Karena apapun yang dipaksakan pasti tidak akan berujung dengan baik.
Termasuk urusan hati.
Biarlah hati memutuskan kemana ia akan singgah. Jangan dipaksakan.
------
“Tunggu dulu, bukannya tuh cowok lagi deket sama Jia, ya?”
“Kok sekarang jadi sering datengin (Y/N) sih.”
“Si Jia ditikung kali.”
Kamu mendongak, merasakan atmosfir yang berbeda tidak lama begitu Dino datang menghampiri dan meletakkan sekaleng minuman dingin rasa peach dan makanan ringan di mejamu.
Bukan, bukan masalah kedatangan Dino yang tiba-tiba seperti itu. Tapi, teman-teman sekelas yang menatapmu dan Dino dengan tatapan yang aneh. Sekilas kamu mendengar mereka mengucapkan kata-kata yang seolah tengah menyindirmu.
Ya, belakangan ini kamu sering sekali mendengar kata-kata seperti itu. Terlebih dari teman-teman sekelasmu sendiri. Entah darimana mereka menyimpulkannya, kamu tidak paham.
Padahal kamu sudah akrab dengan Dino sejak awal kalian masuk sekolah menengah dua tahun yang lalu.Berawal dari kamu yang tidak sengaja menumpahkan es krim di hoodie Dino, ketika kalian berpapasan di sebuah minimarket. Saat itu, kamu hendak keluar dari minimarket setelah membeli beberapa camilan serta es krim, tapi, baru selangkah kamu keluar, tiba-tiba saja kamu menabrak tubuh seseorang yang lebih tinggi darimu. Alhasil es krim yang sedang kamu pegang tumpah dan mengenai hoodie orang tersebut. Kamu mendongak, menatap lelaki itu, menanyakan hal basa-basi seperti biasa.
“Lo nggak apa-apa?”
“Gue sih nggak apa-apa, tapi, hoodie gue kayaknya bakalan demam deh kalau nggak langsung dicuci.”
Ya, berawal dari kejadian itu kamu bisa sedekat itu dengan Dino sampai sekarang. Terlebih lagi rumah kalian yang berada dalam satu komplek yang sama. Sehingga intensitas kalian bertemu akan semakin sering.
Kamu hanya bisa memendam kesal setiap kali mendengar cibiran dan sindiran teman-temanmu itu. Mereka hanya mengikuti gosip yang beredar tanpa tahu kenyataannya seperti apa.
“Betah amat sih lo di kelas,” ujar Dino yang mengambil posisi duduk tepat dihadapanmu.
“Ngantuk.”
Kamu membalas singkat.
“Begadang lagi pasti,” tebak lelaki itu asal.
“Sotoy lu, bumbu rujak.” Kamu sewot. “Nggak bisa tidur gue semalem, sakit peruuuut.”
“Oh, gue tau, abis ketimpahan bulan lo, ya...”
Kamu tidak dapat menahan tawamu begitu mendengar ucapan Dino barusan. Entah kenapa, Dino tahu sekali bagaimana caranya menghiburmu ketika sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja seperti ini.
“Hahaha, apaan sih, mana ada ketimpahan bulan.”
“Terus apa dong? Gue ingetnya cuma bulan-bulan doang, gak tau dah bulan apaan itu.”
“Kedatangan bulan,” terangmu.
“Nah itu maksud gue.” Dino berseru. “By the way, tuh si bulan cakep kagak? Mau dong gue dikenalin.”
“Serah lo dah, seraaah, Din.”
Kamu lantas bangkit, membawa minuman kaleng serta makanan ringan yang diletakkan Dino tadi. Tidak tahu lagi bagaimana menghadapi ketidakwarasan lelaki itu yang sepertinya sedang kambuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN IMAGINE
Cerita PendekㅡImagine 'bout you and Seventeenㅡ ⓒStoryline by Jeuliets. 2016