"Orang-orang mengira kita pacaran." Aku menggerutu kesal.
"Terserah mereka." Responnya benar-benar tidak memberi solusi.
"Tapi mereka berpikir yang tidak-tidak mengenaiku." Balasku tak ingin kalah.
"Jangan dengarkan mereka." Aster aku sungguh ingin memotong lidahmu, menggunakan gergaji.
"Aku punya telinga." Ketusku.
"Jangan masukkan omongan mereka ke hati." Jawabnya tenang.
"Memang suara masuk melalui hati? Ocehan mereka pasti masuk melalui telinga." Gertakku.
"Keluarkan omongan mereka melalu telinga yang sebelahnya." Wah! Izinkan aku membantai makhluk ini.
"Terserahlah" Aku mengibas-kibaskan tanganku tak beraturan.
"Apa yang mereka katakan?" Akhirnya dia bertanya.
"Mereka bilang Ava itu perempuan penggoda, dia menggunakan ilmu gaib, dia wanita jelek... eh kalau yang wanita jelek aku memang jelek." Cibirku, namun diiringi cengiran diakhir. Aster tertawa kecil.
"Ah, lupakanlah mereka membuatku kesal!" Teriakku frustrasi.
"Mereka iri padamu. Kau gadis yang baik, manis, dan kau cantik." Dia mengelus pucuk kepalaku. Lihat betapa manisnya seorang Aster.
Ya, aku tahu kalian tidak bisa melihatnya. Aku ralat jadi, bayangkan.
"Nikmati omongan mereka. Kau pasti akan kenyang." Kekehnya.
"I'm full." Jawabku mengusap perutku.
___