you-11

97 14 4
                                    

Seminggu sudah setelah semua drama ini berjalan.

Ya, kau tau drama.

Aku harus berdrama untuk menjadi kekasih Ivan.
Baik dan manis didepannya.
Melayaninya.

Urghh, entah sampai kapan drama ini berakhir.

Jika Emilio tidak memintaku untuk melakukan ini semua maka aku tidak akan pernah sudi untuk bersikap sok manis di depan pria yang sangat menyebalkan ini.

"Hei, bisa ambilkan jeruk itu untukku?" tanya seorang laki-laki yang sedang duduk di sofa sana dengan santai.

Dengan santai, kau tau.
Bahkan aku berpikir bahwa dia tidak dalam keadaan sakit.

"Ini" ujarku malas sambil memberikan jeruk pada Ivan.

"Kupaskan untukku, sayang." ucap Ivan.

"Ap?!--" belum selesai aku berbicara Ivan sudah mengeluh kesakitan.

Entah itu sungguhan atau hanya pura-pura.

"Aww.. Sakit sekali."

"Ada apa? Kau tak apa?" tanyaku lembut.

"Nghh..sakit. Tolong bawaku kekamar." ucap Ivan lirih.

"Baiklah." ucapku dengan sigap dan segera merangkulkan lengannya di bahuku.

---

"Hai..." sapa seseorang saat aku baru saja ingin keluar dari Martinez house.

Seperti aku mengenali suaranya.

Dan ya benar saja ternyata Emilio yang menyapaku.

"Milio.." ucapku.

"Terimakasih." ucapnya pelan.

Pria itu terlihat berbeda.

Matanya.

Sayup.

Itu yang kulihat.

Seperti pria itu kosong.

"Untuk?" tanyaku heran.

"Semua."

"Hmm?" gumamku.

"Aku mencintaimu." ucapnya dengan penuh kehati-hatian.

Tak banyak kata yang dapat kuucapkan saat bersamanya.

"Aku juga mencintai adikku." ucapnya lagi.

Wajah pria itu, benar-benar terlihat dalam keterpurukkan.

Sebab, bagaimana bisa ia harus membagi cintanya dengan adiknya.

Meski entah sampai kapan ini akan berlanjut.

"Ya, ku tau. Kau terlalu banyak mencintai orang." candaku.

"Dan kau terlalu indah untuk dilupakan." ujar Emilio lembut.

"Hmm? Siapa yang ingin melupakanku?" tanyaku sambil memberikan senyum candaku.

"Kuharap tak ada. Sangat sakit untuk menjadi yang terlupakan." ucapnya.

"Ya... Emm, baiklah aku akan pulang sekarang. Bye" ucapku karena tidak ingin membuat Emilio mengingat tentang bagaimana adiknya melupakannya dan membencinya begitu saja.

"Bye. Night." ucap Emilio dengan senyum manisnya.

Urgh, mengapa harus tersenyum manis seperti itu?

I'm dying.

Oke, itu lebay.

Maaf jika tyduck jelas
-kareninagrande yg makin alay.-

ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang