TM #14

42 1 0
                                    

"Sometimes u feel sad without any reason. And u can't help it. And u can't deal with it"
—unknown

TM #14

        Suara dzikir sudah terdengar dengan lantang dari dalam toa masjid. Para kaum adam yang ada di kelas XI IPA 4 pun mulai sibuk mengambil sejadah untuk melaksanakan shalat jum'at. Sedangkan kaum hawa yang ada di kelas tersebut sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang mengampar sejadah untuk tidur, ada yang sedang asik touch up, ada juga yang sedang sibuk memainkan ponselnya.

Dari kegiatan yang sudah disebutkan, Aerilyn tidak melaksanakan salah satunya. Ia sedang sibuk mundar-mandir karena kebelet buang air kecil. "Woi, siapa yang liat Zetta?!" Teriak Aerilyn pada teman sekelasnya.

"Kayaknya jajan, Lyn. Tadi gue liat dia di kantin sama Ken." Timpal Raissa.

Aerilyn mendecih sembari menarik rok nya sesekali, "Aduh, ada yang mau nganter gue ke toilet gak? Anterin dong." Teriak Aerilyn yang tidak dijawab oleh seorangpun di kelas itu.

Ia pun mengacak rambutnya geram, lalu menekan tombol call pada kontak dengan nama 'Rafadh'

"Fadh, lo lagi sama Ken? Bilangin suruh Zetta ke kelas, gue daritadi telpon Zetta gak aktif terus."

"Hah? Gue udah di masjid, sama Ken juga."

Lagi-lagi Aerilyn menggerutu dengan sebal, "Halah, yaudah bye." Pamitnya lalu menutup sambugan telepon dengan segera.

Dengan terpaksa, Aerilyn melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas dan pergi ke toilet seorang diri. Namun saat ia baru saja sampai di ambang pintu, kaki nya mendadak lemas seketika, mulutnya melebar dengan sempurna, kala ia melihat seorang lelaki yang sedang berlari kecil menuju ke arah dimana dirinya sedang berdiri.

"Raj--?" Aerilyn mengucap namanya lalu menggeleng dengan cepat, sepertinya dia sudah gila karena begitu merindukan Rajendra.

Tak ada kalimat yang mampu keluar dari bibir mungilnya, ketika lelaki itu sudah sampai tepat di hadapannya. Dengan nafas yang masih terpenggal, ia berbicara pada Aerilyn, "Duh tolong dong sejadah."

Aerilyn yang sedari tadi masih melebarkan mulutnya, menatap lelaki itu dengan cengo. "Eh, gak budeg kan lo? Sejadah dong tolong."

Mendengar perkataannya barusan, Aerilyn yakin 10000% bahwa lelaki di hadapannya adalah Rajendra. Siapa lagi lelaki ketus tapi banyak maunya selain Rajendra? Lagipula, bentukannya memang percis dengan Rajendra yang dulu menemaninya di Bangkok.

"Ih! Ra--" ucapannya terpotong ketika gerakan tangannya yang berusaha memeluk lengan Rajendra itu ditepis dengan mudah, "Shit! Gue udah wudhu." Balasnya geram.

"Demi apapun lo jahat banget gak ngabarin gue kalau lo pindah kesini!" Gerutu Aerilyn diikuti oleh kedua alis Rajendra yang saling bertautan, "Lah, kenapa juga gue harus ngasih tau lo?"

Aerilyn mendesis mendengar perkataan Rajendra, ini benar-benar Rajendra-nya, eh kok jadi Rajendra 'nya?'

"Kebiasaan lo! Ketus terus dari dulu."

Lelaki di hadapannya itu memutar bola matanya kesal, "Haduh, sejadah dong tolong, gue pinjem! Gue kesini buat pinjem sejadah, bukan buat diajak ngobrol muter-muter."

Travelmate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang