"Lo gak papa?", Raihan menyandarkan tubuhnya di dinding
"Entahlah", pertanyaan Raihan di jawab oleh Nia yang kini mengikuti Raihan
#flashback
"Sebenarnya gue sama cewek yang nampar gue itu saling kenal bahkan akrab tapi itu dulu", Nia menjelaskan terlebih dahulu
"Terus kenapa dia memperlakukan lo kayak tadi?", tanya Raihan tambah penasaran
"Sebenarnya gue ini anak yatim piatu", Nia menjeda kalimatnya sementara Raihan menatapnya dengan iba
"Gak usah tatap gue kayak gitu!", Raihan buru buru menggantinekspresinya dengan senyuman yang penuh arti
"Oke, lo bisa tatap gue kayak tadi soalnya gue jijik liat ekspresi lo yang sekarang", Nia menarik kembali kata katanya yang tadi
"Apa sih maunya, dasar cewek gak jelas!", Raihan merasa kesal karena ia terlihat serba salah, ah apa karna ia seoranh lelaki jadi merasa serba salah
"Iah ngambek yaudah gue berenti cerita nih!", hukum alam cewek selalu benar dan menang
"Dih nih anak, yaudah yok lanjut!"
"Terus gue di asuh sama orang tuanya Diana, cewek yang kemarin nampar gue. Gue sama Diana selalu diperlakukan dengan sama rata, dimanja bareng, dimarah bareng, Diana juga sering curhat apapun kegiatan dia ke gue pokoknya kami benar benar kayak saudara kandung", Raihan menatap Nia yang sedang bercerita lekat lekat
"Saat kami masuk SMA usaha bokap Diana lagi down, gue merasa gak enak dan gue merasa bahwa gue ini beban di keluarga itu, tapi berkali kali bokap, nyokap, dan Diana selalu meyakinkan gue kalo gue sama sekali gak bikin susah"
"Terus? Terus?", Raihan semakin penasaran
"Terus! terus! Kayak kang parkir aja"
"Lanjut lanjut!", Raihan masih saja memaksa Nia untuk melanjutkan cerita
"Yah mereka memang gak merasa gue ini beban, tapi temen temen Diana malah berfikir sebaliknya. Meskipun mereka gak bilang langsung tapi gue tau maksud gerak gerik mereka. Mereka ingin ngasih tau gue kalau gue ini masalah bagi Diana, orang tua Diana bangkrut gara gara ngebiayain sekolah gue, mereka pengen nyampein kalau gue itu gak lebih dari sekedar anak sebatang kara jadi seharusnya gue tahu diri", Nia menghela nafasnya sebentar
"Jadi gue diem diem kerja sampingan waktu kelas sepuluh dan hasilnya gue tabung buat ngontrak sendiri, dan setelah gue sewa kontrakan gue putusin buat ninggalin rumah, mereka ngelarang gue tapi gue bersikeras buat keluar gue gak mau lagi buat keluarga Diana repot. Dari hari itu Diana ngambek sama gue, dia sama sekali gak ngangkat telpon dari gue"
"Sampai pada hari dimana dia nelponin gue berulang kali tapi gue gak bis angkat soalnya hp gue ketinggalan di tempat kerja dan gue baru sadar besoknya. Gue baru tau kalau di hari itu bokap dia meninggal dan dia lengen gue dateng untuk mengantarkan jenaza beliau tapi...", lagi lagi Nia menjeda ceritanya namun kali ini tetesan air mata mulai berjatuhan
"Tapi gue malah gak ngangkat telponnya, dia marah banget sama gue, dari hari itu juga dia jadi gak karuan hidupnya gak pernah keurus lagi ditambah nyokap yang sibuk kerja buat biaya hidup. Seandainya gue balik ketempat kerja dan angkat telpon dari dia, mungkin Diana gak jadi kayak sekarang, dia gak mungkin salah pergaulan, gak mungkin ngerokok, gak mungkin dan gue harap dia gak pernah nyentuh barang haram sialan itu!", kalimat ini di jabarinya dengan penuh tangisan, Raihan sibuk mengelap air yang jatuh dengan tisu. Raihan tak menyangka bahwa hidup gadis kecil didepannya ini sangat keras
"Gimana kalau lo coba dengan meluruskan kesalapahaman lo dulu?", Raihan memberikan penawaran yang menarik
"Tapi gimana kalau dia gak mau dengerin gue?"
"Emang lo mau nyerah gitu aja? Bukannya lo merasa bersalah? Jadi lo harus beresin apa yang lo anggap kacau", kali ini Raihan tersenyum sendu, senyum menawan yang di suka Nia, setidaknya senyum Raihan kali ini tidak membuat Nia merasa kejijian
"Thanks Rai"
"Rai? Gue suka sih di panggil kek gitu", Raihan menyukai panggilan ini, bjasanya orang orang memanggil dia dengan sebutan "Han", "Somplak", "Gila", "Jomblo"
#Flashbackend
"Entahlah", jawab Nia
"Ayo semangat dong! Kita coba lagi nanti", Raihan memberikan semangatnya
"Eh by the way, lo gak bareng temen lo nih?"
"Gak ah, gue mau nemenin lo", oke fix muka Raihan terlalu santai menjawabnya sedangkan ada jatung yang deg degan gak karuan
"O-Oh gitu, sepi ya grup lo sekarang"
"Maksud lo?"
"Yah kan biasanya ada Alisya yang menurut gue paling waras diantara kalian"
" Haruskah saya terharu?!", Raihan memasang muka malasnya yang hanya di balas senyuman mengejek oleh Nia
"Tapi gimana nih kabar Alisya? Baik? Dion kesepian deh? Kan Vannesa udah berpulang terus gebetannya juga pindah"
"Eh tunggu, maksudnya gimana?", ada kata kata yang mengganjal dari ucapan Nia
"Gimana apanya?", Nia bingung dengan pertanyaan Raihan, apa ada yang salah dari perkataannya?
"Lo nanyain kabar Alisya?"
"Iyalah masa gue nanya kabar lo yang nyata ada didepan gue?!", Ia rasa Raihan mulai tak waras
"Alisyakan sudah....", Raihan menjeda kalimatnya sejenak
"Meninggal?", kemudian dilanjutkannya
"What?!!", hampir saja Nia membangungkam seluruh semut disekolah ini
"Maksud lo apa? Alisya meninggal?"
"Lo gak tau?", kini giliran Raihan yang terheran heran
"Yang gue tau cuma Vannesa karena kematiannya kan diumumin sedangakan Alisya...."
"Tunggu tunggu!", kalau difikir fikir memang tak ada siswa lain yang menyinggung kematiam Alisya
"Kenapa Rai?"
"Apa mungkin.....", Raihan mengantunkan ucapannya
Hai hai hai!¡!¡! I'm come back (gak diharepin)
I'm so sorry karena lama bgt up nya
Mimin baru selesai UAS dan masih menikmati awal liburan
Part kali ini dikit aja yah Dion nya juga belum keluar nih
Tunggu di episode selanjutnyaaaa *kayaksinetronaja
See you babai gaissss
Luv you-widalin-
KAMU SEDANG MEMBACA
Late
Teen Fiction"Seandainya aku menyadari rasa ini sedari dulu, mungkin keterlambatan ini takkan menghasilkan sebuah penyesalan" ucap Dion lirih sambil menatap langit senja