12. Maaf

2.1K 130 10
                                    

Mereka berhenti agak lama saling berhadapan. Akhirnya mereka pun saling bertatapan. Entah berapa lama mereka tidak beratatapan seperti itu. Rasanya seperti menghilangkan rasa rindu.

Adi yang mengetahui air mata dari Antari pun ingin segera mengakhiri drama gengsinya dengannya.

"Antari, kau habis menangis?" tanya Adi.

"Adi, ada yang perlu kita bicarakan sekarang."

Adi pun mengangguk menyetujui gadis yang membuat hatinya tergerak itu.

...
...
...

"Ada apa?" tanya Adi.

"Apa ada yang salah denganmu?" tanya balik Antari.
"Kenapa kau melakukan semua ini?" tanya Antari lagi.

Adi hanya bisa diam, dirinya bingung atas apa yang ditanyakan Antari. Memang betul kalau Adi tidak bisa menepati janjinya untuk membantu Antari berhasil di pemilihan, tapi, apakah harus separah itu?

Selama Adi terdiam menatap Antari, Antari pun terduduk lemas.

"Aku minta maaf... Aku minta maaf sudah marah padamu." kata Antari meminta maaf.

"Untuk apa?" tanya Adi yang duduk disamping Antari.

"Untuk semuanya. Maaf aku sudah membuatmu bingung. Aku juga tidak tau kalau kau begitu semangat untuk berhasil di pemilihan ini. Dan... Maaf, aku tidak tau tentang ayahmu. Aku minta maaf juga karena sudah merasa aku yang sangat menderita." terangnya.

Adi hanya tersenyum melihat Antari. Dia akhirnya lega karena Antari sudah mengetahui semuanya. Lebih tepatnya, Adi lega karena Antari sudah mau berbaikan dengannya lagi.

"Aku juga minta maaf." kata Adi tiba tiba. Antari menoleh kepada Adi, seolah memberi isyarat tanda dia bertanya.
"Aku tau aku sangat menjengkelkan. Aku minta maaf padamu. Aku tak akan mengecewakanmu lagi."

"Pfffttt..." Antari menahan tawanya.

"Ada yang salah?"

"Hihihi... Aku tak menyangka. Kau yang begitu dingin dan menyebalkan bisa meminta maaf seperti orang yang patut dikasihani." katanya sambil tertawa geli.

"-_- Silahkan tertawa sepuasmu." kata Adi cemberut. Tapi, melihat senyum Antari, tanpa disengaja membuat senyum pada wajah Adi. Entah kenapa Adi merasa senang dan nyaman melihat senyum Antari.

Sesaat, setelah Adi menyadari dirinya yang ikut tersenyum, Adi teringat akan pertanyaan yang belum terjawab selama ini. Apakah dia mulai suka pada Antari.

"Antari, ada yang ingin kutanyakan padamu." kata Adi yang menghentikan senyum Antari.

"Apa?"

"Bagaimana jika aku menyukaimu?" tanya Adi.

...
...
...

Adi's POV

Hari ini seperti biasa aku agak kesiangan untuk datang ke sekolah. Entah kenapa, kemalasanku untuk berangkat ke sekolah meningkat 1000 persen. Rasanya aku tak ingin duduk di kelas hari ini. Lebih baik aku mengurus perusahaan daripada aku duduk disana dan mendengarkan pelajaran yang membosankan.

Tapi, aku harus mengakuinya. Alasanku tidak ingin duduk disana karena dia. Ya, Antari. Entah kenapa minggu minggu terakhir ini aku terus memikirkannya. Memang aku masih terlibat konflik dengannya. Dia jadi tidak mau menyapaku. Melihat padaku saja tidak.

Perlu kuakui aku sangat rindu senyumnya. Senyum gadis cantik yang pintar yang membuatku seakan melupakan sejenak tentang Amanda.

Tapi, tiba tiba, dia ingin berbicara sesuatu padaku. Akhirnya, kubawa dia ke rooftop gedung sekolah karena aku tidak ingin banyak orang tau tentang yang kubicarakan.

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang