My Climbing Story

76 6 0
                                    

Dibuat oleh Siti_Nuraa

Daftar barang yang wajib dibawa saat mendaki gunung:

1. Tas gunung,

2. Pakaian,

3. Sleeping bag dan matras,

4. Jas hujan,

5. Alat makan,

6. Obat-obatan,

7. Korek api,

8. Senter dan headlamp,

9. Tisu basah dan kering,

10. Baterai cadangan,

11. Kantong plastik untuk sampah dan pakaian kotor,

12. Trekking pole, dan

13. Tenda.

Aku menyebutkannya dengan wajah yang sumringah, kapan lagi aku akan ikut acara mendaki gunung? Berhubung orang tuaku sedang ke luar kota dan sembunyi-sembunyi aku mengiyakan ajakan teman-temanku.

Sebentar lagi; Bayu, Hilfa, dan Yogi akan datang menjemputku melalui pintu belakang pagar rumah. Ponselku berdering, segera aku berjalan mengendap-endap menuruni tangga dan berbelok ke kiri. Setelah sampai, aku segera membuka pintu dan melambaikan tangan bahwa diriku sudah siap.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Kami bercakap-cakap seperti biasa. Wajah Hilfa selalu was-was ketika aku membahas mengenai pendakian Gunung Kerinci.

"Apa yang kamu khawatirkan, Hilfa? Lihat, Bayu dan Yogi tidak panik dan was-was seperti kamu," ujarku.

Hilfa mendongak dan menatapku masih tetap berdoa.

"Aku memiliki firasat buruk."

Kontan kami menoleh ke arahnya dengan tatapan bertanya.

"Bayu fokuslah menyetir, jangan sampai kamu malah melayangkan nyawa kita. Aku dan Hilfa masih muda."

Yogi beralih menatapku tidak senang. Dan, aku membalasnya dengan senyuman kecut.

"Hanya Salsa dan Bayu saja yang akan selamat," kata Hilfa membuat Bayu mengerem secara mendadak.

Mataku membulat. "Itu hanya firasat Hilfa, tidak akan terjadi apa-apa. Oke?"

"Apa maksudmu?! Apa kamu tidak waras?!" sahut Yogi tidak terima.

Bayu segera menjalankan mobilnya kembali. Dengan sesekali menyahut santai. Tentu saja, dia tidak disebut dalam daftar tidak selamat firasat Hilfa.

"Apa kalian mau membahas firasat itu terus sampai Gunung Kerinci mengecil?" Bayu bercanda. Dia mencoba untuk menenangkan Hilfa dan Yogi mungkin. "Jangan seperti anak kecil yang baru bisa berbicara, belum tentu firasat itu benar dan jangan terlalu percaya dengan firasat."

"Tumben bijak," sahutku.

Dia tersenyum bangga. "Jelas."

"Kita sampai."

Kami sampai tempat tujuan.

Tepat pada pukul 13.32 siang. Setelah mengecek barang bawaan. Kami melakukan perjalanan untuk mencapai puncak Gunung Kerinci sesuai rencana. Kami menuju ke sebuah gubuk yang mungkin saja itu pos pertama. Kosong tidak berpenghuni.

Tiba-tiba seseorang mengagetkan kami. Beliau sudah tua dan membawa tongkat, jalannya membungkuk. Memerhatikan kami dengan saksama. Pandangan tak sedap yang aku dapatkan darinya.

"Apa kalian hendak mendaki gunung ini?" serentak kami mengangguk. "Pulanglah, datanglah lain waktu."
"Kami baru saja sampai dan seenaknya kamu malah menyuruh kami pulang?! Apa Kakek sedang mengigau, ya?" sahut Bayu dengan wajah memerah seakan menantang kakek itu.

Battle OS Mitos IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang