"Travel is not something ur good at, it's something u do like breathing."
—DayleTM #4
Rajendra membuka pintu kamar hotel yang selama ini ditinggalinya ketika ia dan Aerilyn baru saja tiba. Ia pun membantu Aerilyn memasukkan beberapa pakaian dari kopernya untuk dimasukkan ke lemari yang masih kosong karena tidak Rajendra pakai.
Aerilyn mendesis ketika ia melihat ranjang kamar hotel yang ternyata tidak sesuai dengan ekspetasinya, "Ja? Ranjangnya satu? Gue kira ranjangnya twin! Nanti gue tidur dimana dong? Ja! Gimana? Unfaedah banget kesannya gue dateng kesini." Desisnya frustasi.
Rajendra mendecak, "Ya tidur sama gue lah, lagian ranjangnya kingsize. Lo gak mau kan tidur dibawah lantai kamar gue?" Decaknya santai.
Aerilyn membuka mulutnya lebar-lebar, "Apa? Ih ogah, Ja! Ja, tuker kamar dong sama kamar yang punya ranjang twin, please Ja." Rengeknya.
Rajendra mengerutkan keningnya, "Mana bisa, bego? Gue disini udah seminggu, masa tiba-tiba minta tuker kamar? Gila ah lo!" Ujarnya.
Aerilyn kembali merengek, "Ja! Please."
"Ya kalo bisa, gue juga bakal lakuin. Lah ini kan gue udah seminggu disini, gila aja gue tiba-tiba minta tuker." Balasnya tak mau kalah.
"Kalo lo gak mau, yaudah sana keluar tidur di emperan Khao San Road aja." Sambungnya disusul oleh Aerilyn yang mempoutkan bibirnya sebal, "Iya iya! Tapi lo jangan apa-apain gue ya."
Rajendra mendengus, "Maaf-maaf aja ya, Sammy enggak akan bangun sama triplek." Dengusnya santai sembari berjalan meninggalkan Aerilyn untuk membersihkan dirinya di kamar mandi.
Aerilyn mendecih, "Bilangin sama Sammy, jadi burung jangan so kegantengan!" Decihnya.
Aerilyn teringat sesuatu, ia mengambil ponsel dari sakunya lalu menyambungkannya dengan wifi yang terdapat di hotel tersebut. Ia menekan icon call pada kontak dengan nama "Rafadh onye." Di aplikasi line miliknya.
Ia langsung berteriak panik ketika orang di sebrang sana baru saja mengangkat sambungan teleponnya, "Fadh! Rafadh! Ih gila, lo tau gak? Gue sial banget hari ini. Gue ketumpahan air sampai baju gue kotor naudzubillah, eh pas gue lagi nyoba bersihin baju, gue malah jatoh di pinggir jalan raya gitu. Anjir! Malu banget parah, tapi sakitnya lebih parah! Lutut gue berdarah. Gue pengen nangis, pengen digendong sama lo sepanjang jalan rasanya!" Paniknya.
Rafadh tertawa, "Aerilyn! Lo malah bikin gue pengen ketawa ngakak tau gak? HAHAHAHAHAHA. Jangan ketergantungan sama gue, mandiri dong sekali-kali." Ucapnya.
Aerilyn merengek, "Ih sumpah! Fadh, gue mau ngomong tapi lo jangan marah ya? Bantuin gue."
"Kenapa emang, Lyn?"
"Paspor gue ilang. Kecopetan, hehe."
Kali ini giliran Rafadh yang berteriak panik, "Sinting! Susah ngurusnya, lo ah! Gimana sih, Lyn? Gila! Tuhkan lo bikin gue khawatir, lo pulangnya gimana? Uang lo gimana? Lo udah di penginapan kan? Lyn! Gue khawatir sama lo, serius."
Tiba-tiba Rajendra keluar dari kamar mandi sembari menggosok-gosok rambutnya dengan handuk kecil, lalu bertanya pada Aerilyn. "Siapa, Er?" Tanyanya.
Aerilyn mendesis, "Er er er pala lo! Aerilyn, bege!" Protesnya.
"Bodo! Lo aja manggil gue Raja." Timpalnya.
Aerilyn memajukan bibirnya beberapa senti, "Bego!" Ucapnya sembari memeletkan lidah kearah Rajendra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Travelmate
Teen Fiction#Travelmate --Kisah imajinatif yang berevolusi menjadi sebuah kenyataan. Aerilyn Akselia, gadis cantik yang sibuk mencari promo dan diskon dari aplikasi travel di ponselnya. Namun apa jadinya, ketika travelling ketiga--alias angka sialnya dan semua...