15. Big Papa

1.9K 127 7
                                    

"Nah, keliatan gapunya otak. Gue waktu itu kan gak ikut Ujian Nasional," jawabnya santai.

Aku baru ingat sekarang. Dulu, dengan seluruh pengaruh Panca Group Adi yang dari awal tidak berminat mengikuti Ujian Nasional akhirnya diperbolehkan. Memang sungguh luar biasa pengaruh Panca Group.

"Tapi, Antari..."

"Apa?"

"Aku senang melihatmu lagi..."

Antari termangu heran dengan perkataan Adi. Untuk kesekian kalinya entah kenapa dia merasa sangat malu mendengar perkataan seperti itu terlontar dari mulut Adi. Dia tak membalasnya, melihatpun tidak. Sekarang dirinya menunduk merasa canggung.

"Oh, permisi. Saya ada perlu. Antari, kutinggal dulu. Nanti kujemput lagi. Sebentar, kok. Cabut dulu ya, bro!" entah ada apa dengannya. Sepertinya masalah pekerjaan.

Akhirnya, bang Fairuz meninggalkanku bersama orang yang sudah 2 tahun tidak pernah kulihat, Adi. Aku tidak tau kenapa, aku menjadi malu untuk berbicara. Aku hanya menatap layar hp berpura pura sibuk. Padahal, aku hanya menggeser atas bawah layar hpku dengan pikiran masih kepada Adi.

"Gausah sok sibuk gitu. Kau sudah menggeser chat terakhir kita selama 1 menit."

Oh! Aku baru sadar. Tidak tau siapa yang menyuruhku membuka ruang obrolan dengan Adi yang belum kuhapus selama 2 tahun ini. Aku malu betul mengetahui aku berlura pura.

"Antari, mau jalan jalan?" Tanya Adi.

"Ha? Gak! Mending disini banyak orang daripada jalan jalan berdua. Nanti bang Fairuz juga bingung nyariin," tolakku. Adi hanya terkekeh mendengar jawabanku. Sambil berlagak santai dia menyeruput segelas minuman segarnya.

"Kau sudah banyak berubah ya?"

"Hah? Apanya?" Tanyaku balik.

"Aku ingat dulu kau masih dengan rambut ekor kudamu. Sekarang kau sudah berhijab sebagaimana mestinya."

"Iya dong! Masak kau saja yang mau berhijrah. Aku juga!" Ujarku sewot.

"Kenapa sewot gitu? Aku cuma ngomong baik baik."

"Ya lagian, udah dua taun ini aku nunggu! Kamu kenapa gaada kabar ha? Kenapa?" Entah kerasukan apa aku sampai berbicara begitu kerasnya hingga hampir semua pelanggan menoleh kearahku. Aku langsung menutup mulut karena malu.

"Sudah bikin malunya?" Tanyanya dengan nada santai.

"Uh! Kenapa sih kamu masih aja nyebelin!" Kataku gemas sambil berbisik.

"Kapan kapan kita bertemu lagi," katanya sambil tiba tiba membereskan barangnya dan memasukkan kedalam ransel hitam kecilnya.
"Oh iya, kuterima kau sebagai anggota komunitasku. Tapi jangan anggap karena aku berbuat baik padamu. Anggap saja aku membayar kesalahanku karena sudah membuatmu menunggu selama 2 tahun ini," lanjutnya.

"Oh iya, besok ada pertemuan. Jangan sampai kau mengacaukannya. Permisi," katanya sambil berbalik dan meninggalkanku.

Aku hanya diam karena kaget dengan kelakuannya. Aku hanya terdiam membeku sampai akhirnya bang Fairuz datang untuk menjemputku.

...
...
...

Author's POV

"Ah, sungguh lelah hari ini. Kenapa hari ini banyak klien yang ke kantor ya? Kalau begini terus kan kuliahku akan terganggu," gerutu Adi yang menjatuhkan dirinya di kursi belakang mobil hitamnya yang anti peluru itu.

Adi lalu membuka hpnya. Dibuka kunci hpnya dengan kode 141. Lalu dia membuka ruang obrolan dengan seseorang yang jauh berada dibawah. Karena merasa terlalu jauh, dia menutup kembali media sosial itu dan beralih ke galeri foto dan dia membuka file dengan judul 141.

Tidak terasa, dirinya tersenyum melihat beberapa foto tersebut. Senyumnya mengembang dengan penuh suka cita.

"Oi! Lo dimana? Ngapain senyum senyum ke orang gila gitu."

Adi terkaget. Dengan cepat dia segera mematikan latar hpnya dan beralih kepada layar persegi kecil di depannya.

"Kenapa lo gak bisa sopan sedikit sama kakak sepupu lo? Tiba tiba nongol aje," protes Adi.

"Hahahaha... Kata siapa? Gue udah izin bodyguard lo kali. Lagian ngapain pake senyum senyum gajelas."

"Bukan urusan lo! Gue matiin sambungan nih!" Ancam Adi.

"Sabar kali, kak. Oiya, nanti malem Nakula sama Sadewa mau ngadain makan malem bareng semua keluarga. Lo harus ikutan!" Ajak Nakula kepada kakak sepupunya itu.

"Males! Gue mau istirahat dulu. Besok gue harus ke Dubai mau nemuin temen gue, pangeran Hamdan bin Mohammed Al Maktoum."

"Batalin! Karena ini lebih penting!" Kata Nakula dengan sedikit berteriak.

"Lah, kenala lo? Emangnya ada apa?" Tanya Adi lagi.

"Karena sebenarnya Big Papa yang ngundang kita!" Kata Nakula heboh.

"Ha? Beneran lo? Gawat. Gue harus ngebatalin sama pangeran nih. Oke kalo gitu gue nanti malem dateng. Keluarga yang lain udah lo telfon?"

"Wajib! Keluarga Prasoma semua dateng. Bang Adipati yang lagi dinas latihan militer sama jepang pun langsung balik. keluarga Darbuda biar gue yang urus. Keluarga Warespati yang sampai sekarang masih liburan di Turki pun udah pesen tiket sekarang untuk balik kesini."

"Oke deh. Keluarga Wianggara biar gue yang urus nanti gue kasihtau ibu dan adik gue. Oke makasih."

Gawat nih! Gak biasanya Big Papa ngadain makan malem mendadak begini. Pasti ada yang tak beres!

________

Siapa itu Big Papa? Bagaimana kelanjutannya? Tunggu kelanjutannya! Terima kasih.

Next Chapt. The Dinner

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang