41. Reverse

1.9K 108 2
                                    

Tentang Wianggara Panca, ayah dari Ararya Adiraja Wianggara atau yang biasa dipanggil Adi. Aku tidak sengaja menemukannya sebagai salah satu korban dari Yakuza Keihin juga.

Saat itu, dia bercerita bahwa dulu Panca Group sedang di ujung tanduk. Maka dari itu, dia pergi secara rahasia dari keluarganya, dan pergi untuk bernegosiasi kepada para relasi Panca Group. Awalnya dia berhasil mengumpulkan simpati. Tetapi, keadaan sial membawanya kepada kawasan Yakuza Keihin. Sekali masuk, tidak bisa keluar lagi. Karena Wianggara pergi secara rahasia, maka tidak ada yang mengawalnya dan tidak ada yang tahu tentang keberadaannya.

Di saat itulah, aku memikirkan rencana tentang umpan menarik para pewaris tahta Panca Group untuk masuk ke dalam kawasan Yakuza Keihin. Dengan begitu, mereka tidak akan dapat keluar, dan tanpa para pewaris tahta, aku akan perlahan menghancurkan Panca Group, lalu Antari...

Author's POV

Setelah Fairuz menceritakan semua tentang dirinya dan bagaimana pertemuannya dengan Wianggara, ayah Adi, tiba-tiba Fairuz tertawa terbahak-bahak. Tawa panjangnya itu tidak berhenti sambil sesekali mengatakan, "Lucu! Lucu sekali hidupku!"

Tetapi, setelah tawa panjangnya itu, Fairuz terhentak dan tawanya terhenti seketika. Matanya menatap keempat orang yang ada di depannya itu dengan tajam, terutama pada mata Adi yang ditatapnya lebih lama.

Setelah menatap lekat mata Adi, air mata Fairuz pun menetes perlahan. Semakin lama, semakin deras saja air matanya sehingga Fairuz pun menangis sejadi-jadinya.

"Hei, Adi! Kurasa orang ini sudah tidak waras," bisik Arman kepada Adi.

"Kupikir juga begitu," jawab Adi.

"Kalau kita meladeninya, sama saja kita juga tidak waras," sahut Adipati.

"Lalu, kita harus lakukan apa?" Tanya Putri.

"Kita memancingnya saja seperti rencana awal," kata Arman memberi instruksi dan disambut baik oleh ketiga lainnya.

"Hei! Lalu, di mana Wianggara?" Tanya Arman mencoba memancing.

Fairuz yang semula menangis seperti anak kecil, ketika mendengar Arman bertanya tiba-tiba terhentilah tangisannya. Wajah yang semula kusut karena lelehan air matanya mendadak berubah secara drastis kembali menjadi senyuman lebar.

"Memangnya kau mau apa? Aku tidak tau kalau dia masih hidup atau tidak. Hahaha... dasar bodoh!" Jawab Fairuz. Membuat Adi, Putri, bahkan Adipati terkaget dengan jawabannya itu. Mereka berharap sekali agar Wianggara, ayah Adipati dan Putri dan paman dari Adipati itu masih hidup. Setidaknya, itulah rencana awal ke tempat Yakuza Keihin ini. Membebaskan Wianggara, lalu pergi bersamanya dengan selamat. Akan jadi sia-sia jika Wianggara sudah tiada.

"Bawa kesini orang itu!" Suruh Fairuz kepada pengawalnya.

Dari arah pintu gudang itu, terbukalah dengan lebar. Lalu, muncullah banyak pengawal mengelilingi tiang kayu di tengahnya sambil mendorongnya.

Di tiang kayu tersebut terdapat seseorang dengan baju compang-camping yang telah lusuh. Dari atas, rambutnya telah acak-acakan serta ada beberapa bagian yang telah dipotong. Matanya hampir tertutup menyisakan sedikit penglihatan. Wajahnya penuh darah yang masih segar ataupun yang sudah mengering dengan banyak benjolan di sekelilingnya. Badannya yang juga terlihat noda merah darah terikat di tiang kayu itu dengan tangan diletakkan di belakang. Kakinya pun juga terikat. Hampir tidak memungkinkan untuk lolos dari ikatan itu. Kalaupun bisa, kondisinya yang tidak memungkinkan. Sungguh miris.

"AYAH!" Teriak Adi sambil menggeliatkan badannya, berharap kalau rantai yang mengikatnya itu dapat terlepas.

"Ayah...!" Tangis Putri pun pecah. Dirinya tak sanggup untuk melihat kondisk ayahnya yang sangat memilukan itu.

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang