Boy 17 : Somewhere I Belong

1.7K 113 2
                                    

Hollaaaa!!

Balik lagi nic huohohohohoho XD

WARNING! Siapin kipas buat part ini hohoohoho:))))))))

Jangan lupa buat ninggalin jejak berupa KOMENTAR+VOTE!!! WAJIB!!

Happy reading!

Lafff Laffff {{{}}}

*

*

*

“When this began

I had nothing to say

And i’d get lost in the nothingness inside of me

I was confused......”

 

 – Analyse –

            Seperti biasanya, sesuai aku pergi ke toko di pusat kota dan sebelum jam makan siang berlangsung, aku pergi ke green house untuk menata serta melihat-lihat tanaman bunga-bungaku yang semakin hari semakin banyak. Aku berfikir untuk membeli tanah di samping green house agar aku bisa meluaskan lagi green house yang sekarang. Tapi sepertinya aku harus meminta persetujuan Gerald. Ah ya, Gerald...............aku merindukannya. Aish, ada apa denganku. Aku kembali memotong dedaunan yang telah menguning bahkan berubah menjadi coklat.

            “Astaga! Ke-” aku terhenyak mendapati sebuah tangan melingkar erat dipinggangku. Aku segera memutar tubuhku dan cukup terkejut mendapati sosok dibelakangku yang lengannya masih menggelayut manja ke pinggangku.

            “Hay babe...” sapanya dengan senyuman lembut seperti yang ia biasa berikan padaku.

            “Kamu ngagetin aku rald...” aku menaruh gunting ke atas meja dibelakangku.

            “Hmmm, sorry...” Gerald mencium pipiku dengan lembut. Aku bisa merasakan beberapa bulu kumisnya yang mencuat menggelitik pipiku.

            “Aku kira kamu bakal pulang beberapa hari lagi.” Aku mengusap pipi Gerald untuk menjauhkan wajahnya dari pipiku.

            “Kamu ngga suka aku pulang lebih cepet?” aku menggeleng.

            “Kamu pasti capek... penampilan kamu acak-acakan banget sih. disana emang ngga bisa cukur rambut gitu? Atau jangan-jangan kamu ngga pernah tidur lagi disana?” cecarku ketika tanganku meraba jambangnya yang telah panjang, kantung mata yang tercetak jelas dibawah matanya. Serta bulu-bulu halus yang mencuat didaerah rahang hingga dagunya.

            “Aku terlalu kangen sama kamu buat bisa tidur tenang disana...” Gerald menyelipkan rambut-rambutku yang menjuntai menutupi wajah ke belakang telinga.

            “Tapi aku ngga mau kamu sakit...” ya, bagaimanapun juga aku tetap mencintai suamiku ini.

            “Sssttt... aku baik-baik aja sayang. Kamu liat kan? Aku sehat-sehat aja... okey?” aku mengangguk mengerti. Gerald membelai pipiku lembut, membuat desiran-desiran yang tak aku mengerti kembali timbul. Rasanya aneh, aku merasakan ini ketika aku berada di sisi Kemal dulu. Tanpa ku sadari bibir Gerald telah menyentuh bibirku. Melumatnya perlahan dengan sangat membuai. Gerald menarik tubuhku untuk lebih mendekat dengan tubuhnya hingga tak adalagi ruang yang tersisa. Lenganku telah melingkar pada leher Gerald untuk menahan tubuhku yang sekarang seperti jelly-o. Ada kerinduan mendalam yang aku rasakan saat Gerald menciumku seperti ini. rindu yang sulit untuk kami utarakan satu sama lain.

Auryn's BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang