16. The Dinner

1.9K 130 10
                                    

"Wajib! Keluarga Prasoma semua dateng. Bang Adipati yang lagi dinas latihan militer sama jepang pun langsung balik. keluarga Darbuda biar gue yang urus. Keluarga Warespati yang sampai sekarang masih liburan di Turki pun udah pesen tiket sekarang untuk balik kesini."

"Oke deh. Keluarga Wianggara biar gue yang urus nanti gue kasihtau ibu dan adik gue. Oke makasih."

Gawat nih! Gak biasanya Big Papa ngadain makan malem mendadak begini. Pasti ada yang tak beres!

...
...
...

Author's POV

"Tuan... Tuan muda... Sudah jam 8..."

"Apa? Masih jam 8... 5 Menit lagi deh!" teriak Adi. Adi yang masih dengan baju lengkap kemeja putih bersih dengan jasnya di tangan kembali bergeliat di kasurnya. Matanya masih ingin beristirahat sejenak setelah pagi tadi berkunjung ke Singapura untuk melakukan meeting dan masih menyelesaikan beberapa masalah perusahaan di Indonesia. Saat ingin pulang ke rumah, tiba tiba Adi teringat akan janjinya bertemu Fairuz di kafe dekat kampusnya. Jadi, tidak ada waktu untuknya beristirahat.

Pada awalnya Adi ingat betul perintah Big Papa untuk makan malam bersama. Jangankan berpikir untuk tidak datang, membayangkan dirinya terlambat saja cukup membuat Adi gemetar. Tapi, semenjak dirinya melihat kasur yang berwarna abu abu di kamar kesayangannya itu, dirinya seakan lupa semua aktivitas lainnya. Yang dia pikirkan hanyalah mengistirahatkan mata dan otaknya untuk sejenak. Ya, untuk sejenak saja.

"Gawat nih! Gue ketiduran!"

...
Flashback on
...

"Eh, lu curang!" Protes Adi yang masih kelas 1 SMP.

"Lah kenapa?" Tanya Adipati yang lebih tua darinya.

"Gue masih kecil. Lo udah gede. Emang mau jadi tentara lo?"

"Kalo iya terus kenapa? Berani lo sama kakak sepupu sendiri? Sini!"

Adi dari keluarga Wianggara dan Adipati dari keluarga Prasoma selalu membuat keributan kecil. Jelas saja, tubuh Adipati yang cukup berotot untuk anak seusianya tidak bisa dibandingkan dengan Adi. Sebenarnya, mereka juga saling mendukung satu sama lain jika masing masing mempunyai masalah.

"Mama! Bang Adipati dan Bang Adi gelut ma! Tolong!" heboh seorang anak yang lebih kecil lagi usianya.

"Papa! Tolongin pa! Dunia mau kiamat! Uooo," sahutnya membenarkan saudara kembarnya itu.

Mereka adalah si kembar Nakula Sadewa dari keluarga Darbuda. Seperti halnya cerita pewayangan, mereka selalu menjadi anak yang terheboh dengan dunianya sendiri. Mereka juga kadang berkelakar saat situasi serius sekalipun. Kecuali, jika dihadapan Big Papa.

"Eh lu pada ngapain sih? Heboh heboh sendiri, lari lari sendiri. Orang mereka yang bertengkar lah kalian yang heboh!" ucap anak perempuan sambil memeluk erat boneka barbienya.

"Huh! Dasar cewek sok serius! Emang keturunan Big Papa." sindir Nakula.

"Serius terus entar cepet tua lho, mampus!" sahut Sadewa.

"Awas lo!" katanya seraya menyilangkan tangannya.

Putri dari keluarga Wianggara, adik dari Adi. Usianya yang tidak jauh terpaut hanya beberapa bulan dengan Nakula dan Sadewa membuatnya berani meskipun dia adalah perempuan. Dirinya mempunyai julukan "Big Papa Generation" bukan karena dia yang akan memegang tampuk tertinggi kekuasaan Panca Group. Tapi sifatnya yang selalu serius membuatnya dipanggil demikian.

"Mohon maaf tuan tuan... Tadi ada telfon untuk menyuruh tuan tuan cepat ke villa Panca di China," lapor pegawai rumah Adi, Pak Rahmat.

"Apasih! Memangnya siapa yang menyuruh? Gue mau beli boneka lagi sama ibu." protes Putri.

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang