Prolog

5.5K 199 2
                                    

“..... Just close your eyes, The sun is going down

You’ll be alright, No one can hurt you now .....” (Safe and Sound – Taylor swift)

Bunga-bunga bermekaran dengan indahnya. Semerbak harumnya memenuhi halaman itu. Sebuah lonceng berdenting. Satu demi satu orang keluar masuk dari pintu itu. Membawa buket demi buket bunga yang tersusun cantik. Seorang wanita berusia sekitar kepala tiga terlihat sibuk melayani orang-orang yang hilir mudik di tokonya. Sebuah toko bunga yang cukup mengagumkan. Ia begitu ramah kepada setiap pengunjung. Tak heran jika beberapa diantara pelanggannya memuji dengan berbagai macam kata.

            “Kamu ngga jemput Kemal babe?” sebuah tangan kokoh melingkar di pinggang wanita itu. Wanita itu segera memutar tubuhnya dan menangkup wajah pria dihadapannya.

            “Kamu udah pulang? Cepet banget?” tanya wanita itu dengan sedikit mendongak agar tatapannya bisa sejajar dengan pria itu. Betapa tampan pria dihadapannya ini. mata hitamnya, rahang kokohnya,

            “Aku takut istri aku yang cantik ini bakal digaet cowo lain kalo dia ngejemput putra tercintanya sendirian.”

            “Gombal. Modus. Perayu ulung!” wanita itu menurunkan tangannya dari wajah sang pria kemudian melepaskan lengan kokoh yang melingkar di pinggangnya.

            “Jadi, kamu jemput Kemal sekarang?” wanita itu hanya mengangguk.

            “kalo gitu ayo!” pria itu menggamit lengan istrinya dengan protektif.

            “Fariz, aku ngejemput Kemal dulu. Titip toko ya..” titipnya pada seorang pemuda yang sedang merangkai bunga.

            “Okesiap!” jawab Fariz. Diam-diam ia merasa sakit ketika melihat pasangan suami-istri itu terlihat begitu bahagia. Tapi ia berusaha mengenyahkan rasa aneh dalam dirinya. Karna kebahagiaan wanita itu segalanya untuk dia.

            Pria itu menengadah untuk melihat langit Jogja dengan mentari yang semakin meninggi hingga sejajar diatas kepala. Begitu panas dan menyengat kulit. Kaca mata hitam yang ia gunakan hanya memperteduh matanya. Bukan tubuhnya yang terbalut kemeja dengan lengan digulung hingga kesiku. Ia merogoh saku celana jeansnya kemudian menekan beberapa digit nomor. Setelah menunggu beberapa detik, seseorang diseberang sana mengangkat panggilannya.

            “Natalie, kamu nggak jemput Clarissa?” tanya pria itu.

            “Oh babe aku sibuk sekali. Kamu ngga sibuk kan? Tolong jemput dia ya...” rengek gadis yang dipanggil Natalie itu.

Auryn's BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang