01

162 15 25
                                    

"AAAAAA!"

Kimi berteriak histeris sambil memeluk selembar kertas panjang yang bertuliskan '엑소 사랑헤요❤️'.

Kertas yang memiliki panjang sekitar 10 cm x 50 cm itu yang disebutnya banner. Kimi harus menguras uang tabungannya untuk bisa membeli banner tersebut. Karena Kimi sudah menginginkannya sejak tahun lalu, namun baru sekarang saja dia dapat membelinya.

Kimi melompat-lompat kegirangan sambil memeluk banner-nya. Dia begitu senang hingga tidak melihat situasi dan kondisi saat ini. Orang yang berlalu lalang melihatnya dengan tatapan aneh seolah mereka akan membawa Kimi ke rumah sakit jiwa.

Menyadari itu, Kimi senyum-senyum sendiri melihat orang yang berlalu lalang tersebut.

Namun kebahagiaannya akan berakhir disaat itu juga. Banner yang sangat di sayanginya itu terjatuh bersamaan dengan tas selempangnya. Banner tersebut pun terbang ke bahu jalan hingga terlindas motor yang melewatinya.

Kimi yang sudah tersungkur di lantai lantas memekik dramatis melihat banner-nya. Mengingat bagaimana pengorbanannya untuk membeli sebuah kertas itu, Kimi pun kesal. Dia langsung bangkit mengambil tas selempangnya dan kemudian menghampiri orang yang telah menabraknya itu.

Orang tersebut juga terjatuh, sama halnya seperti Kimi. Tanpa babibu lagi, Kimi langsung mengomelinya.

"Lo tu jalan pake mata gak sih?! Lo gak liat cewek di depan lo emang?!" Kimi berkaca pinggang. "Mata lo tu masih berfungsi gak sih! Perlu gue bawa ke dokter dulu?!"

Cowok tersebut pun berdiri, menepuk bokongnya yang kotor setelah mencium lantai ini. "Apaan sih! Datang-datang langsung nyambar aja!" Ucapnya tanpa dosa.

"Heh! Lo tau gak, lo itu nabrak gue! Nabrak gue, kampret!" Kimi pun semakin emosi membuatnya di tonton banyak orang. Tidak ada yang perduli. Mereka hanya sekedar melihat dan kemudian berlalu.

"Ya, trus? Emang lo ada luka-luka serius? Enggak, kan? Yaudah sih!" Ketika cowok itu hendak pergi, Kimi menahan pergelangan tangannya.

"Mau kemana lo? Ganti rugi apa yang telah lo perbuat!" Kimi semakin nyolot.

"Ganti rugi apaan lagi? Lo aja gak luka-luka." Cowok itu melihat Kimi dari kaki hingga kepala. Tidak ada yang luka. "Lepasin, gak?"

"Gak!" Kimi menunjuk banner-nya yang telah kotor dan sobek. "Itu. Lo harus gantiin itu. Sebagus mungkin. Kalo bisa banyak."

"Apaan sih! Lo gila? Kertas begituan perlu gue ganti? Lo sendiri juga bisa kali buat itu, bahkan sampe 100 kali pun lo bisa. Lepasin!"

"Lo kata itu kertas sembarang?! Itu banner yang gue beli pake uang tabungan gue sendiri. Belinya gak mahal, nyet!" Cengkraman tangan Kimi semakin kuat, namun itu tidak sakit bagi cowok tersebut. Seberapa besar sih otot cewek kurus kayak gini? Palingan angkat kursi aja gak bisa.

"Ngapain lo beli? Mending buat sendiri aja. Ribet banget sih lo!" Cowok itu berusaha melepaskan cengkraman tangan Kimi. "Lepasin gak?! Gara-gara lo gue kehilangan dompet gue! Gue gak bisa ngejar pencopetnya!"

"Peduli apa gue! Mau dompet lo ilang bahkan lo kelindes aja gue gak peduli. Sekarang tu lo mesti ganti rugi dulu banner gue! Gue gak mau tau!"

Cowok tersebut menghela nafas panjang. Dia tanpak berpikir. Keningnya berkerut dan alis tebalnya sedikit bertaut.

"Gimana gue mau ganti rugi, tangan lo aja masih nahan tangan gue," ucapnya santai. Lebih lembut daripada tadi. Namun Kimi tidak bisa di perdaya seperti ini.

"Lo kata gue anak SD? Trus kalo gue lepasin, lo mau kabur gitu? Eits, tidak bisa." Kimi menggeleng.

Salah cara gue!

Aha!

"Iya iya gue ganti. Lepasin tangan lo dulu! Gue mau ambil uang di saku celana gue."

"Pake tangan satu lagi kan bisa!"

Cowok itu tanpak kesal. Susah sekali mengibuli cewek satu ini. Tapi mungkin dengan alasan ini dia bisa kabur.

"Gue gak terbiasa pake tangan kiri. Lagian sakunya di kanan. Gue bisanya ambil pake tangan kanan." Alis tebalnya bertaut. Matanya menatap tepat di mata Kimi. "Seriusan gue ganti itu kertas lo. Ah gak percayaan amat lo."

Kimi menatap wajah cowok tersebut dengan intens. Dia mencari satu bukti kebohongan dari wajahnya. Tapi dia tidak mendapatinya.

Perlahan tangannya mulai merenggang. Senyum cowok tersebut pun perlahan muncul. Sedikit demi sedikit Kimi melepaskan tangan cowok itu.

"Cepetan! Man-- Woi! Jangan kabur lo, setan!!!" Kimi berteriak sekeras mungkin. Tapi apalah daya suaranya tidak bisa membuat cowok tersebut berhenti. Mau dikejar pun percuma saja. Melihat langkah cowok itu besar-besar mungkin Kimi tidak akan sanggup mengejarnya.

Kimi berjalan ke sisi jalan. Dia memungut banner-nya yang sudah rusak tersebut. Hatinya sangat sedih. Penuh perjuangan untuk bisa membeli ini dan seketika sudah rusak saja. Padahal baru satu jam banner ini di tangannya.

Kimi melipat banner tersebut dengan hati-hati, takut sobeknya akan semakin parah. Kemudian di simpannya di dalam tas selempangnya. Begitu sial dia hari ini. Uang habis dan banner-nya rusak. Apa ada yang lebih sial daripada ini yang akan menimpanya?

Sudah. Cukup ini saja. Dia rasanya ingin menangis hingga besok.

🙆🙆🙆

An: mungkin cerita ini akan beda dari cerita biasanya yang aku buat. Ini bakal aku ceritain bagaimana suka maupun dukanya jadi seorang kpoper di sekolah.

Semoga suka!

Jangan lupa vote dan kritikannya ya. Mungkin kritikkan kalian bakal buat cerita ini makin bagus hehehe.

FANGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang