Sudah dua hari aku dan Aster tidak pernah berkomunikasi. Dan hari ini dia mengirimi ku pesan agar menemuinya di taman yang biasa kami kunjungi.
Sebenarnya, aku enggan menemuinya sebab banyak murid yang menghujatku hanya karena rumor yang disebabkan oleh para penggemar Aster yang mayoritas hobby nya bergossip.
'Mereka' mengatakan bahwa aku adalah perempuan tak tahu diri, karena bisa berkenalan dengan Aster. Yah... aku tahu, aku tidak sepopuler anak-anak di sekolahku yang kerjanya hanya bergaya tanpa tahu ilmu. Otaknya kosong.
Lebih baik tidak populer dari pada populernya karena suka berkoar di sosial media, bergaya tak jelas, berbicara tanpa tahu makna hanya mengikuti alur zaman. Sama saja bohong.
Aku lebih bangga populer karena prestasi. Yap, karena kemampuan yang berfaedah dan patut dibanggakan.
Menurutku, apa yang salah dengan mengenal Aster? Orang yang bersangkutan justru biasa saja, tak marah ataupun malu(?)
***
"Kenapa kau menjauh?"
"Menjauh?" Tanyaku kembali. Aku rasa, aku tidak menjauh darinya. Entahlah hal itu spontan terjadi(?)
"Iya, kau menjauh. Apa kau tak sadar?" Nada suara Aster terdengar jengah.
"Tidak menjauh... hanya mencari zona aman saja." Jawabku tanpa berpikir.
"Zona aman? Apa kau sedang mengajari ku tentang pelajaran IPS?" Dia tersenyum tipis, di akhir.
"Penggemarmu, yang alay, heboh, centil, dan... terserah lah. Mereka menggosipi ku, aku tidak suka."
Dia tertawa, bahkan sampai mengeluarkan air mata. "Jangan pikirkan omongan mereka. Mereka cemburu, karena kau gadis yang beruntung." Aster mengedipkan matanya.
"Terserahlah, aku bosan. Beruntung apanya, Hah?" Aku mengerutkan jidatku, sehingga alisku terlihat seperti tertaut.
"Yah, beruntung. Sudahlah, aku akan menjamin kau tidak akan diserang mereka lagi." Dia terkekeh.
"Enjoy your puberty. Memang ini masa-masanya kau akan banyak mengalami hal dalam hari-hari mu. Pasti saat kau dewasa kau akan merindukan masa remaja mu." Kali ini Aster lebih lancang dari sebelumnya, dia merangkulku, dia pikir aku anak kecil yang suka di rangkul.
____