Alisya yang tengah duduk bersama papa dan mamanya merasa sangat yakin untuk pindah ke Amerika
"Alisya mau ke Amerika tapi tunggu sampe Alisya selesai ujian akhir semester soalnya tinggal satu bulan lagi pa"
"Tapi sayang bukannya lebih cepat lebih baik?"
"Iya mas Alisya benar setidaknya aku juga masih punya waktu satu bulan sama Alisya"
"Yaudah deh,Abis kamu bagi rapot kita langsung pergi biar cepat diurus nanti disana"
"Makasih papa"
Percakapan mereka akhirnya berakhir,dengan susah payah Alisya mempertimbangkan semuanya dan akhirnya dia mencapai keputusan puncaknya yang lebih memilih mengapai cita citanya daripada cerita cintanya
Tak terasa mentari muncul membagi sinarnya, seperti biasa jadwal Alisya saat pagi adalah bersiap untuk sekolah. Kali ini Alisya merasa sedikit menikmati hari hari terakhirnya di Indonesia sebelum dia berangkat ke Amerika
"Nanti bekalnya dimakan ya sayang"
"Iya ma Alisya pasti habisin"
"Yaudah mama kerumah sakit dulu, dah sayang"
"Dah mama"
Semenjak keputusan Alisya untuk pergi, mamanya semakin meluangkan waktu disisa sisa hari bersama anaknya,Alisya merasa senang setidaknya hubungan antara dia dan ibunya sudah mulai membaik
Seperti biasa Alisya mengikuti pelajaran dengan biasanya hanya saja sekarang dia berusaha untuk melupakan Dion,melupakan perasaannya dan harapan harapan tak pastinya. Sesekali dia berbicara dengan Dion tapi itu hanya sebatas basa basi agar tidak terlihat mencolok bahwa dia sedang berusaha menjauhi Dion, Alisya juga sering menjenguk Vannesa yang belum juga sadarkan diri dirumah sakit bersama Rega, Raihan dan Zaidan, dia juga turut prihatin atas penyakit mematikan yang di derita Vannesa. Sekarang Alisya lebih lega karena dia sudah bisa mengikhlaskan Dion meskipun terbesit sesaat harapan harapan dia yang dulu
Tingal satu minggu lagi menjelang ujian semester yang berarti waktunya di Indonesia sudah semakin habis, teman temannya termasuk Dion tidak ada yang tau jika Alisya akan pergi ke Amerika karena Alisya sendiri menunggu waktu yang tepat untuk memberitaukannya. Disisa waktunya Dion terlihat cuek terhadap Alisya karena dia juga sibuk mengurusi mantannya yang sedang berjuang hidup, bukan karena dia tidak perduli kepada Alisya hanya saja dia tidak tau bagaimana caranya dia membagi waktu dan perasaannya antara Vannesa dan Alisya, dua orang yang dia sayangi
"Gimana yon keadaan Vannesa? "
"Yah gitulah ga belom ada perkembangan"
"Tenang aja yon Vannesa pasti bakalan sembuh, kita semua pasti doain yang terbaik buat dia"
"Makasih han, tumben banget lo baik"
"Yaampun lo kayak ngak tau aja temen lo inikan orang yang baik, tidang sombong dan rajin menabung"
"Oh iya yon, gimana hubungan lo sama Alisya, kita liat lo semakin renggang sama Alisya"
"Kalau itu juga ngak ada perkembangan han"
"Lo harus segera deh nyatain cinta lo ke Alisya, daripada lo nyesel nanti lo kayak Zaidan tuh jomblo ngak ketulungan"
"Kampret lu han, kayak punya pacar aja lo"
"Gue punya pacar, tapi di masa depan"
"Sama aja bego lo namanya jomblo juga, banyakan makan quotes cinta sih lo"
"Biarin daripada lo yang kebanyakan makan kata kata TOLAKAN dari Nanda"
"Udah deh ngak usah kayak anak bocah, berantem mulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Late
Teen Fiction"Seandainya aku menyadari rasa ini sedari dulu, mungkin keterlambatan ini takkan menghasilkan sebuah penyesalan" ucap Dion lirih sambil menatap langit senja