23. Rencana Berhasil(?)

1.7K 118 1
                                    

*Maaf telah menunggu lama. Author disibukkan dengan banyak tugas, bimbel, dan olimpiade. Terima kasih sudah mau menunggu.

Di luar dugaan, Antari mendapat respons yang sangat menerima. Sesaat, air mata Antari berlinang. Dia tak menyangka harus menutupi cerita ini dari mereka, orang baik yang menutupi rasa kecewanya dengan senyum dan juga tawa. Antari tau betul itu. Antari pun berhambur untuk memeluk ibu Fairuz dan berterima kasih atas pengertiannya. Tak lupa juga dia berpelukan dengan ibunya yang selalu mendukung apa yang dilakukan Antari selama itu baik.

Tak lama kemudian, smartphone milik Antari bergetar. Antari menerima pesan.

"Temuin gue besok di cafe semasa SMA dulu."

...
...
...

"Selamat datang! Sudah melakukan reservasi sebelumnya?" Tanya seorang pelayan yang membukakan pintu cafe dengan senyuman dan sambutan hangat.

"Belum..." jawab Antari dengan singkat. Kali ini Antari benar-benar tidak terlalu menghiraukan penampilannya. Dia merasa lega karena keluarga Fairuz menghormati keputusannya yang memilih untuk menolak perjodohan. Dia hanya memakai baju cokelat dengan rok yang bernada sama. Tas kecilnya berwarna hitam dengan garis cokelat.

"Maaf, dengan siapa?" Tanya pelayan tersebut meminta nama Antari untuk dituliskan di buku pelanggan.

"Atari, Dewi Gantari," jawabnya sambil menghela nafas. Entah apa yang dipikirkan Antari, tapi beribu rasa telah berkecamuk di hatinya. Di satu sisi, hatinya bersorak karena telah berhasil dari jeratan keluarga Fairuz. Tetapi di sisi lainnya, hati Antari merasa cemas karenankali ini dia akan melewati rintangan yang lebih besar, Kakek Panca. Menurut informasi yang Antari dapatkan, kakek Panca adalah orang cukup keras kepala. Sangat susah untuk bernegosiasi dengannya, setidaknya itulah yang dikatakan Adi.

"Owalah! Mbak Antari? Silahkan masuk, mbak! Sudah ditunggu tuan muda Adiraja di ruang private." Pelayan itu meminta maaf kepada Antari karena ketidaktahuannya.. Sebenarnya, Adi sudah berpesan kepadanya akan ada temannya yang bernama Antari yang akan berkunjung. Adi juga meminta untuk mengantar Antari langsung menuju ke ruang private.

Antari pun diantar menuju ruang private. Hatinya berkecamuk begitu riuh sekarang. Hingga, Antari pun sampai.

Deg! Hawa dingin tiba-tiba merasuk dari kaki Antari sampai ujung kepalanya. Tubuhnya seakan membeku sekarang.

"Jadi ini yang kau maksud Antari?" Tanya seorang lelaki tua dengan suara yang penuh wibawa. Perawakannya masih tegap dan terlihat tegas. Dengan kesan elegan yang ditampilkannya, membuat siapapun seperti akan tersungkur jatuh karena tak kuat menghadapi seseorang dengan penuh karisma seperti ini.

"Duduklah, Antari." Adi yang duduk disamping lelaki tua itu menyuruh Antari duduk berhadapan dengan kursi Adi dan lelaki tua. Seakan tak mau kalah dengan orang di sebelahnya, tanpa disadari Adi juga memancarkan aura penuh wibawa yang tinggi. Hal ini didukung dengan raut mukanya yang serius dan pakaiannya yang elegan.

Seperti terhipnotis, Antari langsung duduk. Gerakannya agak kaku begitu memasuki ruangan tadi. Tetapi bukan Antari namanya jika tidak mampu menguasai suasana.

"Perkenalkan, nama saya Antari," katanya sambil membungkukkan sedikit kepalanya.

"Sudah tau!" Jawab lelaki tua itu. Antari yang sebenarnya kaget mencoba menguasai suasana lagi.

"Antari, perkenalkan kakekku, kakek Panca. Kakek, kenalkan ini temanku, Antari," kata Adi memperkenalkan Antari kepada kakeknya, dan mengenalkan kakeknya kepada Antari.

Kakeknya hanya memandang penuh curiga kepada Antari. Dengan memicingkan mata, membuat orang yang diperhatikannya sekarang menjadi salah tingkah.

"Kuasai keadaan, kuasai keadaan," bisik hati Antari pada pikirannya. Memang sebelumnya Adi sudah menjelaskan bagaimana watak dari kakeknya. Tetapi, dia tak pernah memberi tau jika hari ini lah dia akan bertemu langsung dengan kakek Panca.

"Adi, coba periksalah! Apakah minumannya sudah pantas untuk dikeluarkan terlebih dahulu?" Tanya kakek Panca dengan suara berat.

Adi yang sudah mengetahui seluk beluk tentang kakeknya langsung tanggap untuk merespon permintaan kakek Panca. Membicarakan tentang minuman yang harus dikeluarkan adalah sebuah isyarat agar ia segera keluar ruangan untuk beberapa saat. Dengan kata lain, kakek Panca butuh waktu hanya untuk mengobrol langsung dengan Antari.

Adi pun berdiri dan keluar dari ruangan setelah merapikan tempat duduknya.

Blam! Pintu pun tertutup. Menyisakan kakek Panca, Antari, dan seorang pengawal yang menjaga pintu.

"Hem..." kakek Panca berdehem untuk mengambil perhatian dari Antari yang sedetik sebelumnya melihat pintu yang ditutup oleh Adi. Antari pun langsung mengalihkan pandangannya kepada kakek Panca lagi.

...
...
...

"Permisi, tuan," kata pengawal tersebut memberitahu Adi yang menunggu di luar. Keringat Adi pun bercucuran keluar, tanda dirinya cemas apa yangbterjadi di dalam ruangan.

Sebelumnya, malam setelah Adi sampai di rumahnya,

"Hoho, selamat datang, cucuku," sambut  kakek Panca terhadap kedatangan Adi. Adi yang telah merencanakan sesuatu menerima sambutan kakeknya dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya.

"Kakek, ada yang perlu saya bicarakan," ucap Adi kepada kakeknya.

"Oh iya? Silahkan!" Balas kakeknya dengan antusias. Kakeknya belum tau kalau apa yang ingin dibicarakan Adi adalah tentang membatalkan perjodohannya.

Malam itu, Adi dan kakeknya duduk berdua di depan perapian yang menghangatkan tubuh keduanya. Wajah Adi tidak berani menatap langsung ke arah kakeknya. Pandangannya menuju api yang menari di dalam perapian.

Berbeda dengan Adi yang merasa khawatir akan jawaban dari kakeknya, kakek Panca Sang Big Papa. Kakeknya terlihat bingung dan heran mendengar penjelasan Adi tentang pembatalan pernikahan ini.

"Apakah kau ingat tentang syarat terjadinya pembatalan perjodohan ini? Kau harus menemukan pengganti dari anak kenalanku. Sebagai pria, kuharap kau tidak mengingkari perkataanmu sendiri," kata kakek Panca.

...
...
...

"Apa- apaan ini?!" Murka kakek Panca sambil menggebrak meja. Sendok dan garpu yang diam menjadi melayang di udara untuk benerapa detik akibat gebrakan kuat pada meja.

"Untuk sesaat, aku berpikir bahwa kau berhasil mencari pengganti. Tetapi, apa ini?" Ujar kakek Panca dengan geram.

Adi dan Antari bersama sama menatap ke bawah. Tak berani menampakkan wajahnya di hadapan Big Papa. Suara kakek Panca disaat tenang saja sudah membuat hati berdecak kencang. Apalagi, dengan susasana panas begini yang membuat marah kakek Panca, untuk bernafas pun rasanya sulit sekali.

"Adi cucuku. Minggu depan, kau harus tetap kunikahkan dengan pilihanku. Anak dari kenalanku," kata kakek Panca yang membuat Adi tercengang.

Ingin rasanya Adi berontak atas sikap kakeknya itu. Tetapi ia merasa kalah dengan wibawa kakeknya, membuat dirinya hanya tertunduk. Ia berpikir bahwa rencana untuk mengenalkan Antari sebagai pengganti calon mempelai wanita telah gagal.

"Sampai jumpa minggu depan di prosesi pernikahan!" Ucap kakek Panca sambil berdiri lalu meninggalkan tempat begitu saja. Meninggalkan Adi dan Antari hanya duduk lesu.

_________

Bagaimana kelanjutan pernikahan Adi? Apakah benar akan dijodohkan? Bagaimana jika tidak cocok? Tunggu kelanjutannya dan terima kasih.

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang