Kimi berjalan menuju sekolah dengan semangat 45. Kemarin energi di dalam tubuhnya sudah di cas sampai penuh dengan bermain di timezone bersama Ardian. Sudah lama dia tidak bermain di mall. Terakhir main di mall sewaktu Mama Kimi masih ada di dunia ini.
Iya, Mama Kimi sudah tiada, meninggalkan Kimi bersama Ayahnya. Mama Kimi harus menemui ajalnya sewaktu dia mengendarai mobil menuju kantor Papa.
Dulu Papa tidak seperti ini, dulu Mama masih ada, dulu Mama yang selalu mengelus kepala Kimi sebelum tidur, dulu mereka bertiga masih tinggal di rumah besarnya. Namun setelah Mama pergi meninggalkan Kimi dan Papa, Papa menjadi kacau. Papa merasa bersalah telah menyuruh Mama untuk membawakan berkas Papa yang ketinggalan di rumah.
Andai saja Papa tidak meninggalkan berkas itu, mungkin sekarang Kimi sudah diantarkan Mama ke sekolah. Mungkin Papa tidak pergi minum-minuman seperti ini. Berbagai kemungkinan positif yang akan terjadi.
Namun waktu tidak bisa dirubah. Kimi hanya bisa menjalankan waktunya yang masih tersisa tanpa Mama dan Papa yang sudah tidak lagi peduli terhadapnya.
Setelah Mama pergi, Papa menjadi pemabuk. Setiap malam Papa selalu minum-minumam entah dengan siapa. Dia tidak berjudi, tapi dia hanya menemani orang berjudi dengan alkohol ditangannya. Papa juga tidak bermain perempuan lain di sana. Papa masih tidak bisa melupakan Mama dan kesalahannya sendiri. Sudah beribu kali Kimi dan keluarganya mengatakan itu bukan kesalahan Papa, tapi dimata Papa itu adalah kesalahannya.
Satu persatu perusahaan Papa di tarik dan diambil alih oleh adik dan kakak Papa. Papa tidak peduli lagi dengan perusahaannya lagi. Toh, itu perusahaan dibangunnya bersama Mama dari nol. Percuma saja Papa menjalan perusahaan itu lagi kalau Mama tidak ada, begitu pikir Papa.
Rumah besar yang mereka miliki pun juga sudah diambil oleh saudara Papa. Sebenarnya itu kemauan Kimi karena mereka tidak bisa lagi membayar semua keperluan rumahnya. Dan juga Papa yang sangat teramat jarang pulang ke rumah besar itu dulu karena baginya rumah itu banyak kenangan bersama Mama dulu. Jadilah mereka tinggal di rumah yang cukup kecil dan jauh dari rumah besarnya. Di rumah ini juga Papa lebih sering pulang walau kadang Papa pulang pagi dengan kesadaran yang rendah. Kimi harus mengelus dada.
Sesampai di depan gerbang sekolah, Kimi dikejutkan oleh mobil Jaz merah yang menabrak seorang pengendara sepeda. Pengendara sepeda tersebut sudah masuk ke parit bersama dengan sepedanya. Kimi terkejut. Begitupun dengan pengendara mobil tersebut. Dengan cepat Kimi berlari menuju pengendara sepeda itu, berniat menolongnya. Namun pengendara mobil itu lebih dulu keluar dan menolongnya.
Karena pengendara mobil —yang Kimi ketahui anak SMA di sini juga karena pakaiannya sama dengan pakaian yang dikenakan Kimi— menolong pengendara sepeda tersebut, maka dari itu Kimi berinisiatif menolong sepeda tersebut. Paritnya cukup dalam, Kimi berjongkok untuk bisa meraih sepedanya. Setelah dia meraih sepeda tersebut, dia pun menarik sepeda tersebut naik ke atas. Sepedanya lumayan berat membuat Kimi harus mengerahkan seluruh tenaganya.
Sesampainya di atas, Kimi kehilangan keseimbangannya. Dia melempar sepeda tersebut ke sisi kanannya. Sedangkan dia terjatuh ke belakang dengan kedua siku yang menahannya. Kedua sikunya terasa nyeri akibat berbenturan dengan kerikil-kerikil kecil yang tajam. Kimi sempat meringis, namun kedua orang tersebut seolah tidak mendengarnya.
Dari arah gerbang sekolah, Ardian pun datang berlarian menuju pengendara mobil dan sepeda tersebut. Kimi masih tersungkur di bawah sana, masih dengan siku yang menahannya.
"Lo gak papa, Din?" Tanya cemas Ardian kepada pengendara mobil yang bernama Dinda tersebut. Dinda hanya mengangguk, kemudian Ardian beralih ke pengendara sepeda yang sudah kucel itu. "Lo gak papa?"
"Lecet dikit doang kok, nanti juga cepat sembuh. Btw, makasih ya, Din." Sepertinya pengendara sepeda tersebut mengenal Dinda.
"Gue minta maaf, gue gak liat ada lo di depan. Sekali lagi gue minta maaf," ucap Dinda dengan sungguh menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL
Teen Fiction[Cover by WritersID] "Alay!" Tandas Ardian. "Apaan sih! Lo gak tau jadi fangirl, jadi jangan sok-sok bilang orang alay!" "Karena gue tau makanya gue bilang lo alay! Semua fangirl emang alay!" "Dih! Banner gue yang lo rusakin mana gantinya?!" Kimi pu...