the great thing about new friends is that they bring new energy to your soul
-Shanna Rodriguez-
------------------
Aku memasuki kelas Fisika ku dan menatap ke arah bangkuku yang sekaramg sudah di tempati seseorang.
Aku melirik ke arah Lea, temanku yang selalu duduk di bangku sebelahku, ia hanya menaikkan bahu tanda tidak tahu kenapa orang itu bisa menempati bangkuku.
Lea mengeluarkan ponselnya dan terlihat sedang mengetik sesuatu. Aku pun akhirnya mencari bangku kosong dan duduk. Sayangnya yang tersisa hanya bangku belakang. Aku pun menempatinya dengan kesal.
From: Lea Clarckson
Sorry. Aku sudah bilanng untuk pindah. Namun ia tidak mau.
Aku melirik ke arah Lea yang saat ini menatapku sambil tersenyum menyesal. Aku hanya mengangguk dan berusaha menerima bahwa aku mungkin harus datang lebih awal agar bisa mendapatkan bangkuku lagi.
"Kau terlihat kesal."
Aku menoleh ke asal suara dan menemukan seorang lelaki berambut cepak hitam dengan wajah arab. Sudah sekitar 3 bulan aku di sekolah ini, di kelas Fisika, namun aku tidak tahu siapa namanya. Atau bahkan baru menyadari ia sekelas denganku.
"Ya. Bangkuku telah di rebut seseorang hari ini," kataku pada laki-laki itu.
Dia mengangguk mengerti. "sucks."
"Yes. It is," jawabku sambil tertawa singkat.
"Sean. Sean Graham," katanya sambil tersenyum.
"Hm, Y/n," kataku.
"Pacar Michael Clifford yang tidak lama ini menjadi pembicaraan?" tanyanya sambil senyum menggoda.
Seorang pria bisa tahu gossip?
"Ya, mungkin benar. Kau mendengar gossip juga?' tanyaku.
"Tidak juga. Tapi di sudut manapun sekolah ini kau di bicarakan. Mau tidak mau telingaku mendengarkan," katanya sambil tertawa.
"Aku tidak tahu kalau akan begitu jadinya. Maksudku berita tentang hubungan kami," kataku.
"Kau mengencani Michael, idiot," katanya sambil memukul pelan kepalaku.
Sean benar-benar mudah bergaul dan benar-benar tipe pria yang sangat enak untuk di ajak mengobrol. Well, sekiranya duduk di belakang bersama Sean tidak terlalu buruk.
"Kau benar-benar payah dalam memasak," kata Sean dengan tertawa ketika aku menceritakan aku tidak bisa membalik telur.
"Itu hal yang benar-benar memalukan," kataku sambil ikut tertawa.
"Aku juga tidak bisa memasak. Dulu aku pernah memasukkan coklat ke telurku dan rasanya benar-benar aneh," katanya.
"Coklat?" tanyaku tidak percaya.
"Coklat dan es krim. Kalau kau mau mencobanya, aku katakan jangan karena itu tidakan bodoh," katanya.
"Dan kau membuktikan bahwa kau bodoh sekali," kataku sambil meninju bahu Sean pelan.
"Sean Graham and Y/n, please leave my class now. Kalian hanya membuat kelasku menjadi begitu ramai dan tidak kondusif untuk belajar mengajar."
Aku dan Sean langsung diam. Semua orang di kelas ini menatap kami menunggu kami untuk keluar kelas. Aku menelan ludahku. Astaga, ini pertama kalinya dalam sejarah aku di suruh untuk keluar kelas.
"But..."
"Leave my class. Now!"
Aku mengambil tasku dan segera meninggalkan kelas diikuti oleh Sean. Ini sangat memalukan.
"Setelah pulang sekolah, temui aku di kelas," kata Mr.Patterson.
Aku meliriknya sekilas sebelum berjalan lagi.
"Y/n, aku minta maaf kau harus ikut keluar bersamaku," kata Sean dengan wajah penuh penyesalan.
"Ini bukan salahmu, Sean," kataku.
Sean menatapku masih dengan wajah penuh rasa bersalah.
"Don't blame yourself. Its not your fault at all," kataku sambil menepuk bahunya.
"Kau mau ke Starbucks? Aku yang traktir," kata Sean.
"Boleh."
***
Aku menatap Sean yang masih menikmati kopinya. Dia termenung seperti memikirkan sesuatu. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Sean. Atau masalah dengan Mr.Patterson? Apa mungkin Sean masih memikirkannya?
"Sean, apa yang kau pikirkan?" tanyaku.
Sean menatapku seperti terkejut. Ia hanya tersenyum terpaksa. "Tidak. Aku tidak memikirkan apapun," katanya lalu di akhiri dengan senyuman.
"Masalah Mr.Patterson?" tebakku.
Ia hanya menggeleng dan menatapku.
"Kau tahu, kau bisa ceritakan apapun padaku. Aku tidak akan bilang siapa-siapa," kataku berusaha membantu Sean.
"Bagaimana menurutmu tentang orang yang menyukai kekasih orang lain?" tanya Sean.
"Menyebalkan," jawabku.
"Yeah. I think so. Aku memperhatikannya terus dan ternyata ia mengencani pria lain," kata Sean.
"If you love her, show her. Tidak peduli walau ia punya kekasih. You know, kalau pun ada hal buruk yang terjadi itu resiko. Semua hal yang kau ambil selalu memiliki resiko," kataku.
Sean menatapku sesaat dan tersenyum, "thanks."
YOU ARE READING
pretend (MGC)
FanfictionNo matter how much the truth hurts, it's always better than being lied to. ------- Halo! ku kembali write in Bahasa (update tergantung mood)