Boy 3 : The Great Divide

2.5K 136 5
                                    

“......And I never guessed how close you were to me

And now I wanna throw my arms around ya

Tell a thousand tales that will astound ya ......”

– Auryn –  

            Aku terjaga ketika alarm di nakas samping tempat tidur berdering dengan nyaring. Perlahan aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Tanganku sibuk meraba nakas untuk menemukan dimana sumber bunyi yang mengganggu pagi tenangku. Setelah tanganku berhasil meraih jam berbentuk kubus diatas nakas, aku mematikannya. Dan......aku menyadari sesuatu. Aku masih mengenakan kemeja Gerald yang terasa sangat besar ditubuhku. Mengingat kejadian tadi malam membuat wajahku terasa panas kembali. Kami hampir melakukan arrr.....seperti itu entah bahasa atau kata apa yang tepat untuk menjabarkannya. Tapi yang jelas hampir. Karna tiba-tiba Kemal menggedor pintu kamar kami dan merengek untuk tidur bersama. Aku tak bisa menolak Kemal kemudian mengusirnya, maka kami tidur bertiga. Dengan Kemal ditengah tentunya. Aku bisa melihat wajah Gerald tadi malam yang tampak arrrrr – kecewa.

            “Sayang... udah pagi. Kamu sekolah kan hari ini?” aku mengecup kening Kemal sambil mengusap rambutnya lembut. Kemal menggeliatkan tubuhnya merasa terganggu akan sentuhanku.

            “Kemal... udah pagi nih. Nanti kamu telat ke sekolah....” rayuku sambil mengelus pipinya lembut.

            “Kemal masih ngantuk bunda....” ucapnya kemudian menggulingkan tubuh menghadap Gerald. Pandanganku bertemu dengan mata Gerald. Aku pikir dia belum bangun karna dia memang tak berniat ke kantor sampai toko dan green house ku selesai direnovasi.

            “Hey little prince. Hari ini ayah loh yang nganter kamu... bangun dong...” ucap Gerald sambil menumpu kepalanya pada siku lengan, menghadapku dan Kemal.

            “Serriously?” tiba-tiba Kemal membuka matanya dengan bersemangat.

            “yup. Ayo cepet mandi gih terus sarapan...” jawab Gerald seraya mengusap rambut Kemal.

            “Okey...” dengan sigap Kemal menyingkap selimut kemudian berlari keluar kamar sambil membanting pintu kamar kami.

            “Kamu nggak bangunin aku kaya Kemal tadi?” aku menoleh untuk menatap Gerald dengan pandangan bingung.

            “Kamu udah bangun. Ngapain aku bangunin lagi?” tanyaku heran.

            “But i want.” Ucapnya merajuk yang membuatku terkekeh geli.

            “Apaan sih.” aku hendak beranjak dari tempat tidur ketika Gerald menarikku ke dalam pelukannya.

            “Geraalldd...” aku berusaha melepaskan pelukannya. Walaupun sebenarnya enggan. Asdfghjkl.

            “Kita lanjutin yang semalem babe?” aku mendongak sambil menatapnya horror.

            “A-ak-ku mau nyiapin s-sarapan. Lagi juga kamu mau nganter Kemal kan?” kilahku padanya.

            “Kita bisa pake yang paling cepet ko..” aku merasakan wajah Gerald mulai mendekat dengan seringaian menggodanya.

            “Geraalldd... Aduh, aku harus nyiapin sarapan..” aku membuang muka untuk mengelak ciumannya.

            “Aku mau sarapan kamu aja gapapa ko..” DEG. Matilodor! Aku memang telah menjalani pernikahan bersama Gerald selama dua tahun. Bahkan sebelumnya kami telah menghabiskan lima tahun bersama. Dan sebelum-sebelumnya kami adalah sahabat baik. Tapi untuk masalah making bla bla bla itu belum pernah kami lakukan. Aneh memang sepertinya. Tapi memang begitu kenyataannya. Selama dua tahun Gerald sibuk dengan pekerjaannya. Kemudian beberapa bulan terakhir ini Gerald menjadi lebih banyak meluangkan waktu untuk kami bersama setelah Kemal selalu memintanya menemani mengerjakan tugas yang mulai bertambah banyak seiring berjalannya waktu.

Auryn's BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang