Hari ini adalah hari kedua perlombaan diadakan, tapi Kimi sudah merasa bosan dengan semua ini. Bagaimana insiden kemarin terjadi, membuat Kimi merasa ogah-ogahan datang ke sekolah. Tapi kalau dia tidak datang ke sekolah tanpa keterangan, bisa-bisa dia terkena point 1. Sedangkan Kimi ingin lulus dari sekolah ini dengan bersih, tanpa ada point sama sekali.
"Kimi!"
Kimi langsung berbalik ke belakang. Ternyata ada Aisyah yang sudah berdiri di belakang.
"Kepala lo gimana? Udah sembuh?"
"Gak tau, gak gue cek-cek." Jawab singkat Kimi. Kemudian dia menghampiri Aisyah. Tanpak Ardian berdiri di belakang Aisyah yang sedang menatap ke arah kepala Kimi. Kimi pun gelisah di tatap seperti itu.
"Pergi yuk, Ai! Gue ngerasa ada aura yang gak enak," ucap Kimi pelan. Namun respon Aisyah tidak disangka-sangka.
"Maksud lo kak Ardian?"
"Hah?!" Jawabnya cengo. "Kagak lah!"
"Gue gak bisa temenin lo hari ini, soalnya gue mau belajar persiapan olimpiade minggu depan. Sama kak Ardian sana, Diva gak masuk juga lagian."
"Kenapa itu anak gak datang?"
"Mana gue tau. Gue kan gak emak bapaknya," sesaat Ardian hadir ditengah-tengah percakapan mereka. "Nah loh, panjang umur kan? Udah, lo sama kak Ardian aja."
"Apaan sih lo! Mending gue ke perpus aja."
"Sok rajin banget sih!" Sahut Ardian.
"Alah! Pr sekolah aja gak pernah lo kerjain di rumah!"
Dengan cepat, Kimi menginjak kaki kiri Aisyah.
"AWW! Apaan sih lo!" Kimi hanya melotot ke arah Aisyah. "Yaudah lah, gue pergi. Entar guru gue marah-marah pula. Bye!!" Aisyah pun berlalu.
Kini tinggal lah Ardian dan Kimi di depan kelas Kimi. Kimi hanya bisa melihat kebawah, ke adah sepatunya. Sedangkan Ardian menatap Kimi.
"Lo kenapa?"
Kimi tetap menunduk. Dia masih teramat malu akan kejadian kemarin sore.
"Kenapa perban di kepala gak lo ganti?"
"Jangan nunduk kebawah mulu! Nyari koin lo ya?"
"Gue lagi ngomong ini, bego! Lihat gue!"
Walaupun Ardian mengumpat seperti itu, Kimi tetap menunduk. Kemudian Ardian berjalan mendekat, terlihat sepatu mereka sudah bersentuhan. Kimi pun menengadah. Wajah Ardian terlampau dekat. Bahkan se-senti pun tidak sampai. Ardian menyentuh perban Kimi.
"Apa masih sakit, Kim?" Tanyanya dengan lembut. Bahkan jantung Kimi pun terasa mencolos.
Kimi mengambil tangan Ardian, berusah untuk tidak menyentuh Kimi sama sekali.
"Kenapa?" Kimi yang tepat didepan wajahnya, memasang wajah yang kurang bersemangat. Tanpak lingkaran hitam di matanya dan bengkak.
"Tolong bersikap gimana semestinya. Gue gak mau terjadi kesalah pahaman."
"Tapi gue mau ada kesalah pahaman di antara kita."
"Maksud lo?" Kening Kimi pun berkerut.
Kemudian Ardian menarik pergelangan tangan Kimi menuju UKS. Badan Kimi mengikuti tarikan tangannya. Kali ini tak ada bantahan.
Sesampai di UKS, Kimi pun duduk di salah satu ranjang yang ada di UKS tersebut. Sedangkan Ardian mencari perban dan segala macamnya. Setelah mendapatkannya, Ardian kembali dan membuka perban Kimi. Kemudian menggantinya dengan yang baru. Tak lupa memberikan betadine di lukanya. Sepanjang pergantian perban Kimi, keduanya Diam. Tak ada suara di antara keduanya.
Setelah menggantikan perban Kimi, Ardian melatakkan peralatannya ketempat semula. Kimi pun tak beranjak dari ranjang. Dia masih duduk di tepi ranjang dengan pikirannya yang bercampur aduk. Tirai ruang Kimi tertutup rapat. Dia tak dapat melihat Ardian yang sedang meletakkan peralatan atau malah pergi.
Sesaat kemudian, tirai di buka. Dan tampak Ardian melangkah mendekat dengan penuh keyakinan. Dia menatap Kimi dengan lekat.
"Ada yang mau gue omongin," Ardian diam sejenak. "Soal kemarin."
"Kak, lupain aja yang kemarin. Anggap gue gak kenapa-napa. Anggap lo gak ngedengar apapun. Tolong," pinta Kimi. Matanya sudah mulai berair, menahan tangisnya.
"Kenapa? Kenapa lo suruh gue lupain semuanya? Gue denger pembicaraan lo sedikit, dan itu membuat gue penasaran." Ardian menghela napasnya. "Dan soal perkataan gue kemarin, gue serius."
"Maksud lo?"
Kemudian Ardian mendekat dan memiringkan kepalanya. Sekilas dia menempelkan bibirnya dengan bibir Kimi. Ciuman itu hanya terjadi beberapa detik, kemudian Ardian melepaskannya.
"Soal itu,"
Kimi terkejut. Jantungnya berdetak dengan kencang. Dia tidak bisa menahan semua keterkejutannya dan jantungnya ini.
Tahan, Yan, tahan.
"Sebuah kecupan itu, bagi lo apa artinya?"
"Jangan main-main!"
"Gue gak main-main. Gue serius dengan perbuatan gue. Walau gue sadar kalo perbuatan gue tadi adalah kesalahan."
Plak.
Tepat di pipi kiri Ardian, tangan Kimi mendarat dengan sukses. Sebuah tanparan yang disengaja dari Kimi.
Sesaat kemudian Kimi pergi, meninggalkan Ardian sendirian di UKS.
Bagaimana bisa Ardian mengatakan itu adalah sebuah kesalahan?

KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL
Teen Fiction[Cover by WritersID] "Alay!" Tandas Ardian. "Apaan sih! Lo gak tau jadi fangirl, jadi jangan sok-sok bilang orang alay!" "Karena gue tau makanya gue bilang lo alay! Semua fangirl emang alay!" "Dih! Banner gue yang lo rusakin mana gantinya?!" Kimi pu...