-0-0-0-

220 35 9
                                    

"Semua kejadian itu tidak akan pernah aku lupakan." Aster menoleh padaku.

"Mungkin sederhana, tapi sangat terkenang." Aku tersenyum tulus.

"Va, can I ask?" Aster berbalik ke arahku.

"You can. Mau tanya apa?" Aku mengangguk.

"Kenapa kamu dulu tidak ingin berpacaran?"

Aku terkekeh mendengarnya. "Karena saat itu aku masih belum dewasa. Dan belum punya penghasilan."

"Kamu?" tanyaku balik.

"Dengan alasan yang sama. Pacaran itu menyita banyak uang."

"Iya, secara tak sadar sebenarnya pacaran itu menyedot isi kantong dan dompet." Sambungnya.

"He eh, saat orang berpacaran mereka pasti punya keinginan untuk membelikan barang untuk pasangannya. Atau tidak yang paling sederhana.... kalau orang berpacaran secara otomatis mereka akan sering berkomunikasi..."

"Yang secara tidak langsung membutuhkan uang untuk berkomunikasi, mereka pasti membutuhkan pulsa, ralat kuota. Yang menggunakan jaringan Wi-Fi juga butuh uang untuk membayar, itupun kalau pake Wi-Fi sendiri, kalau nyolong jaringan orang lain gimana coba." Aster mengakhiri penjelasannya.

"Tapi banyak remaja yang beranggapan pacaran merupakan cara mereka menikmati masa remaja mereka. Padahal, banyak kegiatan lain, yang mengandung banyak unsur positif, yang berguna untuk diri mereka sendiri dan orang lain." Namun dia melanjutkan penjelasannya tentang hal lain.

"Sebenarnya orang berpacaran mungkin bisa menjadi sesuatu yang baik, tergantung cara kita menjalaninya." Aster tersenyum.

"Iya juga sih, mungkin bagi remaja bisa menganggap pacaran sebagai motivasi belajar contohnya?" Terkaku.

"Yap, bukannya pandai menggombal, tak cerdas dalam belajar. Itu memalukan apa lagi untuk laki-laki." Aster terkekeh.

"Aster memang yang terbaik." Aku memberinya jempol, dan ber-high five

"Lagian kalau mereka memang berjodoh pasti akan bersatu..." Jiwa alay Aster mencuat, sepertinya.






***

Aster... terima kasih untuk semua hal yang kau ajarkan padaku. Terima kasih untuk perkataanmu yang sering membuatku kesal. Terima kasih untuk segalanya.

Asterku yang manis, Special Big Hug...

Luvlis,

Ava

•••••
Selesai

_____

A.N: Terima kasih untuk yang sudah membaca Adolescence, terima kasih untuk vote(s), terima kasih untuk comment nya. Terima kasih untuk saran dan kritikannya. Terima kasih untuk semua dukungannya.

AdolescenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang