15

1.2K 81 0
                                    

Lánya duduk termenung menunggu Lucifer datang ke padang seperti janjinya. Sesekali Lánya tersenyum kecil mengingat hal yang terjadi padanya dan Lucifer

"Ah!" Pekik Lánya terkejut saat ada sepasang tangan yang menutupi matanya

"Sudah lama menunggu?"

Lánya tersenyum, ia mengangkat kedua tangannya untuk melepaskan tangan yang menutupi matanya. Dan menarik tangan itu agar sang pemilik tangan duduk di sebelahnya

"Tidak juga"

"Syukurlah. Aku pikir kamu sudah lama disini"

Lánya tersenyum. Keduanya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing

"Emm... Lucifer"

"Ya?"

"Ada sesuatu yang mau aku katakan"

Lucifer terdiam, tetapi dia menoleh dan menatap ke arah Lánya

"Aku..."

"Maaf..."

Lucifer mengernyit heran

"Waktu itu, kamu mengatakan sesuatu padaku dan aku diam saja. Maaf. Aku terlalu terkejut saat itu, sampai tidak tahu harus melakukan apa"

Lucifer masih diam, tatapannya masih setia kepada wajah Lánya

"Lalu, saat kamu mendiamkan aku, entah kenapa rasanya aneh bagiku. Terlebih saat kamu mengusirku kemarin. Aku merasa terhimpit oleh batu besar, dan membuatku sesak juga kesakitan. Aku bahkan tidak tahu kenapa rasanya aku selalu ingin bertemu denganmu Lucifer"

Lucifer menatap gadis di depannya dengan senyuman tipis. Lucifer berdiri dan mengulurkan tangannya agar sang gadis ikut berdiri bersamanya

"Mau kah kamu menjadi ratuku?" Lucifer mengulangi pertanyaan itu

Lánya tersenyum

"Aku rasa aku ingin. Tapi..."

"Ada apa?"

"Kedua kerajaan ini tidak pernah berhenti. Meski aku ingin, aku.., kita tidak bisa bersama bukan?"

Tatapan Lánya berubah menjadi sendu. Lucifer langsung menangkat wajah Lánya agar menatapnya

"Aku sudah bilang, aku akan memikirkan cara agar kita bisa bersama. Karena itu kamu tenang saja"

Lánya mengangguk

"Jadi, maukah kamu menjadi ratuku?"

"Tentu baginda raja Lucifer D'Duivel Larc"

Lucifer langsung menarik Lánya ke dalam pelukannya. Dia mengusap rambut sang gadis dengan lembut. Mereka menghabiskan malam dengan berbincang dan tertawa bersama

"Luce"

"Hm?"

"Terima kasih"

"Untuk?"

"Sudah menepati janjimu"

Lucifer tidak menjawab dia hanya mengangguk

"Lánya..."

"Iya?"

"Jangan pernah lagi kamu turun ke medan perang!"

"Kenapa?"

"Aku khawatir padamu Lánya. Aku tidak mau kejadian tadi terulang"

Lánya mengangguk "baiklah baginda"

"Jangan menggodaku Lánya!"

"Aku tidak menggodamu Luce. Kamu adalah raja maka aku memanggilmu baginda"

Lucifer menggelengkan kepalanya merasa heran dengan kekasihnya ini

"Oh iya..."

Lánya memegang pipi Lucifer

"Ada apa?" Tanya Lucifer heran

"Lukamu... Apa sudah sembuh?"

"Oh itu... Tenang saja. Hanya luka kecil"

"Bohong"

"Aku tidak bohong Lánya"

"Cepatlah sembuh. Kalau kamu turun ke medan perang dalam keadaan seperti ini, aku akan ikut turun lagi ke medan perang"

"Tidak! Jangan pernah lagi kamu turun ke medan perang!"

"Makanya, rawat lukamu dengan benar"

Lucifer mengangguk. Malam semakin tinggi, sudah saatnya Lucifer pulang ke istananya. Lucifer dan Lánya berdiri, berpelukan dan saling menatap

"Aku pulang dulu" ujar Lánya

Lucifer mengangguk, dia membukakan portal untuk Lánya dan mengecup mesra kening Lánya

"Selamat malam. Mimpi indah dan sampai jumpa besok"

"Selamat malam Luce"

Lánya masuk ke dalam portal dan melambaikan tangannya pada Lucifer dengan senyuman manis di wajahnya. Lucifer menutup portal itu

Brugghh..

"Khh..." Ringis Lucifer

Lucifer terduduk di atas rumput sesaat setelah portal tertutup. Tangannya memegang luka di perutnya yang tak kunjung menutup. Basah. Lucifer merasakan telapak tangannya basah. Dengan kekuatannya dia memanggil Verdane untuk menjemputnya

"Ada apa baginda?" Tanya Verdane saat dia membuka portal

"Bantu aku"

"Astaga baginda!"

I Love You 'Till The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang