XIV: Aster...

163 33 9
                                    

Hari ini adalah hari kelulusan Aster, dan itu artinya dia sudah tamat dari SMA dan masuk kejenjang kuliah.

Aster memutuskan untuk kuliah disalah satu universitas di luar kota,  yang artinya kami lama tidak akan berjumpa secara langsung.

"Happy graduation!" Teriakku kepada Aster, yang langsung disambutnya dengan rentangan tangan.

"Terima kasih." Kenapa aku merasa sedih saat Aster memelukku.

"Wah! Kau jahat, harusnya kau lulus tahun depan saja." Dia tertawa mendengar ucapanku.

"Tunggu saja, aku akan lulus tahun depan. Dengan nilai yang jauh lebih tinggi dari mu." Ocehku, Aster mengelus kepalaku, setelahnya aku yang terlebih dahulu melepaskan pelukan.

"Pasti, kau harus lulus dengan nilai tertinggi!" Tekannya, kemudian tertawa. Kurasa, aku akan rindu padanya.

***

Siang nanti Aster sudah akan berangkat, dan pagi-pagi dia sudah ada di rumahku.

Kami mengobrol banyak, dia bahkan mengobrol dengan sangat akrab dengan kedua orang tuaku.

"Katanya, kamu suka sama Ava?" Tanya Mama. Huh! Mama ini sungguh membuatku malu.

"Iya, Tante. Tapi, tenang saja saya tidak pernah melakukan hal diluar batas." Aster dengan percaya diri.

"Papa setuju saja kalau kamu bersama dengan Ava, Om percaya sama kamu." Papa juga, aku benar-benar malu.

"Kamu pacaran sama Ava?" Djeduar! Pertanya Mama, sungguh cermat.

"Tidak, Ma." Jawabku cepat.

"Loh?" Mama terheran.

"Papa melarang Ava berpacaran dulu." Jawabku jujur.

"Ih, Papa gimana sih?" Kesal Mama.

"Iya, Ava belum boleh pacaran..." Ucapan Papa terpotong.

"Karena Ava, belum punya penghasilan." Sambungku cepat.

"Pintar." Sahut Papa.

"Iya, Tante. Lagi pula kami belum terlalu dewasa untuk hal seperti itu." Jawab Aster, dia memang sehati denganku. Kami selalu sepemikiran.

____

AdolescenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang