Setelah semua yang terjadi antara aku dan ivan, segalanya memudar.
Rasa benciku padanya kini telah digantikan oleh sebuah tanya yang tak dapat kupastikan.
Bagaimana bisa Ivan menyembunyikan perasaanya selama ini tanpa satupun orang yang mengetahuinya?
Pria itu memang pandai dalam memainkan topengnya.
Caranya mencintai bahkan cara nya menipu pun sangat tak bisa ditebak.
Sampai hari ini, aku masih enggan untuk bertemu kedua saudara tersebut.
Bahkan aku rela untuk tidak bersekolah selama 7 hari, tak peduli akan ultimatum yang nenek sihir itu berikan. Namun ya, diriku masih belum siap untuk berhadapan dengan realita.
Tapi nampaknya malam itu semesta sudah bosan melihat kesepianku, tepat malam itu aku dirasuki dengan pencerahan bahwa aku tak seharusnya seperti ini terus, hidup tak menentu, hidup dibawah aturan yang mengikatku.
Ini hidupku, ini pilihanku.
Aku yang akan memilih akan apa yang terjadi dalam hidupku.
Hingga malam itu aku nekat memutuskan suatu hal dan menemui Martinez Twins.
Tok
Tok"Hai." sapaku ketika Ivan membuka pintu rumahnya.
*****
"Maaf." ucap Ivan.
Kami bertiga duduk di kursi taman milik rumah Martinez Twins.
Dibawah rembulan dan bintang yang menjadi saksi akan setiap kata yang kukatakan pada mereka.
"Untuk?" tanyaku pelan sambil menatap matanya.
"Malam itu dan untuk segala kebohonganku." ucap Ivan.
"Sampai hari ini pun, aku tak menyangka tentang perasaan kalian padaku. Karena yang selama ini ku tau adalah kalian sangat membenciku, menghinaku, dan menganggapku hanya sebatas mainan rusak." lirihku pelan.
"Ka..kami benar benar minta maaf. " ucap Emilio sambil menggenggam tanganku pelan.
"Tak apa." ucapku berusaha mengikhlaskan.
"Aku ingin kita melupakan segala yang telah terjadi diantara kita." sambungku pelan.
"Kenapa?" ucap Ivan dan Emilio bersamaan.
"Uh, aku lupa memberitahu kalian. Aku sudah memutuskan bahwa aku akan bersekolah di luar kota. Memulai hidup baru disana, memulai segalanya dari awal. Aku sudah benar benar lelah dengan kehidupanku disini, terutama dengan si nenek sihir itu. Sudah saatnya, aku membangkang dari setiap peraturan yang ia buat. Aku ingin mengembalikan diriku yang sebenarnya. Kuharap tempat itu dapat membantuku." jelasku.
"Kemana kau akan pergi?" tanya Ivan dengan tatapan khawatir.
"Tempat yang aman dan damai. Tenang, aku pasti akan kembali ke sini, saat aku sudah berhasil membenahi diriku." jawabku.
"Kau yakin? Apa kau punya biaya untuk tinggal disana? Kalau kau mau, aku bisa ikut denganmu." ucap Ivan.
"Tidak. Aku ingin membenahi nya sendiri. Jangan khawatir, aku pasti baik baik saja." ucapku kemudian memeluk mereka.
"Aku mencintai kalian."
Kurasa itulah ucapan selamat tinggalku pada mereka,
Aku akan pergi dari kota dimana aku sudah banyak melewati hidup disini.
Entah jadi apa aku ditempat baru, yang jelas aku ingin memulainya dari awal, tanpa campur tangan siapapun.
Ini bukan akhir dari kisah ini.
Aku masih mempunyai segudang cerita yang harus kuceritakan pada kalian selepas aku kembali ke tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choice
FanfictionTerkadang hidup akan menjadi lebih mudah jika kita tidak dihadapkan pada banyak pilihan, benar bukan?