07

32 9 0
                                    

"Eh eh! Ini mau kemana?" Pak Satpam yang sudah berjaga di posnya tiba-tiba dikejutkan oleh mobil siswa yang hendak keluar. Tanpa ba-bi-bu, pak Satpam langsung mencegatnya.

Kimi yang duduk di samping kursi kemudi tanpak beraktik sakit perut. Dia terus memegangi perutnya dan tentu saja dibarengi wajahnya yang seperti kesakitan.

"Pak, liat ini. Teman saya lagi sakit perut. Kayaknya ini serius banget, pak. Jadi saya berniat baik untuk nganterin dia ke rumah sakit," pak Satpam tersebut melihat-lihat ke dalam mobil. "Lagian dia juga udah izin sama bu Asri."

"Nama kamu siapa?"

Kimi sedikit meringis kesakitan, berusaha meyakinkan pak Satpam. "Jung Kimi, kelas 11 IPA 2, Pak."

"Sebentar, saya telpon Bu Asri dulu."

"Aduh, bapak ini lama banget. Nanti teman saya keburu mati di mobil saya, pak!"

"Kamu mau bawa dia ke rumah sakit atau gak?" Tanya galak pak Satpam.

"Eh, iya, pak." Ardian hanya terkekeh sendiri. Ternyata pak Satpam bisa galak juga.

"Halo selamat siang, bu. Oh ini, ada siswi bernama Jung Kimi mau keluar ke rumah sakit, katanya dia sakit perut. Apa benar itu, bu? Oh iya-iya. Iya, bu. Iya, makasih, bu." Pak Satpam tersebut pun menyimpan ponselnya ke dalam sakunya.

"Saya gak bohong kan, pak?"

"Yaudah, kamu bawa dia ke rumah sakit," pak Satpam itu beralih melihat keadaan Kimi. "Semoga kamu cepat sembuh ya, Jung."

Kemudian mobil Ardian pun melaju membelah jalanan. Akting yang dibuat Kimi pun selesai. Keduanya tanpak senang. Dibalik kesenangan mereka ini, sebenarnya mereka sadar bahwa telah membohongi kedua orang yang lebih tua dari mereka. Tapi untuk saat ini, biarkanlah mereka bersenang-senang.

F a n g i r l

Di sinilah Ardian, hanya bisa duduk sambil melihat Kimi yang terlihat sangat-sangat senang bermain. Entahlah apa nama permainan itu. Hanya memukul salah satu yang ada di depan Kimi saja sudah membuatnya ketawa dan kesal dalam satu waktu.

Sudah beberapa kali Kimi mengajak Ardian untuk bermain, namun jawabannya tetap sama. Tidak mau!

Setelah bermain permainan tersebut, Kimi mengambil kupon yang terus-menerus keluar.

"Waaaaaa! Banyak, anjir!" Teriaknya senang.

"Apaan si!" Gumam Ardian kesal. Bagaimana tidak, dia terus-menerus bermain permainan yang sama sekali tidak bermanfaat. Kalau sudah capek atau koinnya habis, barulah dia merengek kepada Ardian. Untung saja Kimi pintar matematika, kalau tidak? Sudah Ardian tinggalkan Kimi di sini sendirian!

"Ardian!!" Teriak Kimi berusaha mengalahkan suara musik yang terlalu berisik di sini. Mendengarnya, Ardian langsung mendongak. "Ini, pegangin!"

"Ini mah namanya gue jadi kacung!"

Dengan terpaksa, Ardian mengampiri Kimi dan mengambil beberapa kupon yang Kimi sodorkan.

"Lo dari tadi duduk doang, gak main! Gak seru lo, ah!"

"Lo mainannya alay semua. Gue gak suka."

"Yaudah, lo maunya main apa?" Tanya Kimi pelan dan lembut.

"Apa tadi lo bilang?! Gue gak dengar?!" Tanya Ardian sedikit mengeraskan suaranya.

FANGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang