuman kaleng yang kamu tendang itu tiba-tiba saja mengenai seseorang, tepat dikepalanya.

"Aw!" orang itu meringis, sembari mengusap kepalanya yang terkena botol minuman kaleng tadi.

Reflek kamu mencari asal suara itu.

Sial!
Ternyata botol minuman kaleng itu mengenai kepala Minghao. Jujur, kamu malas bertemu dengannya.

"Siapa nih yang nendang?" tanyanya sembari melihat ke sekitar.

"Gue!"

Lelaki itu berbalik badan, "(Y/N)?"

"Iya, gue yang nendang."

"Lo sengaja?"

Kamu mengernyit, "Sengaja? Ya nggak lah!"

"Minta maaf cepet." titah Minghao.

"Dih, males. Orang nggak sengaja."

"Ish! Tapi tetep aja akibat ulah lo itu jadi bikin kepala gue ini sakit."

Kamu menghembuskan nafas, "Lo pikir kata-kata lo kemaren nggak bikin gue sakit hati?"

"Tapi ... kan be...."

"Beda apanya? Sama-sama nyakitin kan?"

Lelaki itu tertegun sejenak. Mencerna kata-katamu barusan.

"Jadi kita impas kan? Yaudah."

Kamu lantas melangkah pergi mendahului Minghao tanpa mengucap sepatah kata lagi.

Sudah cukup jelaskan?



----






DONE!
Maaf ya kalo part ini pendek banget, soalnya dadakan idenya hahaha.
Don't forget to vote and comment!

By the way, aku lagi bikin cerira baru nih, judulnya "ARJUNA MERANA"
Jangan lupa mampir yaaahh!! Ditunggu wkwkwk.

SEVENTEEN IMAGINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang