"Yang...."
"Iya?"
"Apaan sih, siapa yang manggil lo."
"Lah, itu tadi...."
"Emang nama lo yang? Ewh!"
----
Dino enggak tahu lagi gimana caranya untuk ngehindar, segala macam cara udah dia coba tapi tetap aja nggak ada hasilnya.
Ia sejujurnya hampir frustasi, sampai minta beberapa temennya untuk ngebantu dia ngehindar.
Bukan nggak ada alasan sih Dino kalang kabut begini, pasalnya dia ngerasa terganggu, dan ini udah di level yang paling parah!
Awalnya Dino nggak pernah mau mikirin soal penggemar rahasia ataupun apalah itu sejenisnya, toh pikirnya selagi belum menganggu it's okay!
Tapi semakin kesini setelah banyak kejadian yang udah dia alamim, baru deh dia menyesali ketidakpeduliannya itu.Sekarang ia hanya perlu cara untuk mengatasi penggemar rahasianya yang semakin menjadi.
"Lo semua pada punya ide lain nggak sih? Gue udah semakin terancam nih." Dino ketar-ketir sendiri.
Jun menggeleng, diikuti Minghao dan Hoshi. Sepertinya salah deh Dino minta saran dari mereka, karena enggak pernah ada yang bener. Heran.
"Nikmatin aja kali, Din," kata Minghao disela kesibukkannya memetik senar gitar.
Dino lantas melempar lelaki itu dengan bantal, "Apanya yang mau dinikmati??? Lama-lama bikin gila.""Lo udah coba ngomong belum sih?"
"Udah, Hos. Lo inget nggak sih waktu itu gue ngajak lo buat nemenin gue ngomong ke tuh cewek, tapi nyatanya apa? Tetep kekeh kan."
"Gila ya, nggak nyangka ada penggemar sefanatik itu."
Dino menghempaskan nafas kasar, ia benar-benar kehabisan akal sekarang.
"Din...."
"Paan, Jun?"
"Gue punya ide," Jun meletakkan ponselnya, kemudian menatap ketiga temannya secara bergantian. "Kali ini pasti bakalan berhasil."
Dino, Minghao dan Hoshi sama-sama menyernyitkan dahi. Ketiganya menatap Jun bingung, seolah berkata "ah yang bener lu."
"Natapnya biasa aja dong! Yah, setelah gue pikir-pikir kayanya ini cara terbaik. Tapi ... ada resikonya."
"Resiko apaan?" tanya Dino.
"Siap-siap aja dijudesin."
----
Kamu baru aja mau keluar kelas sebelum tiba-tiba Dino muncul dari balik pintu dengan senyum yang sumringah.
Cowok itu natap kamu sambil senyum-senyum. Bikin kamu mikir, apaan sih tuh cowok senyam-senyum sendiri, abis obat kali ya.Yasudahlah biarin, suka-suka dia mau gimana.
Kamu memutuskan untuk terus melangkah tanpa menghiraukan Dino. Peduli amat.
Jarak kalian yang semakin dekat, sama sekali tidak membuatmu berkeinginan untuk menatapnya."(Y/N)...."
Langkahmu terhenti, lantas menatap ke asal suara. "Ye?"
"Bisa ngomong sebentar?"
"Maaf, nggak bisa. Lagi sibuk."
"Sebentar aja," lelaki itu memohon.
"Gue buru-buru."
"Janji, cuma sebentar. Nggak lama."
"Gue ngㅡ"
"Tolong banget ini. Menyangkut keselamatan gue." kata Dino dengan agak memelas.
Kamu mengernyit bingung, apa-apaan sih cowok ini.
"Kenapa sih?"
"Makannya tolongin gue."
"Aih, iya deh."
Akhirnya kamu menurut, daripada cowok ini terus memohon padamu. Cukup mengganggu soalnya. "Yaudah gih cepet, mau minta tolong apaan?"
"Ikut gue, nggak disini ngobrolnya."
Hhh!
Kamu mendengus kesal.
Udah minta tolong, maksa lagi, dan sekarang malah bikin ribet!----
"Please, tolongin gue...."
Dino memohon padamu. Dengan wajah yang terlihat memelas.
Oh ayolah, siapa yang tahan sih?"Tolong apa?"
"Jadi pacar pura-pura gue, ya?"
Manikmu membulat. "HAAAHH???!!"
"Biasa aja dong reaksinya."
"Oh oke, ralat." katamu datar. "Hah?"
"Telat anjay!"
"Hhh, ogah ah gue."
"Ayolah ... tolong ini mah."
Apa-apaan sih dia?
Dikira enak dibecandain gitu?"Nggak! Kurang kerjaan banget sih. Udah lah, gue banyak urusan." katamu.
Kamu pun segera beranjak pergi, sebelum tangan Dino terulur menarik tangan kananmu. "Jawab dulu baru boleh pergi."
"TERSERAH! Udah kan?"
Kali ini kamu benar-benar beranjak pergi. Peduli amat!
----
"Yang...."
Yaallah, sumpah.
Sepertinya menuruti kemauan Dino kemarin bukanlah pilihan yang tepat.
Pasalnya semenjak saat itu, cowok itu sering banget memanggilmu dengan sebutan 'Yang'.
Biar apa gitu? Nggak tau."Apaan sih lo?!! Berisik buanget." protesmu kesal.
"YANGG...." Dino berkata dengan maniknya yang membulat. Kenapa sih tuh orang?! Sakit mata???
Kayanya ada yang nggak beres deh!
Kamu mengalihkan pandandanganmu ke arah lain, astaga!"Kenapㅡ ah, iya?"
"Kantin yuk, Yang? Laper nih gue."
"Ayok deh!"
Kamu dan Dino melangkah beriringan ke arah kantin, berpura tidak canggung ketika melewati penggemar rahasia Dino.
"Awas lo pegang-pegang gue," bisikmu tepat ditelinga Dino. Membuat lelaki itu hanya tersenyum tipis.
Kamu bergidig ngeri begitu kamu merasakan sepasang mata menatapmu dengan tajam.
Seperti predator yang hendak memangsa buruannya.
Setelah ini sepertinya kamu harus lebih bersiap-siap, karena pastinya akan banyak kejadian yang akan menimpamu. Ya....----
Sebulan pun berlalu, tidak disangka. Kamu dan Dino melewati hari-hari sebagai sepasang kekasih, tapi pura-pura. Ya, kalian tahu sendiri lah.
Sebulan pula kamu merasakan beberapa kejadian yang cukup menganggu, wajar saja, sudah resiko.Saat ini kamu dan Dino berada di kantin, seusai menikmati makan siang, kalian berdua duduk sejenak sebab ada yang ingin kamu sampaikan padanya.
"Din...."
"Hmm?" respon lelaki itu tanpa menoleh sedikitpun padamu.
"Mau sampe kapan?"
"Apanya??"
"Pura-puranya lah," jawabmu.
"Eum, entar. Sampai kita lupa kalau ini cuma pura-pura...." ucap Dino, diikuti dengan senyum yang mengembang diwajahnya.
WHAAATT????
----
DONE!
HAHAHA
MAAP YA, AKU LAGI GABUT!UNTUK NEXT MAU SAD ATAU HAPPY????
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
Short StoryㅡImagine 'bout you and Seventeenㅡ ⓒStoryline by Jeuliets. 2016