"Travel is never matter of money but of courage."
—PauloPrologüe
Seseorang yang tengah berdiri di kerumunan banyak orang itu, meneguk minumannya dengan cepat karena haus. Travelling nya kali ini, membosankan. Apalagi, setelah seminggu berada di Bangkok. Ia hanya menghabiskan waktunya dengan berjalan-jalan santai di sekitar hotel, untuk menikmati sunrise hingga sunset.
Kesulitan untuk berkomunikasi, merupakan salah satu kendala mengapa ia hanya menghabiskan waktunya dengan berjalan-jalan singkat. Ia memang pemalas, terutama bila harus menerjemahkan tempat tujuannya ke aksara Thailand yang membuat kepalanya pusing bukan kepalang. Ia memang cukup lihai berbahasa inggris. Tetapi sayangnya, hanya sebagian kecil penduduk disana yang bisa berbicara bahasa inggris dengan fasih.
Ia menyemburkan minuman yang baru saja diteguknya ketika seorang perempuan datang dan menabraknya dengan keras.
Perempuan itu tersenyum malu ketika ia sadar telah menabrak seseorang. "Sawasdee krup, can i ask you something?" Tanya perempuan itu dengan logat Indonesia yang masih melekat jelas dalam ucapannya.
Sedangkan seseorang yang telah ia tubruk, menautkan kedua alis tebalnya dengan bingung, "Indonesia? Gue orang Indonesia juga, gak perlu ngomong pake bahasa asing gitu sama gue. Bahasa inggris lo, gak bagus." Keluhnya.
Lagi-lagi perempuan itu tersenyum dengan malu, "Oke, maaf gue ganggu waktu lo. Lo liat ada orang yang kepalanya botak terus lari-larian karena bawa slingbag gue gak?" Tanyanya dengan nada terengah-engah.
Seseorang yang telah ia tabrak pun menggeleng, "Enggak, emang kenapa?"
"Hm, gapapa kok. Gue kecopetan aja tadi, dan em-- itu-anu, paspor gue ikut kecopetan juga." Jawab perempuan itu santai sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Lelaki yang tengah berada di hadapannya itu, membelalakkan mata nya—pertanda, tak percaya, "Gimana bisa lo santai aja sedangkan paspor lo ikut kecopetan? Lo waras gak sih? Lo gak bakalan bisa balik nantinya, bego! Ayo cepet cari." Ujarnya panik sembari menarik tangan perempuan di hadapannya dari kerumunan orang dan berlari menjauh untuk mencari sosok yang disebut sebagai copet.
Perempuan yang telah kecopetan itu memberhentikan langkah kakinya karena merasa tertipu, "Gimana bisa gue percaya kalo lo orang baik? Jangan-jangan ternyata lo bagian dari mereka juga? Terus kalau lo merkosa gue gimana? Haduh! Makin parah nih cerita travelling gue di blog." Ocehnya panik.
Lelaki di hadapannya itu membuang nafas dengan gusar, "Pikiran lo terlalu imajinatif! Rajendra Adelard Arsenio, itu nama gue. Gue cuma berniat bantu lo yang kehilangan paspor. Karena gue pernah ngerasain gimana rasanya di posisi lo terus gak ada yang bantu."
"Maka dari itu, shut up ur mouth. Waktu kita bakalan habis kalau cuma lo pake buat ngomong." Sambungnya lalu melangkahkan kakinya kembali untuk berlari kedepan.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Travelmate
Teen Fiction#Travelmate --Kisah imajinatif yang berevolusi menjadi sebuah kenyataan. Aerilyn Akselia, gadis cantik yang sibuk mencari promo dan diskon dari aplikasi travel di ponselnya. Namun apa jadinya, ketika travelling ketiga--alias angka sialnya dan semua...