No words can explain the way i love u.
-MichelleTempleton-Setelah berlalut-larut dalam perjalanan akhirnya kami sampai ke restaurant tujuan kami.
Ya kurasa restaurant ini sangat jauh dari rumahku.
"Uh, akhiranya bokongku dapat bernapas dan merasakan kebebasan. " ucapku yang baru saja keluar dari mobil.
"Hmm? " gumam emilio sambil menaikkan satu alisnya.
"Ya, kau tahu dari tadi kita hanya duduk saja. Bokongku sangat panas sekarang. " ucapku.
"Kurasa kau tidak pernah berpergian jauh-jauh ya. Baru jarak segini saja bokongmu sudah panas. " ujar ivan sinis padaku.
"Hey, mengapa kau selalu memancingku untuk bertengkar?" ujarku kesal pada ivan.
"Karena aku tidak suka dengan kehadiranmu. " ujar ivan.
"Hey bodoh, seharusnya kau sadar, dinner ini hanya untuk ku dan emilio dan kau hanya ikut-ikutan saja." ujarku pada ivan.
"Hey bisakah kalian tak bertengkar sehari saja? Seharusnya kalian jangan terlalu saling membenci, karena jika nantinya kalian berjodoh akan sulit mengubah benci menjadi cinta." ujar emilio yang sedikit membentak.
"Kuharap omonganmu itu hanya sebuah omong kosong. " ujarku dan langsung memasuki restaurant itu.
-Ivan pov's-
"Hey bisakah kalian tak bertengkar sehari saja? Seharusnya kalian jangan terlalu saling membenci, karena jika nantinya kalian berjodoh akan sulit mengubah benci menjadi cinta." ujar emilio yang sedikit membentak.
"Ya justru itu yang sangat kuharapkan Ivan Martinez dan Michelle Templeton berjodoh. " ujarku dalam hati.
-Ivan pov's end-
Kamipun memilih tempat yang cocok untuk kami bertiga lalu kami memesan makanan kami masing masing.
Tadinya kupikir dinner ini akan berjalan luar biasa nyatanya hanya biasa saja karena kehadiran si cowo brengsek ivan ini.
"Icel, bisakah kita berbicara?" ujar emilio padaku yang sedang menyantap makanan ku ini.
"Oh kurasa kita ini sedang berbicara, hehe.." ujarku tersenyum tipis.
"Ya,, maksudku kita berdua saja. " ucap emil.
"Oh dengan senang hati, bagaimana kalo sekarang? " ucapku dengan senang dan reflek menggenggam tangan emilio yang sedang terletak di meja.
"Ups,, sorry" ujarku lagi dan langsung melepas tangan emilio yang kugenggam tadi.
"Oh it's okey" ujar emilio dengan senyum.
"Ehkem kau tahu ada berapa banyak manusia disini. " ucap ivan datar.
"Oh man come on, kita tidak sedang di sekolah, mengapa kau menyuruhku untuk menghitung? " ucap emilio polos.
"Yaaa maksudku.. " ucap ivan.
"Hey emi, bagaimana kalo kita berbicara di taman yang ada disana. Hanya kau dan aku.. " ucapku sambil mengucapkan kata terakhir itu dengan penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choice
FanfictionTerkadang hidup akan menjadi lebih mudah jika kita tidak dihadapkan pada banyak pilihan, benar bukan?