02

73 12 7
                                    

Bel istirahat telah berbunyi 15 menit yang lalu. Kelas sudah kosong kecuali Kimi di dalamnya. Dia masih sibuk dengan sederetan rumus dan angka-angka random. Mejanya sudah berantakan oleh buku-buku yang terbuka tanpa ada yang minat membacanya. Poninya diikat ke atas agar tidak mengganggu matanya. Kacamata sudah dari tadi bertengker manis di depan matanya.

"Is! Ini apa sih jawabannya? Gak dapat mulu hasilnya!"

Kimi bergumam di kelas. Sedari tadi hasil yang di carinya tidak sesuai dengan objektif yang tersedia. Kimi pun kesal di buatnya. Dia sudah membuka segala buku matematika tapi tetap saja menjurus ke satu rumus yang sama.

Kimi memijat pelipisnya. Kacamatanya sedikit di longgarkan, membuat ruang baru diantara mata dan kacamatanya. Sejenak dia menutup matanya, merilekskan otaknya yang sudah bekerja keras sedari tadi.

"Segerin otak lo dulu."

Aisyah meletakkan segelas kopi kesukaan Kimi tepat di depannya. Mendengar suara Aisyah yang menggema di seluruh ruangan ini, Kimi membuka matanya. Dia tersenyum melihat kopi di depannya.

"Thanks!"

"Masih lama lho, lo olimpiade nya. Ngapain belajar secepat ini." Aisyah duduk di tempat biasanya.

"Kalo pulang sekolah gue gak sempet buat belajar." Kimi meneguk kopinya kemudian.

Aisyah mengerti. "Lo masih kerja di restoran?" Kimi mengangguk. "Lo kan mau olimpiade, mending berenti dulu deh kerjanya. Orang tua lo ngerti juga sih kalo lo mesti fokus belajar."

Orang tua gue aja gak peduli, ngapain lo repot-repot peduli gini sih!

"Gak papa. Gue masih sanggup." Balasnya santai.

"Lo nya masih sanggup, tapi gue nya yang gak tega!" Kimi tertawa. "Lo aja sekarang jarang banget ke kantin. Lo itu perlu makan, Kim! Kita itu sekolah sampai sore, bukan sampai siang! Kesehatan lo itu lebih di utamakan."

"Jangan perhatian banget. Nanti gue jadi suka sama lo." Kimi menampilkan sederetan gigi putihnya. Bahkan gigi Aisyah saja kalah putih dibuatnya.

"Lo itu di sekolah nguras otak. Malam nguras tenaga juga. Kalo lo gak ada tambahan asupan makanan jadinya lo sakit entar. Trus gak bisa ikut olimpiade kan! Nyesel juga lo entar."

"Duh seremnya. Jangan bilang kek gitu ah, Syah." Kimi bergindik ngeri sendiri.

"Makanya jajan ke kantin. Kalo lo gak ada uang, bilang sama gue. Biar gue yang traktir lo. Jangan sungkan sama gue! Kita berteman udah dari SMP, Kim!"

"Iya-iya bawel." Kimi meneguk lagi kopinya hingga habis. Setelah itu Kimi kembali melanjutkan berduet dengan soal-soal di depannya itu.

Istirahat ini Kimi menghabiskannya dengan belajar, sedangkan Aisyah asik tertawa terbahak-bahak dengan hp nya sambil memakan jajanannya.

F a n g i r l

Pelajaran hari ini berjalan dengan lancar. Kegaduhan yang biasa di buat oleh Farik untuk sementara tidak ada lagi. Mungkin hanya untuk hari ini Farik tidak merusuh lagi di kelas. Jam pelajaran pun semakin nyaman.

Namun saat bel pulang berbunyi, kelas pun berisik. Farik berbuat ulah lagi dengan menyanyikan sebuah lagu untuk Aisyah dengan gitarnya. Bukannya moment itu manis, namun sebagai bahan tertawaan seisi kelas. Pasalnya suara Farik itu fals sekali! Bahkan suaranya tak pantas untuk di dengar.

Karena malu, Aisyah pun pergi keluar kelas. Dia langsung menuju gerbang dan masuk ke mobilnya. Kemudian mobil tersebut melaju dengan cepat. Satu kelas pun bersorak sedih.

"Yah doi pergi duluan." Sahut Gio, sang ketua kelas.

"Di tolak lagi nih ceritanya, Far? Turun berduka cita ya, Far! Hahaha." Joni pun tertawa sambil menepuk bahu Farik. Farik, Joni, dan Gio itu sahabatan, tapi mereka sangat senang jika salah satu sahabatnya dalam keadaan sedih.

"Lelaki sejati tidak akan pernah menyerah dalam pertempuran! Gue bakal perjuangin dia terus, sampai titik darah penghabisan!" Ucap Farik dengan percaya diri dan lantang. Namun kedua sahabatnya kembali tertawa.

"Lo kata lagi perang! Ayoklah pulang!" Joni pun mengajak keduanya pulang. Sedangkan Kimi sudah geleng-geleng di tempat. Namun beda lagi dengan teman-teman lainnya. Mereka begitu kecewa karena hiburannya sudah berakhir. Namun ada juga sebagiannya mendukung Farik untuk terus berjuang mendapatkan Aisyah.

F a n g i r l

Ardian tengah duduk di salah satu restoran. Dia sedang menunggu seorang perempuan. Mereka sudah janjian untuk makan malam di restoran ini.

Ardian terus melihat jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 8, namun orang yang di tunggunya masih saja belum datang. Ardian pun berniat untuk menelponnya.

"Halo! Kamu dimana, Din?"

"Aku masih di jalan, Yan. Tadi macet. Sekitar 5 menit lagi sampe nih. Udah dekat kok."

"Oke. Hati-hati ya, Din."

Telepon pun terputus. Ardian meletakkan hpnya di atas meja. Dia berniat memanggil pelayan yang di sudut sana. Namun niat tersebut di undurnya.

Dia memperhatikan pelayan tersebut. Dari samping, Ardian tahu jelas pelayan itu. Dia teringat cewek yang di tabraknya tempo hari.

Dia udah kerja? Berarti lebih tua dari gue dong ya? Tapi kok mukanya lebih mudaan dari gue? Awet muda kali!

Saat Kimi berbalik, seketika Ardian mengambil papan menu yang terletak di atas meja untuk menutupi wajahnya. Bisa malu dia kalau cewek itu menagih janjinya sekarang. Mengingat suara cewek itu yang nyaring, itu akan membuat kegaduhan yang berujung dengan malu tiada henti.

Kimi yang melihat itu pun bergumam, "Gila apa tu orang."

Tak beberapa lama, Dinda pun datang. Dinda berdiri di depan Ardian, namun tidak di sadari oleh Ardian. Inisiatif Dinda menarik perlahan papan menu tersebut.

"Kamu kenapa?"

Ardian menurunkan papan menu tersebut. Dia melihat ke sekeliling. Cewek tersebut sudah tidak ada lagi. Perasaannya pun lega. Sedangkan Dinda semakin bingung di buatnya.

"Gak papa kok. Kita pindah tempat makan aja ya? Aku ngerasa gak enak sama menunya." Ardian berbohong! Padahal sebenarnya Ardian menghindari Kimi.

Dinda pun mengangguk mengiyakan. Mereka pun pindah ke restoran terdekat.

F a n g i r l

A/n: to be continue~

Visual of Sejung Kimi is Kang Mina.

Visual of Sejung Kimi is Kang Mina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FANGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang