Entah dari mana dan bagaimana kalimat tersebut meluncur sangat mulus dari mulutku.
"Kau tahu dari mana?..."
"Are you stalking me?"
Boom! Mati bagaikan kutu tak berdaya.
"Kau menyukaiku?"
Wah sepertinya dia peramal! Bagaimana bisa dia tahu aku menyukainya!?
Ma!! Anakmu ini sangat malu!!
"Kenapa diam?" Astaga apa yang harus ku lakukan.
"Haha, tenanglah aku hanya bercanda!" Tawanya menggelegar. Apa dia tak tahu betapa kaget dan malunya aku?
Aku hanya tertawa garing, untuk mengurangi kecanggunganku.
Setelahnya lagi dan lagi tak ada pembicaraan, hanya keheningan yang dibumbui dengan suara semilir angin sore.
Saat kami mengobrol pasti selalu saja kami berdiam diri tanpa pembicaraan.
Hingga akhirnya Aster angkat bicara.
"Kenapa kau tidak pernah berpacaran?"
"The answer is tidak ada yang mau berpacaran denganku." Jawabku acuh, namun Aster malah tersenyum mendengarnya.
"Berarti, kau punya keinginan?" Dia menaikkan alisnya sembari tersenyum licik.
"Nope, tidak penting dan sangat unfaedah." Jawabku disertai gelengan.
"Bagus." Aster tersenyum lebar.
"Bagaimana denganmu?" Aku membalikkan pertanyaannya.
"Tidak berminat, karena tidak memiliki keinginan dan kemauan..." Ada jeda di ucapannya. "Tapi banyak yang mau berkencan denganku." Aster menyenggol lenganku.
Wah lihat betapa percaya dirinya dia, walaupun memang benar banyak yang menyukai Aster. Dia tampan, pintar dan populer. Kurang, apa dia? Dia sangat sempurnya untuk ukuran remaja lelaki teridam-idamkan.
___