05

45 8 0
                                    

Pagi ini matahari lebih dulu menampakan dirinya ke bumi. Rintikan air dari pohan mulai mengering seiring berjalannya waktu. Jalanan sedikit basah akibat hujan dini hari tadi.

Namun di pagi ini juga Kimi terbangun dengan napas yang terengah. Dia berusaha mengatur napasnya. Keringat sudah bercucuran dari keningnya hingga turun sampai ke dagu. Dia tidak menyangka mendapatkan mimpi buruk.

Dia berpikir dengan baik-baik apa yang dilakukannya sebelum tidur. Dan ternyata dia lupa membaca doa sebelum tidur. Sebuah kebodohan yang diingatnya pagi ini.

Rumah masih terlihat kosong kecuali ada Kimi di dalamnya. Ayah Kimi masih belum pulang dari kemarin. Dia juga tidak mengabari Kimi, barang hanya pesan singkat. Mungkin Ayah sedang mabuk jadi gak bisa kasih kabar, pikir Kimi.

F a n g i r l

"Sory, gue gak sengaja!" Teriak Kimi sambil berlari. Dia sudah terlambat pagi ini. Dia terlalu banyak memikirkan hal-hal yang tidak penting di jalan sehingga dia lupa bahwa dia harus turun dari oplet di persimpangan jalan menuju sekolah.

Kimi juga menabrak bahu —entah, dia juga tidak kenal orang itu siapa. Pagi ini ada pelajaran Sosiologi dan ketahuilah bahwa guru yang mengajar sosiologi adalah salah satu guru tergalak di sekolah ini. Mungkin terkadang dia tidak galak, tapi mulutnya akan bertahan merepet sepanjang jam pelajaran. Kan melelahkan sekali!

Kimi mengetuk pintu kelas dengan takut. Takut-takut bahwa bu Meta langsung menceramahinya. Namun reaksi bu Meta di luar dugaan. Dia malah tampak santai aja dengan keterlambatan Kimi.

Kimi heran. Bahkan satu kelas pun heran.

"Bu Meta kenapa? Tumben banget gak marahin gue?" Tanya Kimi penuh penasaran.

"Gak tau. Pas baru masuk kelas wajahnya lesu begitu."

"Mungkin dia habis putus dari pacarnya kali!" Sahut Farik dari belakang. Tentu saja dengan suara yang pelan.

Bu Meta adalah salah satu guru yang termuda di sekolah ini. Umurnya sudah menginjak 27 tahun namun sampai sekarang dia masih belum menikah. Gosip-gosip dari murid yang lain, bu Meta tengah berpacaran dengan seorang pengusaha. Beberapa murid laki-laki yang menyukai bu Meta kecewa mendengarnya.

"Hus!! Gak boleh bilang kayak gitu!" Gio menimpalinya.

Sepanjang pelajaran sosiologi, wajah bu Meta tidak bersemangat untuk mengajar. Itu memberikan efek baru pada murid yang lainnya. Mereka diam mendengar penjelasan demi penjelasan dari bu Meta. Mungkin lebih baik murid-murid diam seperti ini daripada merusak mood bu Meta.

F a n g i r l

"Bagaimana dengan persiapan pertandingan minggu depan? Apa undangan sudah di sebar ke sekolah tertentu?" Tanya sang pemimpin rapat, Rio.

"Udah, Yo. Mereka tinggal siap-siap aja buat tandingnya." Jawab salah satu murid yang ada di meja rapat tersebut.

"Riko, Ardian, Martin, persiapan buat pentas seninya gimana?"

"Beres itu, Yo! Lo tinggal anteng-anteng aja nontonin pensinya entar. OSIS yang cewek juga udah urus dari beberapa ekskul." Jawab semangat Riko.

"Oke. Gue rasa rapatnya udah selesai. Jangan lupa pake name tag sama jas OSIS nya pas pertandingan dan pertunjukan pensi. Gue mau OSIS sekolah kita dipandang bagus sama sekolah luar." Rio pun berdiri, "Semuanya boleh balik ke kelas masing-masing."

FANGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang