18. Kabur!

1.8K 132 8
                                    

"Ternyata sifat Wianggara ada di sifatmu, Adi." Sambil memandang Adi, Big Papa meraba dagunya tanda dia berpikir terhadap apa yang dikatakan Adi. Meskipun terlihat sedikit keras, sebenarnya Big Papa sangat ingin melihat semua anggota keluarganya bahagia.

"Oke. Aku setuju. Kalau kau tidak berhasil dalam waktu 3 bulan ini, kau tetap akan kunikahkan walaupun kau kabur," lanjutnya.

...
...
...

"Bu, ini harganya berapa?" tanya seorang gadis cantik yang berjilbab panjang sedang bertanya harga di pasar tradisional.

"Eh, nak Antari makin cantik aja," puji ibu itu.
"Jeruk ini? Ambil aja udah, itung itung pahala kan?" jawab ibu penjual buah itu.

"Yah, gaenak dong bu. Masak ibu jualan malah dikasihin gratis ke Antari?" tanya Antari merasa sungkan.

"Hadeh gapapa nak. Ini ibu ikhlas kok. Ini ibu titip juga sama ibu kamu, ya," katanya sambil memasukkan beberapa buah jeruk kedalam kresek hitam.

"Wah makasih loh, Bu. Kapan kapan Antari juga mau ngasih ibu ah."

"Hahaha. Ucul banget kamu," candanya.

"Yee... Si ibu udah mulai gahol nih ye. Hihihi... Antari balik dulu ya, Assalamualaikum..." pamit Antari pergi.

Baru beberapa langkah Antari berjalan, dia yang membawa sekian banyak barang belanjaan sehari harinya harus bertabrakan dengan seseorang.

"Oh, maaf, maaf mbak," kata lelaki itu meminta maaf.

"Aduh! Iya deh iya gapapa..."

Antari terdiam.

"Loh? Adi?" Antari harus mengejar Adi yang mengetahui menghindar dari Antari dengan langkah yang cepat. Dengan tudung hoodie abu abu yang menutupi kepalanya dan sebagian wajahnya, Adi berjalan dengan langkah panjang serta menunduk.

"Hei, Adi! Ini gue!" Antari tetap mengejar Adi. Menurutnya ada yang aneh dengan tingkah Adi saat itu. Dirinya seperti tidak mau dikenali oleh orang orang. Lagian, kenapa juga pewaris tahta Panca Group harus susah susah ke pasar tradisional?

"Lo bisa diem gak sih!" bentak Adi kepada Antari.

"Oh gue tau, lo lagi sembunyi ya?" Antari langsung berbalik dan berteriak pada semua orang di pasar,

"Hei! Siapapun yang lagi mencari Adi! Ini dia disini! Hei!" teriaknya kepada orang orang.

Adi geram dengan tingkah Antari. Dia langsung menarik lengan Antari untuk menghadap padanya rasanya sudah habis kesabarannya kali ini.

"Mau lo apa sih!"

"Pertama, kasih tau dulu alasan lo ke pasar ini pake hoodie nutupin muka segala. Jalan cepet pake nunduk kayak teroris aje lu. Kasih tau alasannya!" perintah Antari yang menengadahkan wajahnya.

"Iya iya gue kasih tau lo. Btw, nanti aja ya! Gue tunggu dirumah lo! Itu pengawal gue udah deket. Kalo dia tanya, bilang aja lo gatau, bye!" kata Adi buru buru. Kali ini Adi berlari entah kemana tujuannya. Yang penting selamat dulu dari kejaran pengawalnya.

Tiba tiba Antari kedatangan tiga orang pria bertubuh tinggi besar berotot dan memakai baju putih dengan jas hitam, termasuk kacamata hitam. Di telinga kiri mereka terdapat alat komunikasi.

"Maaf, nona. Apa anda tau seorang lelaki tinggi disini?" Antari merasa kecil dikelilingi pria pria itu. Dia tidak mau menjawab.

"Nona, kalau anda tidak menjawab, saya pastikan anda pulang hanya nama saja," ancam mereka lagi.

"Iya iya! Jadi bodyguard kejem amat sih! Gue gatau! Emang kenapa?" tanya Antari balik menantang.

"Apakah benar itu?" tanya para bodyguard itu lagi.

"Lo ngeselin amat sih jadi orang! Gue bilang gatau ya gue gatau!" jawabnya sambil menaikkan nadanya.

"Maaf nona, sepertinya saya harus memakai cara yang sedikit kejam," ancam bodyguard lagi.

"Sini lo kalo berani maju! Beraninya sama cewek lo! Gue bikin kikil mampus lo!" Antari langsung memasang kuda kuda. Dia menapakkan kakinya kuat ke tanah. Pikirnya lawan kali ini tidak mudah. Tentu saja, Adi pernah bercerita padanya kalau bodyguard yang dimilikinya diambil dari pasukan terlatih.

"Tunggu tunggu..." tiba tiba dari belakang tiga bodyguard itu muncul seorang pria yang sudah tua. Memakai pakaian rapih. Seketika, Antari ingat bahwa Adi pernah bercerita mengenai Pak Rahmat, pengawalnya yang setia menemani keluarga Panca.

"Maaf perlakuan mereka, nona..."

...
...
...

"Jadi, karena itu lo kabur?" tanya Antari. Kini mereka berdua sedang duduk di halaman depan rumah Antari. Adi bercerita bagaimana dia bisa kabur dari rumah.

"Yah, gue butuh bantuan lo juga nih," pinta Adi.

"Butuh bantuan apa lagi?" tanya Antari.

"Lo ada temen cewek gitu gak yang mau diajakin nikah dalam waktu 3 bulan ini. Kalo gak gitu, gue bakalan dijodohin sama kakek gue," ceritanya.

"Hmm... Gimana ya? Gue taunya sih Endah sama Nia. Emang lo mau?" tawar Antari.

"Gak usah, makasih. Mereka bukan tipe gue," tolak Adi sambil memalingkan muka ke arah teh yang disuguhkan oleh ibu Antari.

"Yah lo ini gimana sih! Lo itu butuh bantuan tapi masih juga pilih pilih."

"Tujuan gue minta bantuan ke lo juga milih kali. Kalo gue gak milih, mending gue dijodohin."

Beberapat detik kemudian mereka saling terdiam. Mereka baru teringat kalau sudah lama mereka tidak bertemu. Mungkin sekitar satu sampai dua tahun. Kala itu, masa masa SMA yang paling berkesan. Mereka saling mendukung untuk kebaikan mereka masing masing. Setelah perpisahan, mereka sibuk dengan kuliah dan tidak saling mengubungi satu sama lain walau Antari beberapa kali melihat wajah Adi di cover majalah karena sudah mengambil alih beberapa bagian Panca Group.

"Oh iya gue ada ide!" seru Antari.

"Eh lo ngagetin gue aja!" kata Adi yang hampir saja menjatuhkan cangkir tehnya.

"Gimana klo lo sama gue?"

"Lo ngomong apa sih? Selama hampir 2 tahun ini lo gak berubah, tetep aja gak jelas."

"Ih! Dengerin dulu lah gue ngomong!" tegur Antari.

"Kan gini, lo udah tau kan gue dijodohin sama bang Fairuz. Bukannya gak suka, tapi emang gue gak mau sama bang Fairuz. Dan waktu itu gue nolak dihadapan orangtuanya. Nah sekarang lo dateng kesini karena mau dijodohin juga," lanjutnya.

"Tunggu, maksud lo?" tanya Adibyang tidak mengerti arah pembicaraan Antari.

"Gimana kalo kita pura pura mau nikah?"

_________

Mereka berpura pura menikah? Bagaimanakah aksi mereka? Tunggu kelanjutannya, dan terima kasih.

Next Chapt. Wedding Plan

My Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang