Bonchap

53 1 1
                                    

-Calum's pov-

Loooossseeer, let's play a game in my place! I bought a new game. You'll like it.

Aku membaca satu kalimat yang ia kirim di ponselku. Aku tersenyum dan membalas dengan cepat.

To: Michael

I'll come. Food?

From: Michael

Who will say no to food?

To: Michael

Ok.

Aku segera mengambil kunci mobilku dan pergi ke apartemen Michael. Tidak lupa untuk berhenti di MCD dekat apartemen Michael untuk membeli makanan.

Dari dalam sini, aku bisa melihat apartemen Michael. Semenjak Michael berpacaran, ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan pacarnya itu. Ada apa tiba-tiba ia mengajakku bermain game?

Aku berusaha tidak berpikir negatif. Mungkin karena sudah lama kami tidak menghabiskan waktu bersama.

Aku memasuki gedung apartemen Michael dan dengan cepat menuju apartemennya. Pintunya tidak di kunci. Mungkin karena memang ia tahu aku akan datang.

Aku masuk ke dalam dan tidak menemukan Michael. Eh? Kenapa ia tidak ada? Aku mengecek kamarnya dan menemukan lampu kamar mandinya menyala.

"Michael, kau di dalam?" tanyaku.

"5 minutes. Aku akan turun," teriaknya dari dalam.

Aku hanya tertawa dan turun. Merebahkan diriku di sofa empuk Michael dan menunggunya hingga selesai. Aku mengecek ponselku dan mendapatkan pesan dari Nia.

from: Nia

jangan minum alcohol apapun di tempat Michael. Ok? Ily babe.

Aku tersenyum kecut. Nia. Dia perempuan yang sangat malang. Ia begitu peduli denganku. Ia begitu mencintaiku dan mengira aku mencintainya ketika aku sama sekali tidak memiliki perasaan padanya. Aku selalu mengangap Nia sebagai pelampiasan perasaanku yang tidak terbalaskan.

Michael. Michael. Michael. Kenapa aku tidak bisa melupakannya walau aku sudah bersama orang lain? mengapa ia selalu menjadi prioritasku?

Aku bahkan tidak membenci kekasih Michael. Aku bisa melihat Mihael bahagia bersamanya. Mungkin perempuan itulah yang bisa membahagiakan Michael. Lagi pula, mana mungkin Michael bisa memiliki perasaan padaku? Kami berdua sama-sama pria.

"Kau bawa makanannya?"

Aku menoleh ke asal suara. Aku tersenyum dan mengangguk. Michael pun tersenyum dan mengambil sekantong MCD yang tadi aku bawa.

"Aku akan meletakannya di piring." Michael berjalan mengambil piring di dapur Michael menuangkan kentang goreng ke dalam piring.

Aku berdiri dan berjalan mendekati Michael yang berada di meja makan. Mataku terjatuh ke tangan kiri Michael yang di perban.

"Dude, your hand," kataku sambil memegang tangannya.

Ada apa dengan Michael? aku merasa begitu khawatir.

Michael menatap ku sesaat sebelum akhirnya menarik tangannya, "hanya pertengkaran kecil."

"Kau bertengkar dengan siapa, huh?" tanyaku.

"Sean. Dia mencium pacarku," jelas Michael.

Aku tahu rasanya. Michael pastilah cemburu.

"Kau cemburu dan memukulnya?" tanyaku.

"Aku tidak cemburu," kata Michael sambil menatapku sekilas.

"Siapa yang tidak cemburu melihat pacarmu mencium orang lain," kataku.

"Kalau kau tidak menyukai pacarmu kau tidak akan cemburu, Cal. Aku memukul pria itu karena memang reaksi seperti itu kan yang di tunjukkan ketika melihat pria lain mecium pacarku?" jelas Michael.

"Kau tidak menyukai Y/n?" tanyaku tidak percaya. Apa yang telah ia sembunyikan.

Tangan Michael berhenti. Ia menghembuskan nafas panjang sebelum menatapku.

"Dia hanya pelampiasan," kata Michael dan seketika membuatku terkejut.

Y/n dan Nia sama. Tapi kalau begitu, siapa orang yang Michael sukai? Apa Michael pernah berusaha menyatakan perasaannya? Apa ia menolak Michael?

Mengapa bukan aku saja yang ia jadikan pelampiasan?

"Memangnya siapa yang kau sukai?" tanyaku.

Michael hanya tersneyum sedih, "He has girlfriend."

"He? Kau menyukai seorang pria?" tanyaku tidak percaya.

Aku sudah berteman dengan Michael sejak lama. Namun untuk pertama kalinya, aku merasa benar-benar tidak tahu Michael.

Michael mengangguk.

"Nia dan Y/n punya posisi yang sama rupanya," kataku.

Michael menatapku dengan tanda tanya, "kau jadikan Nia pelampiasan juga?"

Aku mengangguk.

"Lalu siapa yang kau sukai?" tanya Michael sambil menatapku.

Aku menatap Michael. ingin sekali aku menjawab bahwa aku menyukainya. Namun bagaimana kalau Michael malah menjauh dan tidak ingin bicara denganku lagi?

"Hey," Michael menggoyangkan tangannya di depan wajahku.

"A... aku...," aku menatap bibir Michael yang tipis dan berwarna pink itu. Sial. Aku tidak pernah sedekat ini dengan Michael dan aku harus menahan rasa ingin menciumnya.

"Yeah?" gumam Michael.

"Fuck you Michael." Aku segera mencium bibir Michael. Aku bisa merasakan Michael yang terkejut hingga ia tidak membalas ciumanku.

Sial, kenapa aku malah mencium Michael?

Aku segera melepaskan ciuman kami dan menemukan Michael yang masih terkejut.

"Why'd you kiss me?" tanya Michael.

"Sorry," kataku. Aku benar-benar bodoh. Michael pasti akan menjauhiku setelah ini.

"Cal, I've been waiting this for 100 years." Michael mencium bibirku dan membuatku terkejut. Aku segera membalas ciuman Michael.

Aku bisa merasakan ia tersenyum di antara ciuman kami. Aku pun begitu. Aku juga telah menantikan ini.

Michael melepaskan ciuman kami, "Cal, I love you."

"I love you too." Aku mencium bibir Michael lagi. Michael menempatkan tangannya pada tengkukku. Ia juga bermain-main di rambutku.

Ciuman kami terhenti ketika mendengar sesuatu terjatuh. Kami menoleh ke asal suara.

y/n.


pretend (MGC)Where stories live. Discover now