29. Resah

2K 121 8
                                    

Tiga hari kemudian~

Antari's POV

Hei... ini sudah hari keempat. Kenapa belum juga ada pertemuan? Kata Adi dan Big Papa sih kemarin akan diadakan pertemuan dua keluarga. Tapi, sampai saat ini belum ada tanda-tanda jadi atau tidaknya. Bahkan, entah sudah berapa kali aku mencoba menghubungi dan mengirim pesan kepada Adi, tidak mendapat jawaban. Di baca saja tidak.

Aku yang kini sedang memandang keluar jendela dari kamar tidurku, sejenak, aku berpikir apakah ini hanya mimpi? Atau mereka hanya mempermainkanku? Entah kenapa aku mengira bahwa mereka sedang menertawakanku. Benar sekali, untuk apa pria sekelas Adi mau bersamaku yang hanya secuil kuku baginya.

Aku yang sedang was was pun tidak bisa tinggal diam. Aku mengambil ponselku dan kulihat ruang obrolan dengan Adi. Masih belum ada tanda dia membaca pesanku. Aku pun kembali kesal dibuatnya. Lantas, aku teringat kepada sebuah nomor di daftar kontakku. Aku mengetik nama 'Aisyah' wanita yang tidak sengaja bertemu denganku di cafe milik Adi. [Baca di part 24]

Aku berharap dirinya yang menikah muda dapat memberikanku saran. Sebenarnya sebelum ini, aku sudah bercerita kepada ibuku tentang Adi yang tak kunjung menghubungiku. Tapi, beliau hanya berkata bahwa aku harus sabar. Tidak mungkin orang seperti Adi mendapat banyak waktu luang. Pastilah banyak pertemuan yang harus mereka tepati. Sekarang, kucoba untuk menghubunginya.

[An: Antari; Ai: Aisyah]

An: "Assalamualaikum... ini Antari yang saat itu bertemu di cafe."

Ai: "Waalaikumusalam... oh, Antari? Kupikir kamu lupa sama mbak."

An: "Ah, gak mungkin, hihihi..."

Ai: "Ada apan Antari? Ada masalahkah?"

An: "Enggak juga, sih. Cuma mau tanya ke Mbak Aisyah, gimana dulu waktu ketemu sang suami? Itu sih kalau Mbak Aisyah gak keveratan buat cerita."

Ai: "Ah, itu? Dulu sih sebenernya mbak itu tetanggaan sama mas Hakam. Tapi kalau ketemu ya biasa aja kayak temen yang gak begitu deket gitu."

An: "Terus? Maaf nih Antari jadi kepo, hehe."

Ai: "Mbak kaget tuh pas suatu waktu tiba-tiba beliau ke rumah mbak, bawa keluarga dan temennya."

Ai: "Mbak pikir cuma mau silaturrahim biasa, tapi tetanggaan kok bawa orang seabrek gini, ya? Waktu itu orangtua mbak yang nemuin. Mbak cuma di ruang keluarga nguping dikit dikit, hehe."

An: "Wah, berani banget ya, beliau?"

Ai: "Iya, dong. Terus mbak kaget banget waktu beliau minta izin ke bapak buat nikahin mbak. Waktu itu mbak kaget dan nervous banget. Terus mbak dipanggil buat nyeduhin teh. Tapi cadarnya disuruh buka."

An: "Lah, kan belum muhrim. Kok boleh dibuka?"

Ai: "Yang bener itu mahram. Kalau muhrim itu orang yang berihram waktu ngelaksanain haji atau umroh."

An: "Oh, gitu. Hehe, maaf. Ternyata Antari masih banyak yang belum tau."

Ai: "Di dalam syariat, dibolehkan seorang pria untuk melihat wajah dari calon pasangan pada saat taaruf."

An: "Wah, terus gimana?"

Ai: "Yaudah mbak diem aja. Karena diamnya wanita itu berarti iya. Gimana ya, awalnya sih gak ada perasaan apa apa ke beliau. Tapi waktu malem itu, gak tau kenapa mbak jadi tenang atau ada sesuatu yang buat lega."

An: "Gak pake sholat istikharah, Mbak? Mimpi gak?"

Ai: "Waktu itu udah. Karena itu, mbak jadi yakin kalau mas Hakam adalah pria yang tepat buat mbak."

An: "Wih, jadi baper nih tau ceritanya."

Ai: "Emang kenapa? Hayo ada apa tanya tentang nikah? Udah ada calon ya?"

An: "Aduh jadi malu. Jadi sebenernya gini, Mbak. Antari udah taaruf sama seseorang. Buka taaruf kayak mbak, sih. Tapi perkenalan biasa gitu. Terus kami dan keluarga juga udah setuju. Katanya juga mau bikin pertemuan keluarga tiga hari lagi, tapi ini udah hari keempat dan belum ada kabar. Antari kok resah gini, ya?"

Ai: "Cieee udah ada calon. Gini Antari, biasanya kalau mau nikah itu pasti ada aja hal yang spesial. Entah itu resah, atau gembira berlebihan. Memang itu wajar. Mungkin calon suamimu lagi sibuk, mungkin."

An: "Emang sih, mbak. Secara, dia pewaris Panca Group."

Ai: "Tunggu! Jangan bilang kalau orang yang kamu maksud itu si Adi dari Panca's Royal Family?"

An: "Memang bener sih, Mbak. Mbak juga kenal?"

Ai: "Sebenernya waktu kita ketemu di cafe, suamiku mau ketemuan sama dia. Tapi batal karena ada pertemuan mendadak lain katanya. Sekarang mbak jadi tau kalau kalian ketemuan hari itu."

An: "Ah, maaf, Mbak. Terus gak buat jadwal lagi?"

Ai: "Sudah. Tapi si Adi gak bisa. Untuk tanggal sekian katanya mau keluar negeri. Oh! Tanggal itu adalah kemarin! Mungkin itu sebabnya dia gak bisa hubungin kamu. Mungkin pertemuannya juga penting."

An: "Oh, gitu ya? Yaudah deh, makasih banyak ya buat ceritanya, Mbak."

Ai: "Sama-sama. Yang penting jangan patah semangat, ya!"

An: "Oke. Assalamualaikum."

Ai: "Waalaikumsalam."

Aku yang baru saja menutup sambungan, tertunduk lesu mendengarnya. Sebenarnya tidak masalah jika harus menunda, tapi setidaknya berilah kabar.

...
...
...

Adi's POV

Ah! Akhirnya selesai juga urusan ini. Aku yang telah kembali ke bandara segera melepas dasiku. Sangat lega rasanya menyelesaikan urusan rumit bisnis ini.

Lalu, aku teringat akan Antari. Sebenarnya aku sudah menghubunginya. Tapi, tidak ada jawaban darinya. Aku juga sudah menghubungi ibunya, juga belum ada jawaban. Kemudian aku lupa untuk mengabarkan kepergianku lewat anak buahku yang siap sedia kapan saja aku membutuhkan bantuan.

Kubuka ponselku, dan kulihat puluhan chat dari Antari. Begitu juga dengan panggilan tak terjawab darinya. Aku merasa bersalah karena membiarkannya menunggu.

Aku pun segera berlari ke tempat mobilku terparkir. Kusuruh sopirku untuk langsung mengantarku ke rumah Antari. Bisa runyam masalah ini jika tidak kuselesaikan dengan segera. Tak lupa, aku juga menghubungi Big Papa dan juga mama agar segera menuju rumah Antari. Selain itu, aku juga menyuruh para anggoga keluarga lain yang sedang di Indonesia.

Setelah memberitau mereka semua, aku menghubungi Antari. Sayang, tidak ada jawaban darinya. Tak habis pikir, aku pun menghubungi ibunya.

...
...
...

Author's POV

Alasan kenapa Antari tidak mengangkat telfon dari Adi adalah dirinya terlelap setelah berbicara dengan Aisyah.

Tiba-tiba pintu kamar Antari terbuka. Terlihat ibu Antari di balik pintu. Karena suara pintu yang cukup keras, Antari terbangun dari tidurnya.

"Antari, cepat bangun dan bersiap! Telfon keluarga kita yang memungkinkan datang ke sini sekarang!"

Antari yang masih setengah sadar pun bingung dengan perintah ibunya. Memang ada apa?

"Ha? Kenapa, Bu?" Tanyanya yang masih belum sadar sepenuhnya.

"KITA AKAN KEDATANGAN PANCA'S ROYAL FAMILY!"

_________

Apa? Panca's Royal Family? Tunggu kelanjutannya dan terima kasih.

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang