2

2.6K 131 0
                                    

"Kau gila apa?" Ujar Rea pada gadis di depannya

"Tidak Rea aku masih waras"

"Kalau begitu ganti bajumu!"

"Apa maksudmu?"

"Kau tahu kerajaan kita membenci warna biru karna warna itu melambangkan kerajaan timur"

"Tapi, pakaian ini sangat bagus Rea. Aku menyukainya"

"Lánya! Kamu bisa dihukum nanti! Cepat ganti pakaianmu!"

Sang putri baru saja mau menyahuti pelayannya tapi, suara ketukan pintu membuatnya terhenti

"Yang mulia. Baginda raja, permaisuri sudah menunggu anda"

"Tunggu sebentar Kathleen..."

"Baik yang mulia..."

.....

"Yang mulia putri Lánya sudah tiba..." Salah satu pelayan menyerukan nama sang putri dari luar ruangan besar

Sang putri berjalan masuk. Dia menyuruh seluruh pelayannya menunggu di luar dan dia masuk sendiri ke dalam ruangan itu

"Ayahanda... Ibunda...selamat pagi" sapa sang putri

"Selamat pagi putriku" ujar sang ayah

"Kemarilah..." Sang raja memberi perintah

Sang putri mendekat dan duduk di lantai dengan kepala bertumpu di paha sang raja

"Ada apa ayahanda?"

"Ikutlah dengan ayah. Ayah mau mengajakmu ke perbatasan"

"Baiklah. Jika itu keinginan ayahanda aku akan menurut"

Sang raja dan permaisurinya tersenyum. Sang raja mengusap helaian halus putrinya dengan penuh kasih sayang

"Ayo berangkat nak, matahari sudah mulai meninggi" ujar sang raja

"Baik ayahanda"

Sang raja dan putrinya bersiap pergi, mereka berangkat dengan kuda mereka. Terkadang sang putri bertanya pada ayahnya kenapa harus naik kuda jika mereka bisa mengeluarkan sayap yang kokoh dan terbang? Namun, pertanyaan itu hanya dijawab dengan senyuman oleh sang ayah

Sesampainya Raja disana, mereka langsung disambut oleh para prajurit dan dibawa ke sebuah ruangan yang diyakini sang putri sebagi ruang rapat. Sang putri tertarik dengan peta yang tergeletak di meja

"Ayahanda..." Panggil sang putri

"Ya putriku. Ada apa?"

"Dengan siapakah kita berperang?"

"Kerajaan Timur"

"Tidakah pasukan kita akan habis percuma bila ayahanda menyerang seperti ini?" Tunjuk sang putri pada peta yang dipenuhi bidak-bidak

"Lalu, apa saranmu putriku?"

Sang putri mengacak semua bidak dan memindahkan bidak-bidak itu hingga tersusun sebuah formasi baru. Sang putri tersenyum saat melihat hasil karyanya

"Seperti ini ayahanda" ujar sang putri

"Maafkan hamba yang mulia. Jika yang mulia menyusun seperti ini, lantas kemana para pemanah kita yang mulia?"

"Disini jendral" tunjuk sang putri

"Pemanah kita akan ada disini"

Sang putri berbalik dan menatap ayahnya dengan senyum manis di wajahnya

"Bagaimana ayahanda?"

"Jendral" ujar sang raja

"Hamba baginda"

"Ikuti formasi baru ini"

"Baik baginda"

Sang jendral melanjutkan pembicaraan dengan sang raja. Lalu, tuan putri itu memilih berkeliling tenda prajurit dan membantu mereka menyajikan makanan. Sang putri tersenyum lembut kepada para prajuitnya

"Sedang apa kamu disini, putriku?"

"Ayahanda..."

Sang putri berbalik dan mendapati ayahnya tengah menatapnya juga para prajurit

"Aku yang memaksa untuk membantu. Jangan hukum mereka" ujar sang putri

"Apa kamu bosan?"

"Iya ayahanda. Aku bosan. Bolehkah aku kembali?"

"Sendiri?"

"Tentu tidak ayahanda, prajurit ayahanda akan mengantarku kan?"

Sang raja berpikir sejenak dan menganggukkan kepalanya

"Antar putriku sampai ke istana!"

"Baik baginda!"

Sang putri memeluk ayahnya dengan erat

"Sampai bertemu di istana ayahanda"

"Hn. Sampai bertemu lagi"

Sang putri naik ke atas kudanya dan segera memacu kuda itu dengan diapit oleh prajurit ayahnya. Mereka memacu kudanya dengan sangat cepat

"Berhenti!" Ujar sang putri

"Ada apa yang mulia?"

"Aku lelah. Kita sudah berkuda selama dua jam. Biarkan aku istirahat. Aku haus"

"Baiklah yang mulia"

"Aku akan ke sungai! Jangan mengintip!"

I Love You 'Till The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang