"Maaf." Ucap ku dan Aster bersamaan tanpa disengaja dan diduga.
Aster dan aku saat ini sedang duduk di salah satu gazebo di dekat danau, sembari menikmati angin sore yang menyejukkan.
"Maaf, untuk masalah yang kemarin." Aster berbalik menghadap ke arahku, walaupun aku duduk menghadap ke depan.
"Iya. Maaf, untuk masalah yang kemarin ... juga." Balasku mengulang ucapan Aster.
"Oke, mulai sekarang kita kerja sama lagi, untuk proyek ini?" Seru Aster menjulurkan tangannya.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum dan menerima uluran tangan Aster, lalu berjabat tangan.
"Kita, gunakan rancangan kegiatan yang kamu buat. Itu lebih baik." Sahutku setelah keheningan beberapa saat. Aku sengaja menyibukkan diriku dengan ponselku, walaupun yang kulihat di layar ponselku hanyalah beberapa aplikasi chat, sosial media, dan e-book . Tak ada satupun diantara nya yang kuperhatikan dengan sungguh-sungguh. Ponselku kugunakan hanya untuk alibi, kurasa.
"Baiklah, untuk visi-misi, kita bisa menggunakan yang kamu buat." Dia setuju dengan mengangguk.
"Hem, tenang. Visi-Misi nya sudah kuubah beberapa." Lanjutnya lagi.
"Um, iya." Entah aku tak tahu apa yang harus ku ucapkan. Mataku hanya terus menatap layar ponselku yang kini menampilkan room chatku dengan teman-teman sekelasku. Ya, aku hanya melihat tanpa ada niatan untuk nimbrung, istilah remaja saat ini, yaitu Sider yang merupakan singkatan dari Silent Reader.
"Kau bisa bilang apa saja yang menjanggal pikiran kamu, atau kamu bisa mengeluarkan apa saja pendapatmu." Kurasa dia sudah tersambar petir semalam(?)
"Um, ya. Kau juga." Jawabku tanpa sadar.
"Perasaan sedari tadi kamu hanya mengulangi apa yang ku ucapkan." Dia terkekeh.
"Entahlah, terasa sedikit awkward." Aku mengendikkan bahuku.
"Baiklah letakkan ponselmu, kita berjalan-jalan?" Dia menyuruhku meletakkannya, tapi dia malah mengambil ponselku.
"Kemana?" Entah mengapa nada bicara ku terdengar bodoh.
"Taman?"
"Ayo!" Sepertinya aku butuh hiburan.
______