12

32 5 2
                                    

"Sory sory sory, temen gue ngebet nikah. Sory sory sory—"

"Apaan sih lo!"

"Lo-nya yang apaan! Ini gue kenapa ditarik-tarik elah?" Tanya kesal Kimi. Diva hanya menghiraukan pertanyaan Kimi, dia semakin menarik lengan Kimi dengan keras.

"Udah, ikutin gue aja."

Dan tibalah mereka di pinggir lapangan volly. Disekeliling lapangan ini terdapat banyak penonton yang dominan oleh cewek SMA Juanda. Kimi hanya berdiri melihat kesekeliling. Apa yang harus dilihatnya? Pertandingan volly sekolah lain? Atau banyaknya cewek di sini? Sebenarnya, Diva mau kasih lihat apaan sih?

Kimi menatap Diva dengan menaikan sebelah alisnya, seperti bertanya kenapa dia dibawa ke sini. Namun Diva hanya tersenyum sambil melihat ke sisi kanan.

"Itu, mirip Jimin NCT. Ganteng buanget, gilaa!!!" Ucapnya dengan lebah. Haduh, kata terakhirnya itu bisa gak sih gak usah pake teriak? Telinga Kimi kan bisa sakit dibuatnya.

Kimi melihat kemana arah pandang Diva. Cowok yang sedang mengepal kedua tangan di depan perut, seperti mengancang-ancang memukul bola volly. Gerakannya sangat pelan, namun bola bisa melayang tepat pada sasaran.

Sasaran bukan ke arah lawan.

Tapi sasaran ke kepala Kimi.

Seketika dunia ini berputar dimata Kimi.

Rasanga ngantuk, ingin tidur.

Kemudian dia jatuh tak sadarkan diri di atas lantai.

F a n g i r l

Ardian terus menyodorkan minyak kayu putih kehidung Kimi, berharap dia bisa cepat sadarkan diri. Dasi Kimi sudah dilepas agar dia bisa bernapas dengan lancar. Sepatu dan kaus kakinya pasti sudah dilepaskan. Dan satu buah kancing bajunya yang paling atas juga dilepas. Dan tentu saja yang melepaskannya adalah Diva. Kalau Ardian yang melepaskannya, bisa-bisa dia yang kelepasan. Hahaha.

Sebenarnya tadi Ardian sedang berpatroli keliling sekolah untuk melihat pertandingannya berjalan dengan lancar atau tidak dan dia juga sedang tidak ada kerjaan.

Riko yang biasanya selalu menemani Ardian sedang menjadi wasit volly dipertandingan yang beda dari Kimi lihat tadi.

Sewaktu Ardian berpatroli melihat Riko menjadi wasit, dipertandingan sebelahnya ada kerumunan siswi. Karena dia penasaran, Ardian pun mendekat. Diva celingak celinguk memcari bantuan laki-laki, karena jika perempuan tidak akan bisa mengangkat Kimi ke UKS.

Mata Diva menangkap Ardian mendekat. Tanpa pikir panjang, Diva langsung meneriaki Ardian untuk membawa Kimi ke UKS.

Dan berakhirlah Kimi berbaring di bangkar yang ditemani Diva di sisi kanan dan Ardian di sisi kiri.

"Ngg..." Kimi mendengus. Bau minyak kayu putih sangat menyakitkan. Perlahan dia membuka matanya. Pertama yang dia lihat adalah tirai UKS. Seolah mengerti, dia langsung duduk. Kepalanya sedikit pusing dan dia memegangi kepalanya. "Kok kepala gue diperban?"

Ardian menatap Diva agar dia menjelaskan apa yang terjadi. "Tadi pas kita liat pertandingan volly sekolah lain, lo malah kena bola volly nya." Diva menunduk, "Maaf deh, gue udah paksa lo ke lapangan volly buat liat dia. Kalo lo gak kelapangan tadi, mungkin lo masih sangai minjm es di kantin sekarang."

"Oh gitu, oh iya, oh okelah,"

"Otak lo kegeser ya, dek?" Tanya khawatir Ardian. Dia masih memegangi minyak kayu putih tadi. "Apa gue perlu kompres lo sekarang?"

Kimi mengerutkan dahinya. Apa ada salah dari yang dia ucapkan tadi?

"'Oh gitu, oh iyalah, oh okelah' lo kenapa? Sakit kepala lo parah? Gue bawa ke dokter nih ya?" Ardian meniru gaya Kimi mengucapkan kata itu. Lucu, sampai Kimi dan Diva menahan senyumnya.

"Yaudah deh, gue keluar dulu. Mau cari minum," males ganggu orang lagi pdkt.

"Eh eh!" Terlambat, Diva sudah keluar. Kini mereka tinggal berdua. Hanya ada Kimi dan Ardian. Di dalam kamar UKS yang tertutup tirai. Penerangan hanya ada dari jendela terdekat. Sedikit gelap. Oh ayolah, jangan berpikiran negatif dulu.

"Lo baik-baik aja, kan? Apa kita ke dokter sekarang? Ayo!" Ardian melingkarkan tangan kanannya dileher Kimi. Berusaha membantu Kimi untuk turun dari kasur. Tapi Kimi hanya melihat mata Ardian. Dia sedikit tersenyum. Ardian juga hanya membalas tatapan Kimi tersebut.

Selama lima detik mereka bersitatap. Tatapan Kimi yang lembut, sedangkan tatapan Ardian seperti bertanya.

Detik kemudian tawa Kimi pecah. Dia tersandar dibahu Ardian. Ardian hanya diam mencoba mengartikan situasi saat ini.

Ini adik kelas yang gila apa gue yang bego?

"L-lo kenapa?" Tanya polos Ardian. Dengan seribu cara Kimi menahan tawanya, masih bersandar pada bahu Ardian.

"Lo lucu." Kemudian tawa Kimi kembali pecah.

Dengan tubuh Kimi yang dekat dengan Ardian, Ardian langsung memeluk Kimi. Kimi pun terdiam sejenak. Suara disekitar hening. Kimi tidak membalas pelukan Ardian itu yang secara tiba-tiba.

"Lo jangan sakit lagi, ya? Makan teratur, istirahat, jangan sampai kelelahan. Jangan sampai masuk rumah sakit lagi —kayak yang waktu itu. Gue khawatir banget. Gue takut."

Kimi tersenyum mendengarnya. Kemudian Kimi membalas pelukan hangat Ardian tersebut. Dia mengelus lembut punggung Ardian. Seolah dia sedang senang mendapatkan perlakuan seperti ini.

"Gak kok, gak bakal masuk rumah sakit lagi. Lagian gue benci rumah sakit," tiba-tiba Ardian melepaskan pelukannya dan wajahnya seperti bertanya kenapa. "Gue gak bisa cerita sama lo sekarang. Mungkin lain kali."

"Iya, gak papa. Kapan lo udah bisa nyaman buat cerita sama gue, lo tinggal panggil aja gue. Gue bakal datang buat temuin lo." Kemudian Ardian mengakhiri kalimatnya dengan tersenyum hangat dan tulus kepada Kimi.

Aduh, lama-lama hati gue meleleh juga ini. Manis banget ih senyumnya!!

FANGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang