III: Berbeda

322 51 6
                                    

"Kau tahu bukan, selama sebulan kedepan kita akan melakukan kegiatan sosial?" tanyanya membuka pembicaraan. Kami saat ini sedang berada di ruang OSIS sesuai dengan perintah Aster.

"Iya" balasku memain-mainkan pulpen yang sering ku bawa, lebih tepatnya ku bawa tanpa sadar.

"Bagus, kau mengetahuinya ... besok kita akan berkunjung dibeberapa objek wisata. Kau sebaiknya mempersiapkan diri untuk besok, akan ada sesi tanya jawab. Saya tidak ingin merusak nama sekolah." Jelasnya panjang lebar. Jujur aku sedikit tak suka dengan ucapannya, er... terdengar seperti merendahkanku. Dia bahkan berbicara tanpa menatap lawan bicaranya.

"Saya tahu, dan saya rasa mungkin sebaiknya, bila Anda ingin menghina kemampuan saya, silahkan langsung saja. Tidak perlu melakukan sistem sindiran, kurasa?" Jawabku jengah, dan kalian tahu. Dia hanya menyeritkan jidatnya.

"Saya sudah menyediakan beberapa rancangan kegiatan, dan visi-misi." Dia menyodorkanku beberapa lembar kertas.

Aku membaca isi rancangan dan visi-misi yang ia buat. Menurutku sudah cukup bagus, bukannya congkak, tapi kurasa rancangan yang dia buat mungkin sedikit kaku, dan visi-misinya cukup berat untuk dicerna. Sedangkan target dari kegiatan ini merupakan untuk khayalak luas, mulai dari anak-anak hingga dewasa.

"Pelajari lah itu dulu, bila ada yang ingin kau tanyakan. Kita bisa bertemu sepulang sekolah nanti." Ia beranjak dari duduknya dan lagi-lagi diakhiri dengan menepuk pundakku.

Lihat lah dia, kukira dia sebaik yang kulihat dan kukira, ternyata dia menyebalkan seperti yang orang-orang katakan.

Untungnya aku dia lebih tua dariku, bila tidak mungkin sudah kulempari wajahnya dengan sepatu.

____

AdolescenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang