Sinar matahari menembus jendela kamar dari sebuah flat, membuatku terbangun dan segera membenahi diriku.
Disinilah aku, hidup dengan kemandirian.
Setelah kepindahanku, aku memutuskan untuk menetap di sebuah flat, meski tadinya bibiku mengajak untuk tinggal bersamanya, namun kutolak dengan alasan aku ingin mandiri, aku ingin bebas.
Meski terasa berat untuk membiayai hidup sendiri hingga aku harus menjadi pekerja paruh waktu di sebuah restaurant.
Namun, aku selalu berusaha untuk menikmati semuanya tanpa ada satupun yang tau keberadaanku.
”Hai, Mrs.Right.” ucap wanita bernama Anna yang menjadi satu-satunya temanku di restaurant ini.
Aku bangga mempunyai Anna, selain bisa merasakan hangatnya pertemanan, Anna juga sangat perhatian, dia memiliki frekuensi yang sama denganku, ditengah-tengah dunia yang berusaha untuk terkenal, kami berdua justru berusaha untuk bersembunyi, aku benar benar mengidolakannya.
”Hai. Apa aku telat lagi?” tanyaku yang dibalas dengan senyuman manis milik Anna.
”Hanya 2 menit, lagipula siapa yang peduli?” jawabnya lalu kami tertawa bersama.
”Bagaimana sekolahmu?” tanya Anna.
Biar kuperjelas, dikota baruku ini aku masih melanjutkan pendidikanku. Kau tau, pendidikan sangat penting bukan? Meski dipenuhi oleh orang-orang menyebalkan.
Sedangkan Anna, ia tidak melanjutkan pendidikannya lagi, ia sudah putus sekolah sejak ia berada di bangku kelas 1 SMA dikarenakan keluarganya hancur dan ia memilih kabur dari keluarganya dan orang-orang yang mengenalnya.
So yeah, we are survivor.
”Masih membosankan.” jawabku.
”Oh c'mon. Kita berdua tau bahwa sekolah itu membosankan, tapi aku ingin kau mengatakan jawaban lain.” jelas Anna sambil membersihkan meja restaurant.
”Masih berbentuk seperti sebuah gedung, dengan fasilitas-fasilitas bodoh dan anak-anak egois.” ucapku kemudian Anna tertawa mendengar jawabanku hingga seorang pria datang.
”Hm, hai. Apa disini menjual hamburger?” tanya pria berbadan kekar yang mengenakan hoodie berwarna putih dan jeans hitam.
”Kupikir kau bisa melihat daftar menu yang tersedia disini.” ucapku.
”Oh ya, ide bagus. Tapi kau tau, itu bukan cara untuk memperlakukan pelanggan. Tapi tak masalah, tak perlu minta maaf karena aku sudah memaafkannya.” jelas pria itu kemudian melihat daftar menu restaurant tersebut.
Mendengar apa yang dikatakan pria ini, aku jadi teringat akan dua orang yang sama menyebalkannya dengan pria ini. Entah bagaimana kabar kedua pria itu sekarang.
”Kalau boleh tau, siapa namamu?" tanya pria itu lagi sambil menatap mataku.
”K..kau ingin melaporkanku kepada managerku?” tanyaku gugup.
”Untuk?”
”P..perlakuan tidak sopanku kepada pelanggan.” jawabku yang kemudian dibalas dengan wajah yang sedang menahan tawa.
”Aku sudah mengatakan bahwa aku sudah memaafkanmu, ya kau tau, aku bukan orang pedendam. Jadi tenanglah.” ucapnya menyunggingkan senyum.
"Ba..baiklah. Kuharap itu bukan sekedar omong kosong." ucapku yang hanya dibalas dengan tautan alisnya.
"Aku ingin 2 cheese steak, 1 salad tanpa mayo dan 1 orange juice tanpa gula."
"Kau tadi menanyakan hamburger. Lantas, mengapa kau tak memesan hamburger?" tanyaku yang langsung mendapat tatapan melotot dari Anna.
"Pembeli adalah raja, bukan?" ucapnya kemudian ia menempati meja duduknya.
15 menit berlalu, pesanan pria itu telah siap dan aku segera melangkahkan kaki untuk mengantar semua pesanannya. Namun, saat aku sudah menyelesaikan pekerjaanku untuk melayaninya, dia menahanku dengan tangan besarnya.
"Siapa namamu?"
"Eumm. Itu.. Mengapa kau sangat ingin tau namaku?" tanyaku panik.
Tentu saja aku panik, aku sangat takut karena bisa saja ia melaporkan semuanya pada managerku. Kau tau, pembeli adalah raja bukan?
"Siapa namamu?" ucapnya mengulang pertanyaan, suara beratnya membuatku semakin panik saat ini.
"M.m..michelle."
"Terimakasih untuk pelayanannya." ucapnya membuat kaget.
Bagaimana mungkin dia mengucapkan terimakasih atas pelayanan burukku?
Tapi setidaknya, aku sudah mulai bernapas lega, dia tidak memiliki niat buruk apapun padaku.
Namun, belum sempat aku membuka mulut, suara berat miliknya terdengar lagi.
"Besok aku akan kembali kesini. Dan kuharap, besok kau sudah membeli tata kramamu." ucap pria itu kemudian membuang pandangannya dariku.
Ck.
Dasar pria bodoh.
Masih syukur sudah dilayani.
(n) : wayo, udh muncul tokoh baru ni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choice
FanfictionTerkadang hidup akan menjadi lebih mudah jika kita tidak dihadapkan pada banyak pilihan, benar bukan?