43. Selamanya (Last)

4.6K 108 15
                                    

Aku... Ararya Adiraja Wianggara. Putra dari Wianggara Panca dan cucu dari Bima Panca. Salah satu pewaris dari Panca Group. Kini, aku sudah berada di sisi yang penuh dengan cerita. Inilah ceritaku yang tidak akan kalian temukan sebelumnya...

Saat itu hatiku benar-benar ingin meledak. Pikiranku kacau dan bingung. Badanku serasa remuk tak tertahankan. Bagaimana bisa aku membiarkannya terjadi?

Aku menunggu di ruang tunggu di sebelah ruang operasi di kawasan Instalasi Gawat Darurat. Aku tak bisa menahan emosiku. Sekali lagi, kusalahkan diriku kenapa semua ini kubiarkan terjadi? Lelaki macam apa aku ini? Suami macam apa aku ini?

Lantas, tiba-tiba dokter keluar dari ruang operasi itu dan dengan wajahnya yang khawatir, berkata, "Maaf... istri anda mungkin tidak bisa selamat," katanya. "Arah pelurunya tepat mengenai organ dalamnya. Sulit bagi kami untuk menyelamatkannya. Sekali lagi saya dokter ketua disini mewakili seluruh tim meminta maaf kepada anda. Saya siap untuk dipindahkan atau bahkan dipecat dari rumah sakit Panca ini."

Tiba-tiba pikiranku terbang ke arah masa lalu. Saat aku pertama kali bertemu dengannya dalam kondisi hancur. Saat itu aku tidak ubahnya seorang laki-laki yang telah kehilangan mimpinya, Amanda. Amanda adalah wanita yang sangat kucintai. Aku bertemu dengannya sedari kecil. Setidaknya, tidak setelah aku bertemu Antari.

Aku yang pindah jurusan dari IPA ke IPS harus bertemu dengan orang yang namanya sudah kudengar sejak beberapa hari terakhir. Namanya Antari, gadis yang dikenal dengan segudang prestasinya baik akademik maupun non-akademik. Sudah tidak terhitung berapa piala yang dia sumbangkan untuk sekolah. Dengan begitu, dia berada di jajaran nomor dua murid teladan dan berprestasi di sekolah. Tentunya setelah aku yang bertengger di posisi nomor 1.

Saat itu entah kenapa ada yang berbeda saat kumemandangnya. Pada kali pertama aku memasuki kelas itu, entah kenapa mataku langsung tertuju pada gadis manis itu. Aku tak bisa mengendalikan perasaanku. Sejujurnya, entah kenapa pula hati ini menjadi berdegub kencang. Aku pun masih ingat bagaimana perasaanku saat itu. Sangat berbeda dengan perasaanku kepada Amanda. Persaan itu lebih besar dari sebesar apapun perasaanku kepada Amanda.

Tetapi sebenarnya aku telah bertemu dengannya sebelum itu. Saat dia berkunjung dengan ibunya yang seorang teman lama mamaku. Tetapi, saat itu aku tidak melihatnya benar-benar. Karena, aku mengira bahwa dirinya hanyalah salah satu wanita dari sekian banyak wanita yang dikenalkan mamaku kepadaku.

Ternyata, perasaan kesalku bertambah ketika melihatnya di bus sekolah tidak menggunakan hijabnya. Padahal, jelas aku melihatnya berhijab saat berkunjung ke rumahku. Kupikir dia adalah orang yang hanya terlihat baik di mata orang yang akan dijodohkan. Masih ingat saat itu au memanggilnya dengan julukan rambut ekor kuda.

Tetapi itu hanyalah sesaat. Pertama kali aku melihatnya di kelas dengan rambutnya yang diikat dan dengan perasaan yang berbeda. Bukan kesal, tetapi menyesal karena telah kesal.

Kala itu, hari-hariku dipenuhi dengan kemarahannya. Cukup lucu juga melihatnya dengan ekspresi marah begitu. Hingga kurasakan rindu jika dia tidak memarahiku satu hari saja. Hal itu juga yang membuatku lebih giat untuk masuk sekolah. Setidaknya, ada alasan untuk menjadi penyemangat dalam hidupku.

Entah karena sudah ditakdirkan atau bagaimana, akhirnya aku menjadi calon ketua OSIS dan dialah wakil ketua OSIS. Kami berjuang bersama bagaimana susahnya untuk meraup dukungan walaupun sebenarnya tanpa kampanye pun kami akan menang. Tetapi, ternyata tidak semudah itu. Pasangan lain yaitu kakak beradik Dina dan Dino, mempunyai beribu siasat untuk menjatuhkan kami. Tetapi, beruntung dapat kulalui semua itu dengan dukungan dari teman-temanku Haikal, Endah, Nia, dan yang paling utama adalah Antari sendiri.

Tetapi semuanya berantakan saat kami ternyata gagal menjadi ketua dan wakil ketua OSIS. Setiap hari menjadi seperti bunga yang layu. Tidak ada lagi semangat untuk menjalani hariku. Hari penuh kebosanan dan semu.

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang