"Mungkin apa ?", tanya Nia penasaran
"Apa mungkin...", ulang Raihan lagi
"Bisa cepatan gak sih ngomongnya, gue tampol nih", ancam Nia yang geram karena Raihan tetap menggantung ucapan bahkan hubungan mereka *eh
"Apa mungkin...lo udah suka sama gue?", canda Raihan, ia merasa lucu dengan muka Nia yang penasaran
"Gila masih bisa bercanda lo ya", balas Nia dengan intonasi tinggi di tambah ia mencubit pinggang Raihan, padahal dalam hati ia merasa terguncang dengan jebakan Raihan yang tak terduga itu
"Iya iya, maksud gue apa mungkin Alisya itu...emang belum meninggal?", tanya Raihan, ia bahkan ragu dengan ucapannya
***
"Regaaaaaaa!!!!", Raihan yang baru datang kekelas langsung berteriak seperti orang gila yah memang dia dari dulu seperti orang gila
"ANJIR, malu-maluin banget dah tuh anak", ungkap Rega menegaskan kata anjir, ia merasa terhina sekali ketika namanya harus di panggil oleh orang gila macem Raihan
"Lo apaan sih masih pagi wey", sambung Rega
"Gue punya info penting, sini ikut gue ke sudut situ", tunjuk Reihan ke sudut kelas yang memang sedang sepi
"Eh gondok komodo, gila lo ya ngajak gue ke sudut, liat noh semua orang noleh ke kita, wah sinting nih anak", balas Rega yang tambah jijik pasalnya Reihan yang baru datang mengajaknya ke sudut kelas tempat dimana gak ada anak kelas
"Otak udang, gue ngajak ke sudut biar gak ada yang denger bego", balas Reihan yang kesal karena dipikir homo oleh Rega
"Ngomong dari tadi dong", ucap Rega santai dan berlalu ke sudut mendahului Reihan
"Anjir gue malah ditinggal",ucap Raihan pada dirinya sendiri
Sesampainya di sudut kelas, beberapa anak melihat namun tak mempedulikan hubungan terselubung antara Rega dan Reihan
"Jadi kenapa? Kenapa mesti rahasian gini?", tanya Rega penasaran
"Kemaren gue sama Nia...", ucapan Reihan terpotong ketika Rega mendengar kata Nia
"Lo jadian sama Nia? Terus mau sombong ke gue? Tenang bentar lagu gue juga jadian tuh sama Erlin", ucap Rega membabi buta karena sudah berpikiran negatif tentang nama Nia
"Dengerin gue dulu bocah", Reihan langsung menjitak kepala Rega karena pikiran negatifnya
"Tadi gue sama Nia ngobrol masalah Alisya, lo pernah gak mikir kenapa kematian Alisya gak pernah diumumin?", tanya Reihan yang membisik takut didengar orang lain
"Enggak", ucap Rega yang juga berbicara pelan
"Emang lo tuh ya bloon, kacamata aja ditebelin otak kagak", hina Reihan saat tau Rega yang pintar diatasnya tidak pernah berpikir hal demikian
"Woooo, ganas amat sih! Iya gue juga pernah diskusi sama Nao tentang berita Alisya tapi gue gak mau gegabah dulu takutnya kita beri harapan ke Dion yang belom pasti", Rega kembali serius
"Gimana dong jadinya?", Reihan berfikir keras untuk memecahkan masalah ini
"Ntar gue coba tanya Erlin"
"Gue nanti tanya Nanda juga deh", tiba-tiba suara berat dari belakang mengagetkan mereka
"astaghfirullahaladzim!!!"
" Eh satan, ngapain lo di sini?? Ngagetin gue aja!", Reihan memegang dada sebelah kirinya takut jantungnya keluar
"Gue tadi masuk eh malah liat kalian berdua mojok, sebagai sahabat yang baikkan gue gak mau kalian nyimpang tapi waktu gue sampe gue malah denger kalian ngobrolin tenyang Alisya", Zaidan menjelaskannya dengan wajah sepolos mungkin
"Ya gak gitu juga kampret, gue kira lo tadi semacama pedofil yang ngincer kami berdua!", Rega malah berbicara ngawur
Saat mereka asik saling memberi umpatan tiba-tiba Dion datang ke kelas, mereka yang melihat ia dengan kecepatan cahaya langsung berpura sibuk di meja masing masing
Dion merasakan hawa keanehan, pasalnya Reihan menjadi diam di kursinya seakan berpikir keras, Rega yang biasanya baca buku malah molor di kelas, sedangkan Zaidan malah ngumpet di bawah meja
'Bener, keknya emang mau kiamat', batin Dion membenarkan
***
______________
Alhamdulilah bisa update lagi, walau gak ada yang nungguin :(
Part selanjutnya, mereka bakal mecahin misi mereka tentang kebenaran kematian Alisyah yang disamarkan
See you in the next time ^ ^
~Widalin~
KAMU SEDANG MEMBACA
Late
Teen Fiction"Seandainya aku menyadari rasa ini sedari dulu, mungkin keterlambatan ini takkan menghasilkan sebuah penyesalan" ucap Dion lirih sambil menatap langit senja