TM #9

43 1 0
                                    

"A journey is best measured friend, rather than miles."
—Tim Cahill

TM #9

"Gimana?" Jedanya, "Gak ada yang ketinggalan kan?" Tanya Rajendra pada Aerilyn yang masih sibuk dengan backpack nya. "Enggak, kha pun na Raja udah bantuin gue packing." Mendengar jawaban dari Aerilyn, Rajendra hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman hangat.

Aerilyn pun menggendong backpack berwarna baby pink miliknya, "Ayo." Sahut Aerilyn pada Rajendra yang akhirnya berjalan keluar dari hotel tersebut.

"Lo check out, gue mau manasin mobil." Perintah Rajendra, disusul oleh Aerilyn yang mengangguk pertanda setuju.

Rajendra pun masuk ke dalam mobil yang sudah ia sewa untuk mengantarkan Aerilyn menuju bandara Suvarnabhumi. Ia memukul stir mobilnya sesekali, "Gue kenapa sih?" Batin Rajendra lalu memejamkan matanya sebentar.

Ia sedikit terperangah ketika Aerilyn membuka pintu mobil dengan kasar, "Er! Mobil orang." Protes Rajendra, sedangkan Aerilyn hanya terkekeh dengan malu.

Tak lama, mobil yang mereka tumpangi pun melaju menuju bandara Suvarnabhumi. Selama di perjalanan, Aerilyn memilih untuk mendengarkan alunan musik di mp3 miliknya. Sedangkan Rajendra hanya fokus pada jalanan, lalu menatap Aerilyn yang sesekali sibuk menekan tombol 'next song' atau ikut melantunkan alunan lagunya dengan pelan.

Rajendra terdiam sesaat, ia berpikir; bahwa ia butuh hari lainnya untuk tetap tinggal bersama perempuan bodoh disampingnya. Namun, ia menarik kata-katanya barusan, "Kenapa juga gue butuh hari lainnya?" Batin Rajendra sembari mengacak rambutnya frustasi.

Ia tahu, Aerilyn tidak seperti Kanya—kekasihnya.
Dari segi fisik, mereka berdua sama-sama perempuan bertubuh mungil. Bedanya, Kanya manja, sedangkan Aerilyn lebih banyak mengorbankan waktunya untuk mendewasakan diri—jelas saja, ia belum dewasa, bahkan sangat lugu untuk ukuran gadis seusianya, tetapi ia selalu berusaha mendewasakan diri, berkeinginan kuat, dan enggan untuk menyerah.

Kanya tidak suka traveling, ia lebih suka menghabiskan waktunya untuk membaca buku-buku sejarah dunia. Lain hal nya dengan Aerilyn yang lebih suka mengeksplore dunia luar.

Dan satu hal lagi yang patut di garis bawahi,

Kanya, kekasih Rajendra.

Sedangkan Aerilyn,

Sebatas sosok asing yang baru dikenalnya selama lima hari.

"Ja?" Tanya Aerilyn, "Itu bandaranya didepan, awas kelewat." Ujar Aerilyn, ucapannya berhasil memberhentikan ilusi Rajendra yang sedang membandingkan antara Aerilyn dengan kekasihnya—Kanya.

Rajendra tidak mengucapkan sepatah kata pun sebagai jawaban, ia lantas mempercepat laju kemudi mobilnya lalu masuk ke dalam pelataran parkir dengan segera.

Aerilyn turun dari mobil, diikuti oleh Rajendra yang mengekorinya di belakang, "Ja, bentar, gue mau ke toilet dulu ya." Ucap Aerilyn, Rajendra pun mengangguk—mengiyakan.

Setelah Aerilyn berjalan beberapa langkah ke depan, Rajendra menoleh ke arah seorang lelaki paruh baya yang sudah membuntuti mereka sejak keluar dari pelataran hotel. "Pak, tolong ambil barang di bagasi mobil yang udah saya masukin tadi malem, saya gamau tau gimana caranya barang itu harus kebawa sama perempuan itu." Sahut Rajendra sembari menunjuk Aerilyn yang mulai hilang dibalik beberapa tembok besar.

"Tap--Den, saya kesini buat bawa Aden pul--" Rajendra memotong ucapan lelaki paruh baya tersebut, "Bilang sama Ayah, hari ini juga saya pulang, tapi Bapak urus dulu barang yang saya mau."

Sesaat setelah mendengar ucapan Rajendra, lelaki itu pun mengangguk lalu segera pergi mengurus urusannya. Tak berselang lama, Aerilyn datang menghampiri Rajendra dengan senyum lebarnya, "Ja, lo nungguin gue sampe take off kan?"

Rajendra tersenyum, "Sorry, Er, gue ada urusan lain. Gue anter sampe sini aja ya?" Mendengar jawaban Rajendra, senyum yang sebelumnya tercetak di bibir Aerilyn memudar begitu saja.

"Yaudah." Singkat Aerilyn dengan wajah datarnya, Rajendra diam—ia tidak tahu kata apa yang harus ia utarakan sebagai kalimat perpisahan. Sama hal nya dengan Rajendra, Aerilyn pun memilih diam—namun, diamnya karena ia menunggu kalimat perpisahan yang akan terlontar dari mulut Rajendra.

Ketika ia sadar bahwa Rajendra tidak akan mengucap sepatah katapun, Aerilyn membuka suara, "Yaudah, gue duluan ya." Sahut Aerilyn yang kini mulai berjalan menjauh sembari melambaikan tangannya ke arah Rajendra.

Lagi-lagi, Rajendra terdiam untuk beberapa saat, hingga akhirnya ia memutuskan untuk berteriak memanggil, "Aerilyn!" Sebelum punggung perempuan itu menghilang dari penglihatannya.

Rajendra berlari ke arah Aerilyn yang masih terlihat bingung lalu memeluknya dengan erat, "I'll miss you, Er." Ucap Rajendra sendu. Awalnya, Aerilyn tidak memutuskan untuk membalas pelukan lelaki di depannya. Namun, atmosfer perpisahan itu datang begitu cepat dan merubah keputusannya dengan kilat. "I'll miss you too, Ja. Gue bakal inget gimana resenya lo, gimana nyebelin nya lo," jedanya, "dan betapa baiknya elo yang udah nemenin gue ke banyak tempat, bantuin nyari passport gue, aah sedih gue jadinya."

"Jangan lupa sama gue kalau lo keasyikan sama Rafadh, jangan pukul Rafadh kayak lo pukul gue. Lain kali lo enggak boleh ceroboh kalau enggak ada Rafadh atau gue." Omel Rajendra, Aerilyn melepas pelukannya, "oke bos! Lo harus inget sama si byy-- apalah itu pokoknya pacar lo juga, jangan terlalu datar jadi orang! Kalau gue liat lo pasang muka datar sama omongan singkat ke pacar lo, gue tampol elo saat itu juga, Ja!" Oceh Aerilyn diikuti oleh Rajendra yang tertawa mendengarnya.

Rajendra menarik kunciran kuda Aerilyn sebelum perempuan itu menjauh dan melambaikan tangannya. "Lets do some travel again, Er!" Teriak Rajendra yang dibalas oleh sebuah senyuman manis dari Aerilyn.

*

Travelmate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang